Mohon tunggu...
adi uthama
adi uthama Mohon Tunggu... Guru - Menulis dan membaca

jangan bedakan status sosial.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keluhanmu Membuatku Risih

22 Januari 2020   09:41 Diperbarui: 22 Januari 2020   10:13 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mengalir dipipinya yang keriput, diiringi  rasa keluh yang. Tuhan seperti tidak adil pada kehidupanku, sungguh menyiksaku. "keluh ayah" Jangan mengeluh dan berhentilah untuk mengeluh, mengeluh tidak akan pernah merubah keadaan  apa yang sedang kau alami. masih banyak orang diluar sana, anda masih diberi kesempatan untuk hidup, dan bisa melihat indahnya pagi. 

Pada umumnya orang yang terkena stroke mereka tidak dapat berjaalan mereka hanya bisa terbaring lemas diatas tempat tidur. sedangkan anda diberi keringanan yaitu bisa berjalan tidak semua orang yang terkena stroke semujur anda.

Sakit di telinga mendengar keluhan setiap hari, setiap waktu "Elah rekasa temen" aku sampai hafal dengan nadanya yang penuh dengan akan ketakutan tentang kematiaan. Jaka pergi untuk mengejar kebahagian dunia yang terlihat, kenapa aku menyebut mengejar dunia? 

Karena ia peduli kepada orang tua hanya di mulut, dia pergi dengan alasan untuk bekerja agar bisa lepas dari kondisi yang dialami yaitu kemiskinan. saya tahu niatnya baik tapi tidak melihat situasi, saya merasa jaka pergi hanya tertekan akan keadaan dan tidak kuat dengan suara yang keluar dari mulut tetangga. saya sangat membenci karena seolah beban itu diberikan pada saya bukan bersama-sama.

sangat disayangkan kakak yang menjadi panutan dalam hal memutuskan maasalah maupun pendapat. tapi batinya tidak kuat dan ia memilih pergi dengan embel ia akan bekerja untuk memperbaiki rumah.

saya ingin pergi, saya meras telinga saya terlalu sakit mendengar keluhan yang beliau nyanyikan setiap hari. pernah joko pergi untuk menenangkan pikiran, tapi saat ia lapar dan lagi makan saya teringat akan ada yang dirumah. beliau sendiri, biar bagaimanapun dia orang tuaku, tapi saya risih mendengarnya setiap hari. Keluhan yang ia nyanyikan membuat semangat yang aku bangun dengan susah payah seolah mau roboh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun