Sangat miris jika kita melihat kawan-kawan muda kita hari ini  terjebak dalam kampanye propagandis bahwa semua ini baik baik saja, bahwa tidak ada cacat politik dalam permasalahan akhir-akhir ini dengan gimik politik sampah. Bayangkan saja jika budaya KKN(Korupsi, Kolusi, Nepotisme) diwajarkan karena hal ini, entah seberapa berdosa kita terhadap para martir reformasi 1998 yang gugur memperjuangkan demokrasi.Â
Kenyataan politik hari-hari ini hanya menyebabkan kita sebagai generasi muda kehilangan asa bahwa siapapun bisa menjadi pemimpin. Karena kenyataanya hanya orang yang memiliki akses dan koneksi lah yang dapat melakukan apapun yang mereka mau. Lalu bagaimana dengan nasib pemuda yang berada di pedalaman? Bagaimana nasib yang lahir dari rahim kaum marhaen? Bagaimana cara mereka ingin menjadi pemimpin bangsa kelak? Pertanyaan ini sulit dijawab karena penguasa saat ini hanya menampilkan sirkus politik yang nir-etika yang penuh kongkalingkong busuk kepada rakyatnya. Bukan sebuah proses panjang untung menjadi pemimpin bangsa.
Menyikapi masalah ini kita harus kembalikan kepada tradisi intelektual dan tradisi radikal-revolusioner. Bagi kita yang  tidak memilih untuk golput, maka pandailah memilah dan memilih calon pemimpin dan wakil rakyat kita, setidaknya pilihlah mereka yang bisa menjaga tradisi pemuda dari zaman pra-kemerdekaan itu dengan melindunginya dari represi. Dilain pihak kita perlu menyuarakan keadilan dan kebenaran baik lisan maupun tulisan, baik dalam ruang digital maupun langsung demi kesehatan demokrasi kita.
Percayalah bahwa pemuda saat ini adalah cerminan bagi bangsa ini kedepan, dan masa depan adalah milik kita para pemuda.
Ever Onward, Never Retreat!
