Mohon tunggu...
adi uthama
adi uthama Mohon Tunggu... Guru - Menulis dan membaca

jangan bedakan status sosial.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Segenggam Harapan

4 September 2021   10:57 Diperbarui: 4 September 2021   10:55 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemana saya harus berjalan.

Sandungan begitu kecil, 

Kini suara keluh saya benamkan dalam hati.

Kemana saya harus berlari. 

Kerikil kecil semakin runcing,

Tuhan, kenapa harapan menjadi beban.

Kini saya ingin berjalan, untuk mengabulkan harapan.

Tapi, krikil runcing seperti menghiasi jalan.

Diri ini memaku, mundur ada rasa malu, maju terlalu menyiksa.

Berikanlah jalan, Tuhan.

Harapanku terlalu berharga untuk saya pendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun