Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Keras atau Tanpa Kekerasan?

29 April 2017   11:18 Diperbarui: 29 April 2017   22:12 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: Kompasiana)

Lalu bagaimana kita mampu mengatasi permasalahn kemerosotan moral ini? Caranya dengan memaksimalkan pendidikan karakter dilingkugan keluarga. Jadi orangtua tidak lepas tangan begitu saja dan menyerahkan sepenuh nya pendidiakn anak kepada lembaga pendidikan.

(Sumber Gambar: rayapos)
(Sumber Gambar: rayapos)
Pendidikan karakter menurut Agus Wibowo sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka meiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Jelas bahwa pendidikan karakter tidak hanya mengedepankan aspek kognitif dalam mendidik murid namun juga mendorong nilai-nilai kejujuran, amanah, disiplin, dan kerjasama. Selama ini masyarakat kita hanya melihat hasil pencapaiandari seorang siswa dan menyampingkan proses yang telah di lewati oleh siswa tersebut. Contoh ketika seorang, murid mendapatkan juara kelas kita seharusnya tidak hanya silau akan hasil yang ia capai tapi lihat juga proses dia dalam mengapai juara kelas, apakah dia mencontek dalam membuat tuags dan saat ujian.

Ada delapan fungsi keluarga menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang mana setiap fungsi keluarga tersebut mempunyai makna masing-masing yang mempunyai peran penting pada kehidupan keluarga. Diantara fungsi keluarga tersebut adalah fungsi pendidikan, yang mana keluarga menjadi wahana terbaik dalam proses sosialisasi dan pendidikan bagi anak-anak. Keluarga menjadi wahana, dan mensosialisasikan sesuatu kepada anak-anak, mengembangkan potensinya agar dapat menajalankan fungsinya dimasyarakat dengan baik.


Keluarga menjadi aspek penting untuk menanamkan karakter anak sehingga anak mempunyai karakter yang baik (Syamsul Kurniawan 2016:64). Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal lingkungan masyarakat yang luas dan sebelum mendapat bimbingan dari lingkugan sekolah, seorang anak lebih dahulu mendapatkan bimbingan atau pendidikan dari kedua orangtua nya atau lingkungan keluarga.

Menarik untuk disampaikan disini, hasil penelitian yang di ungkapkan oleh Suyanto bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewas sudah terjadi ketika berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Artinya karakter banyak dipengaruhi atau diberikan dilingkungan keluarga. Apabila keluarga harmonis, rukun, dan damai maka akan membentuk karakter anak yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun