Mohon tunggu...
Adittyo Nugroho
Adittyo Nugroho Mohon Tunggu... -

happy is family..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Sekolah

13 Februari 2015   04:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Sekolah

Indra adalah murid yang cerdas dan pintar, dia adalah anak dari orang yang bisa dibilang kurang mampu. Walau cerdas dan pintar ia tidak sombong terhadap prestasi yang pernah ia capai selama ini. Lain dengan Kika, dia adalah anak yang pandai dan sombong maka dari itu banyak teman yang tidak suka dengan tingkah laku Kika. Indra anak yang rajin membantu kedua orang tuanya, sedangkan Kika kerjaannya hanya makan tidur dan tidak pernah membantu kedua orang tuanya. Maklum saja, kehidupan Indra dengan Kika bagaikan langit dengan bumi yang sangat terpaut jauh jarak keduanya. Namun soal prestasi dan kepribadian, Indra lebih baik daripada Kika.

Pada suatu hari, Bu Erli memberikan ulangan matematika. Semua anak nampak tidak sabar untuk mengerjakan soal itu karena mereka sudah belajar selama semalaman suntuk. “Pasti gampang!” kata Kika dalam hati dengan sombong dan tampak menyepelekan soala yang telah di berikan. Bu Erli pun membagikan soal ulangan satu persatu kepada tiap anak. Setelah itu, semua anak mengerjakannya dengan tertib dan tenang. Angin berhembusan dengan tenang memasuki kelas, menambah suasana kelas yang semakin hening. Suasana kelas pun menjadi tenang dan nampak muka yang ceria dari semua anak, karena mereka bisa mengerjakan soal – soal matematika. Semua anak nampaknya sudah selesai mengerjakan ulangan, Bu Erli pun mengumpulkan kertas hasil ulangan matematika.

“Pasti aku akan mendapat nilai 100 ” kata Kika dengan sombong di hadapan Indra, sambil menunjukkan muka sinis. “Kika, jangan soombong kamu! belum tentu kamu mendapat nilai 100. Kalau kamu tidak mendapat nilai 100 bagaimana? kesal kan?” tanya Indra dengan senyuman manis di bibirnya. Kika hanya terdiam dan menginggalkan kelas dengan muka sebal karena mendengarkan perkataan Indra tadi. Karena sebal dengan perkataan tadi, Kika kemudian mempunyai rencana jahat untuk menggembeskan ban sepeda Indra. Dengan langkah mengendap – ngendap, Kika menuju keparkiran sepeda bersama seorang teman yang terpaksa menemaninya karena dipaksa dan diancam akan di pukul bila tidak mau. Akhirnya, ban sepeda Indra di gembesi depan dan belakang, dengan hati yang puas Kika meninggalkan parkiran dan bergegas pulang. Indra yang sedang disuruh Ibu guru untuk mebereskan meja kerjanya, sehingga dia pulang agak sore. Ibu guru senang meminta tolong kepada Indra karena anaknya yang baik dan tidak pernah meminta imbalan. Banyak para Guru yang suka meminta tolong kepada Indra, dan mereka pasti memberikan imbalan tanpa Indra memintanya.

Karena hari sudah sore, Indra kemudian pulang menuju rumah. Karena pekerjaannya juga sudah selesai, Indra berpamitan dan keluar dari ruang Guru “Indra...!!!” ibu guru memanggil sambil beranjak dari tempat duduknya. “Ini ucapan terima kasih dari Ibu, ditabung ya ...!” sambil memberikan uang dua lembar sepuluh ribuan. “Makasih Bu, tapi saya tadi membantu Ibu dengan ikhlas” sambil mengembalikan uang yang telah ibu guru masukkan dalam saku bajunya.”Loh kok begitu ndra, ini sebagai ucapan terima kasih dari ibu, karena kamu tadi sudah mau membantu membereskan meja kerja Ibu, kalau kamu menolak malah Ibu sakit hati lho” berkata sambil memegang pundak kiri Indra. Akhirnya Indra menerima uang dari Ibu guru sambi mengucapkan “terima kasih bu”, Indra bergegas menuju tempat parkiran untuk mengambil sepedanya. Sore itu suasana mendung dan sepertinya akan turun hujan yang sangat lebat, “astaga, kenepa bisa begini” Indra kaget karena melihat roda depan dan belakangnya sudah gembes tanpa ada angin yang tersisa lagi.

Padahal tempat bengkel sepedanya sangat jauh dari sekolahnya, Indra terpaksa jalan sambil membawa sepeda onthel yang lumayan besar. Sambil berjalan, Indra berpikir kenapa bisa ban depan dan belakangnya gembes secara bersamaan.

Padahal pagi sewaktu berangkat keduan bannya masih baik – baik saja, tiba di tengah jalan ada seorang bapak – bapak yang menegurnya. “kenapa tidak dinaiki dek sepedanya?”, “eh ini Pak, ban saya kempes semua” sambil menunjukkan ban depan dan belakang. “coba sini Bapak lihat boleh dek?” sambil meminta sepeda Indra, “iya – iya Pak silahkan, tapi apa tidak merepotkan Bapak nih?”, “tidak, Bapak kasihan melihat kamu jalan sore – sore begini sendirian!”. Indra duduk disebelah sepedanya sambil ikut mengamati, karena penasaran kenapa bisa gembes berjamaah begitu. “Dek, ini sih tidak bocor, Cuma gembes saja” kata Bapak kepada Indra sambil tersenyum. “Wah begitu ya Pak, tapi benar ya Pak tidak ada yang bocor?”. “Benar dek, sudah Bapak cek berkali – kali” kata Bapak sambil memasangkan dan memompa ban sepeda Indra. “Ini dek sepedanya sudah jadi” kata Bapak sambil menyetandar sepeda Indra, “makasih Pak, ini buat bapak” sambil menyodorkan uang sepuluh ribuan kepada Bapak tersebut. “Wah tidak usah dek, buat jajan kamu saja atau ditabung” menolak sambil tersenyum. “lho tapi Bapak kan tadi sudah membantu memperbaiki sepeda saya” kata Indra sambil menggaruk – garuk rambut kepala, “tadi Bapak Cuma kebetulan lewat saja kok, yasudah kamu pulang sana, hari sudah mau gelap dan nanti orang tuanu kuatir mencarimu” sambil menunjuk langit, “terima kasih Pak, saya pulang dulu karena hari sudah mau gelap” menjabat tangan sambil berlalu meninggalkan Bapak – bapak tadi.

Sesampainya dirumah, Indra kaget kenapa Bapak dan Ibunya berada diluar dengan muka cemas. “ada Pak dan Bu kok dilua” sambil bertanya kebingungan, “Nak, kami sedari tadi menunggu kamu pulang, karena tidak biasanya kamu pulang sampai malam seperi ini” kata sang Ibu dengan mata yang hampir meninitikan air mata. “Maaf ya Pak dan Bu, tadi Indra disuruh membantu Ibu Guru, dan pas mau pulang ban sepeda Indra ternyata kempes semua, jadi terpaksa mendorong sepeda sampai jauh dan untung ada Bapak – bapak yang mau menolong” sambil duduk dan menjelaskan kenapa Indra pulang sampai malam. “yasudah, sekarang kamu masuk terus mandi, sholat kemudian makan dulu” ajak kedua orang tuanya.

Kesokan paginya Indra kembali berangkat sekolah dengan penuh semangat karena hari ini hasil ulangan akan dibagikan. Semua murid sudah masuk kelas dan terlihat tidak sabar ingin melihat nilai hasil ulangan kemarin. Satu - persatu Bu Erli membagikan hasil ulangan matematika kepada semua murid. Saat Indra mendapat hasilnya, ia melihat di kertas ulangannya tertulis nilai 100 di atasnya,Indra bangga dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Sedangakan Kika mendapatkan nilai 60, ia pun kecewa dengan hasilnya dan merasa malu karena hanya Kika yang mendapatkan nilai jelek di kelasnya.Ia merasa malu sekarang dengan semua teman dikelasnya terutama kepada Indra, karena ia terlalu percaya diri untuk mendapatkan nilai 100 dan terlalu jahat juga kepadanya.“Bagaimana Kika?” tanya Indra dengan heran, “hhmmm… aku mendapat nilai 60 Ndra.” jawab Kika dengan kesal, “makannya jadi orang jangan sombong dong Kika!” sahut Indra sambil tersenyum. “mulai besok sekarang belajar bareng saja yuk, itupun kalau kamu mau Ka” ajak indra dengan senyum keapada Kika. Diajak seperti itu Kika bukan merasa senang dan menjawab ajakan Indra, tetapi hanya diam dan menunduk kebawah.

Kika merenung dan merasa kesal dengan perbuatannya selama ini, ia pun sedikit demi sedikit mulai merubah sikapnya yang sombong itu. Berkat Indra, ia tahu apa yang harus ia lakukan untuk meraih nilai yang bagus. Sekarang mereka menjadi seorang teman akrab dan selalu belajar bersama, bila Kika ada kesulitan pasti bertanya kepada Indra dan begitu pula sebaliknya apabila Indra mengalami kesulitan pasti bertanya kepada Kika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun