Sedih rasanya ketika pertama kali mendengar desa tersebut sebagian luluh lantak. Mereka mengungsi dan banyak yang tak tahu bagaimana nasib tempat tinggal mereka. Padahal jarak puncak Merapi dan desa tersebut masih belasan kilometer. Hamparan abu vulkanis yang tebal memendam rumah-rumah mereka. Sebagian korban terkena dampak langsung bencana itu, dari jatuhnya korban yang meninggal, luka bakar di sebagian tubuh, dan trauma psikologis bagi mereka yang selamat.
Kami mungkin merasa belum banyak hal yang bisa kami berikan untuk desa itu. Waktu dua bulan di sana untuk mengenal dan berbaur bersama masyarakat mungkin masih kurang. Kami akan terus berdoa dan berharap untuk kemajuan Argomulyo, tetap sebagai desa budaya yang menarik banyak pengunjung, seperti hari-hari sebelumnya. Kami juga berharap di masa yang akan datang, masih ada orang yang peduli dengan nasib dusun-dusun yang menjadi korban, membangun dusun-dusun itu kembali dan memberi semangat kepada masyarakat yang bertahan untuk pantang menyerah. Argomulyo, tetap hidup dalam tradisi, semoga tabah, dan tetap jaya kelak…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H