Mohon tunggu...
Aditya Yuli Sulistyawan
Aditya Yuli Sulistyawan Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pemeluk Paradigma Konstruktivisme dalam Memahami Dunia

cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat untuk Para Pendidik di Tengah Pandemik Covid 19

21 Maret 2020   13:05 Diperbarui: 21 Maret 2020   13:30 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ini bukan sesuatu yang salah sepenuhnya, tetapi dalam konteks ini sekolah sesungguhnya justru memerankan sebagai institusi pendidikan formal, yang begitu positivistik. 

Sekolah seperti sedang menafikkan bahwa pendidikan itu mustinya "merdeka, dimana saja" karena pengetahuan memang bisa didapatkan dimana saja, termasuk di rumah. 

Tanpa tugas-tugas itu, sejatinya anak-anak tetaplah belajar di rumahnya dalam pengalaman masing-masing bersama orang tuanya, atau siapapun yang berinteraksi dengannya. 

Bukankah anak-anak itu juga hanya beberapa jam saja menempuh pendidikan secara formal di sekolah? Sementara lebih banyak sesi lainnya ia habiskan di rumah, melalui pengalamannya. 

Ketika di rumah ia berinteraksi dengan adiknya, dengan kakaknya, dengan orang tuanya ia mendapat pengetahuan bersikap, bahkan misalnya dengan pengalaman-pengalaman kecil membantu ibu memasak atau menyiapkan makanan. Sesederhana itu sesungguhnya hakikat pengetahuan.

Apa yang paling inti dari apa yang hendak saya sampaikan? Di tengah realitas yang kita hadapi saat ini, kita bersama memerlukan jeda. Jeda untuk fokus saling menjaga, saling mendukung, dan bersatu menghadapi pandemik Covid 19 yang semakin dekat dengan kita. Masihkah kita perlu menarget kuantitas PR atau tugas-tugas, sementara kita punya PR yang jauh lebih besar. 

PR untuk menyiapkan kesehatan anak-anak kita, PR untuk meningkatkan mental ketika orang di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri dinyatakan sebagai suspect bahkan positif Covid 19. Ini tanggung jawab dan enerji yang tidak ringan, wahai bapak ibu guru para pendidik.

Mungkin jamak diantara kita menunaikan pekerjaan jarak jauh dengan WFH, selain anak-anak kita juga mengeyam pendidikan dengan model SFH. Tapi banyak juga diantara kita, para orang tua yang tidak punya pilihan untuk itu, dengan harus bekerja dari kantor, apalagi dari rumah sakit. Tidakkah kita satu sama lain juga harus saling mendukung. Banyak dari kita berjuang dengan cara kita masing-masing, termasuk bagaimana menjaga kesehatan anak-anak kita.

Bukankah "hantu" ketakutan itu sudah mulai kita rasakan saat ini? Ketakutan luar biasa karena anak-anak kita saat ini menderita pilek, batuk, dan demam (yang dahulu kita hanya cemas seperlunya), ketakutan kalau ada yang "tidak enak badan" di rumah lalu bahkan yang sakitnya cukup kronis tetapi tidak punya pilihan membawa mereka ke Rumah Sakit, karena Rumah Sakit saat ini tidak bisa menjadi pilihan (karena potensi terpapar Covid 19 yang lebih besar). 

Kita benar-benar tidak punya pilihan, dengan pilihan terbaik justru bertahan diri di rumah, dan disana kita mesti membangun kesiapan kesehatan dan mental yang baik.

Dunia sedang tidak biasa, bapak ibu guru. Dunia membutuhkan andil kita. Dunia saat ini membutuhkan dukungan kita, dengan memerdekakan pendidikan sebisa mungkin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun