Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2008, arkeolog menemukan dua kerangka manusia kuno yang berusia 9.000 tahun.Â
Tidak diketahui secara pasti penyebab kematiannya, namun para peneliti menemukan bahwa tulang dari kedua manusia kuno ini terinfeksi oleh bakteri yang sangat familiar, yaitu tuberculosis. Sampai sekarang, tuberculosis masih menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia.
Namun, apa itu tuberculosis dan mengapa penyakit ini bisa bertahan dan menjadi epidemi sampai sekarang?
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular yang biasanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). Di Indonesia, penyakit ini dikenal oleh masyarakat umum sebagai TBC atau flek paru.Â
Sama seperti Covid-19, TB umumnya menyerang paru-paru dan menyebabkan gangguan pernapasan. Namun, dalam beberapa kasus, TB juga bisa menyerang organ tubuh lainnya termasuk mata, ginjal, otak, kulit, kelenjar getah bening, dan tulang.
Tuberculosis ditemukan di semua negara di dunia dan menyerang manusia tanpa memandang umur, baik laki-laki maupun perempuan. Pada tahun 2019, WHO mencatat setidaknya ada 10 juta orang di seluruh dunia yang menderita tuberculosis dan 1.4 juta di antaranya meninggal dunia.Â
Di tahun yang sama, negara kita, Indonesia, menduduki peringkat kedua teratas di bawah India yang masih mendapati kasus baru tuberculosis, disusul oleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.
Menginfeksi Berbagai Organ di Dalam Tubuh
Penyakit tuberculosis ditularkan dari manusia ke manusia lain melalui udara, yaitu ketika penderita TB paru aktif melepaskan patogen melalui hembusan napas, bicara, tertawa, atau batuk, kemudian udara yang di dalamnya terdapat patogen tersebut terhirup oleh orang lain.
Patogen TB berciri airborn dan dapat bertahan di udara kurang lebih selama 6 jam, namun konsentrasinya menurun di tempat dengan sirkulasi udara yang baik dan terpapar sinar matahari.