Mohon tunggu...
adi uthama
adi uthama Mohon Tunggu... Guru - Menulis dan membaca

jangan bedakan status sosial.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tersiksa Janji

26 Agustus 2021   10:55 Diperbarui: 26 Agustus 2021   11:03 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tenggelam dalam sunyi.

Matahari begitu malu menatapku.

Sampai awan begitu gelap dalam mataku.

Khayalan ini enggan pergi dalam lamunanku.

Kebahagiaan selalu tergambar dalam khayalan.

Sungguh khayalan yang menyiksa.

Masa lalu begitu indah untuk menjadi nyata.

Tapi janji yang sudah menjadi dusta, merubah segalanya.

Tersiksa dalam janji... yang sudah tidak bisa menjadi nyata.

Sampai saat ini, janji itu terus menyiksa.

Maafkan saya, yang tidak bisa membuat janji itu menjadi nyata.

Menyusuri luasnya daun kelor.

Begitu melelahkan, tapi tidak ku temui yang lain.

Dunia yang luas, menghapus janji saya tidak mampu.

Aku cari pengganti, tapi tidak kunjung aku temui.

Janji yang pernah terucap bersama,  seperti enggan untuk diabaikan.

Kau berkeluarga tanpa ingat janji yang terucap. takdir memang selalu berbeda apa yang ada dalam keinginan.

Saya merasa dunia seluas daun kelor, kemana saya berlari dan sejauh mana saya berlari, dirimu selalu aku temui, meski hanya dalam lamunan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun