Mohon tunggu...
Aditya Wiratama
Aditya Wiratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo nama saya aditya wiratama

Selanjutnya

Tutup

Film

Tanya Jawab Dengan Produser "Berdoa, Mulai"

21 Maret 2023   22:52 Diperbarui: 22 Maret 2023   12:30 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Karena saya iri dengan perempuan-perempuan yang bisa mendirect sebuah film, seperti Kamila Andini dan Gina S. Noer. Bahkan saya juga iri dengan perempuan yang bisa menyutradarai film pendek "Lalu" yang disutradarai oleh seorang perempuan. Salah satu penyebab juga saya tidak berani menjadi sutradara adalah karena saya sendiri masih memiliki mindset bahwa sutradara harus memahami teknis, padahal nggak juga.

Padahal sutradara itu, selama dia bisa menyampaikan apa yang dia inginkan kepada crew yang lain. Tapi karena mindset saya selalu mengkhawtirkan teknis, bagaimana saya bisa menyampaikan apa yang saya inginkan ? bagaimana saya bisa mendeskripsikan pengambilan gambar yang saya inginkan ?

Akhirnya produserial menjadi hal yang paling memungkinkan untuk saya pelajari. Pada saat awal bikin film saya di tempatkan di manager produksi oleh sutradara, akhirnya seiring perjalanan waktu yang saya pelajari hanya seputar produksi. Semakin kesini semakin luas yang saya kerjakan seperti marketing film, mendevelop film dan memproyeksikan film ini kemana saja. Dan ternyata hal tersebut menjadi hal yang menyenangkan bagi saya.

Setahun lalu, "Berdoa, Mulai" adalah film pertama yang saya sebagai produser. Karena sejauh ini biasanya saya hanya menjadi manager produksi dimana pekerjaan saya sudah selesai di produksi dan distribusi bukan menjadi urusan saya. Pada "Berdoa, Mulai" saya mengikuti dari awal, seperti development naskah, casting talent, distribusi dan banyak hal yang akhirnya saya mengetahui banyak hal tentang film ini.

4. Kenapa memutuskan untuk mengankat isu tentang toleransi ?

Jawaban : "Karena toleransi adalah hal yang dekat dan banyak menjadi perbincangan di sekitar kita. Mulai di sosial media, waktu dekat dengan pemilu, hari raya natal dan lainnya. Pembahasan toleransi akhirnya tidak pernah selesai. Toleransi akan lebih sulit kalau dibahasa secara teori daripada penerapannya. Karena Toleransi harusnya akan lebih sederhana kalau langsung dipraktekan."

5. Kenapa berani untuk mengankat isu yang cukup sensitif ?

Jawaban : "Karena ini terjadi pada teman-teman kita dan sekitar kita. Pada cerita ini juga barangkali banyak yang relate. Lalu isu ini akhirnya perlu untuk disampaikan. Ajaibnya film itu karena menjadi salah satu media dimana kita bisa ngomongin soal toleransi, tapi tidak harus membicarakan toleransi dari dialog. Namun, bisa dibangun dari cerita yang dibangun dan simbol-simbol yang ada film tersebut. Jadi film ini mengajak toleransi orang yang menonton tanpa menggurui."

6. Mengapa mengambil perspektif orang non muslim sedangkan anda sendiri adalah muslim ?

Jawaban : "Karena perspektif muslim sudah banyak diketahui oleh masyarakat umum. Karena muslim menjadi mayoritas di negara ini. Namun sedangkan dari sudut pandang minoritas, mungkin banyak yang belum tau bagaimana mereka menerima hal-hal yang diluar dari ajarannya. Mereka ngomong Insyaallah, Alhamdulillah, dan Bismillah merasa biasa saja. Tidak seperti kita (mayoritas) membicarakan tentang mengucapkan natal saja menjadi pembahasan tidak ada habisnya. Jadi film ini membicarakan bagaimana perspektif minoritas melihat toleransi dan bagaimana rasanya menjadi minoritas."

7. Adakah kesulitan selama melakukan pembuatan film ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun