Identitas Buku :
Judul : Sekali Peristiwa di Banten Selatan
Penulis : Pramoedya Ananta ToerÂ
Penerbit : Lentera Dipantara
Tebal : 128 Halaman
ISBN: 979–97312–15–6
Pramoedya Ananta Toer (6 Februari 1925–30 April 2006) atau yang sering dipanggil "Pram" adalah seorang penulis dan sastrawan yang andal dan piawai dalam menulis Novel, Cerpen, Dan beragam karya sastra lainnya. Sang punggawa Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) ini telah menghasilkan banyak karya karya Sastra seperti Tetralogi Pulau Buru (di dalamnya terdapat 4 Buku, seperti Bumi Manusia, Anak Semua bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca), lalu Novel Keluarga Gerilya, Perburuan, dan masih banyak lagi karya sastra yang telah ia buat.
Novel Bumi Manusia membuat karya Pram banyak digandrungi orang, Terutama saat Novelnya yang berjudul Bumi Manusia difilmkan tahun 2019. Namun banyak karyanya yang seolah terlupakan, termasuk Novel yang akan dibahas dalam tulisan ini, yaitu "Sekali peristiwa di Banten Selatan". Novel yang akan dibahas ini merupakan proyek eksperimental Pram dalam mempraksiskan teori atau aliran Realisme-Sosialis dalam dunia kesusastraan. Dengan posisinya sebagai anggota Lembaga Kebudayaan rakyat (LEKRA), tentunya hal ini menjadi tanggung jawab moral bagi Pram.
Perlu kita ketahui, Realisme-Sosialis merupakan aliran seni realisme yang didasarkan pada cita-cita Sosialisme. Realisme-Sosialis memiliki semangat anti-penindasan dan anti-kapitalisme, yang semata mata ingin mewujudkan tatanan masyarakat sosialis. Berbeda dengan novel yang pernah Pram tulis sebelumnya, Sekali Peristiwa di Banten selatan ini memiliki corak yang kental dengan semangat perlawanan dan Kemenangan pada akhirnya. Nasib sang tokoh utama dalam novel ini yaitu Ranta juga sangat berbeda dengan misalnya tokoh Minke dalam novel Bumi Manusia yang cenderung mengalah dan kalahan. Sementara Ranta sang tokoh utama dalam Novel ini merupakan sosok yang revolusioner dan gagah berani melawan segala bentuk penindasan.
Novel ini merupakan hasil reportase singkat Pram di daerah Banten Selatan. Reportase yang dilakukan Pram sesuai dengan metode kerja Lembaga Kebudayaan Rakyat yaitu "Turba" (Turun ke bawah). Pram memilih daerah Banten Selatan karena Daerah ini adalah daerah yang Subur tetapi rentan dengan penjarahan dan pembunuhan. Rakyat di daerah tersebut miskin-miskin dan dihisap habis-habisan oleh kelas yang berkuasa.