Mohon tunggu...
Aditya Putra
Aditya Putra Mohon Tunggu... -

seorang pencerita tentang kehidupan dan berbagai warna makna di dalamnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahagia Diobral!!! Gak Sampe Goceng, Bro!!! (Part II)

30 September 2011   01:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, bingung juga sih, tapi mungkin ada alternatif gini: waktu ada penjual semacam beliau ini lewat rumah, panggil aja ke rumah. Biasanya kita tawarin istirahat dulu di depan rumah sambil dikasih minum dan makanan. Mungkin agak sungkan awalnya manggil gitu, tapi sebenernya mereka sangat seneng kalau diperbolehkan istirahat sebentar apalagi dikasih makan dan minum. Trus sambil beliaunya istirahat, kita tanya-tanya deh, jualan apa, udah muter kemana aja, laku atau nggak, untungnya berapa, anaknya berapa, dll. Biasanya mereka seneng kalo ada yang perhatian gitu.

Trus, sebelum beliau pulang, kalau mau ya kasih aja uang terserah berapa semampu kita sambil bilang: “maaf Pak, Alhamdulillah ini ada sedikit rezeki buat bapak, semoga bermanfaat buat bapak dan keluarga” Insya Allah beliau menerima dengan gembira. Kalau nggak ngasih uang, bisa juga ngasih yang lain misalnya bungkusin makanan buat keluarganya di rumah, atau ngasih barang apa aja yang kita punya yang mungkin dah jarang atau nggak kita pake lagi kayak baju, sandal, sepatu, dll buat dipake sama bapaknya atau keluarganya. Insya Allah cara sedekah gini lebih memanusiakan daripada sekadar ngasih tanpa intro dan prolog.

Tapi, kenapa aku milih pedagang keliling? Bukan sekadar pedagang yang mangkal di satu tempat tertentu? Itu karena pedagang keliling unggul dari effort yang dia keluarkan dalam bekerja. Karena dia aktif bergerak, bukan sekadar menunggu. Karena sejatinya rezeki itu dijemput, bukan sekadar dinanti. Ini bukan berarti yang jualannya mangkal tidak dianggap menjemput rezeki lho, tapi yang jualan keliling insya Allah pahalanya lebih banyak karena kalau ia ikhlas, setiap langkahnya akan dihitung pahala oleh Allah. Jangan salah, pahala mencari nafkah untuk keluarga gedhe banget lho…

Di sini lupakan dulu kaidah marketing dan semacamnya yang mungkin bilang kalo bisa jualan sambil duduk ongkang-ongkang kenapa harus capek muter-muter dengan hasil yang gak signifikan bedanya. Di sini konteksnya kita cuma lebih menghargai orang yang bekerja lebih keras, nggak peduli kerja kerasnya itu salah besar dalam prinsip marketing. Nah sedikit tentang ini juga bisa dibaca di notesku tentang bapak penjual pintu tadi.

Ada sebuah cerita luar biasa dari Rasulullah Muhammad SAW tentang hal ini: Suatu ketika seorang penjual semangka lewat di hadapan Rasulullah, Beliau memanggilnya dan membeli 2 buah semangka. Sahabat bertanya; 'ya Rasul, bukankah kau tak terlalu menyukai semangka'. Rasul menjawab: 'benar, tapi aku suka menyenangkan hati seorang penjual semangka..'Allahuakbar! betapa mulia dirimu ya Rasul…

Ya Allah, kumohon jadikanlah kami orang-orang yang senantiasa meneladani kekasih-Mu, Muhammad SAW dalam kondisi apapun…Amin.

4. LAIN-LAIN

Nah pihak yang selanjutnya bisa siapa aja yang kira-kira memang membutuhkan dan pantas menerima kebaikan. Sebenernya berbuat baik nggak harus pilih-pilih sih, siapa saja harus kita beri kebaikan. Tapi ya seperti yang sudah aku tulis di atas, ini sekadar sebuah ikhtiar agar kebaikan kita lebih tepat sasaran dan sesuai prioritas. Beda kan kita ngasih uang 5000 ke tukang sol sepatu sama ke preman?

Misal, waktu kita parkir motor atau mobil di suatu tempat, trus kita lihat tukang parkirnya dah agak tua, trus dari penampilannya dia jadi tukang parkir untuk ngehidupin istri dan anak-anaknya. Bukan buat beli rokok dan mabuk kayak tukang parkir preman (assessment ini berdasarkan intuisi aja sih, emang nggak selalu akurat, tapi biasanya juga nggak meleset-meleset amat). Lebihin aja uang parkirnya ke beliau. Misalnya uang parkir mobil 2000 rupiah, kasih aja 5000 rupiah. Nah waktu beliaunya mau ambil uang kembalian, kita keluarin senyum terindah yang kita punya dibarengin kata-kata sakti itu: “sudah pak, kembaliannya buat bapak saja.” Lalu lihat ekspresi bapak tukang parkir itu dua detik saja, dan rasakan kebahagian langsung menjalari pembuluh darah kita. Subhanallah…

Bisa juga kita ngasih kebaikan orang yang dekat dengan kita tapi sering terlupakan: Pembantu rumah tangga. Sesekali lebihin gajinya, kasih bonus atau hadiah buat dia dan keluarganya. Atau sekadar menyengaja ngebeliin makanan khusus buat beliau, yang murah aja gak masalah. Perhatian itu akan sangat berarti dan sangat membahagiakan buat pembantu kita. Betapa bersyukurnya ia punya majikan yang perhatian dan menghargai pembantunya.

Dan masih banyak lagi orang-orang yang jadi prioritas buat kita beri kebahagiaan. ada yang mau nambah usul siapa aja orang-orang itu? Intinya peluang kebaikan itu lebar terbentang di depan kita, gak akan pernah abis. Tinggal tergantung kita mau ngambil peluang itu atau enggak. Setuju sodara-sodara?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun