Meskipun pelakunya adalah warga asing, namun menurut kami, menghargai ras, budaya, serta kepercayaan lain merupakan hal dasar dalam membangun kehidupan sosial yang penuh perdamaian. Bahkan, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengadopsi resolusi yang disponsori oleh 60 Negara Anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), untuk memerangi Islamofobia dan segala jenis diskriminasi berdasarkan ras dan agama. Dengan ini, solusi dalam memerangi intoleransi dan radikalisme adalah moderasi agama.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Moderasi adalah pengurangan kekerasan atau penghindaran keekstreman. Jika dimaknai lebih dalam, moderasi agama adalah bentuk menganut suatu agama dengan menghindari kekerasan dan ekstremisme, serta mengutamakan kedamaian dalam pengimplementasian nilai-nilai agama agar dapat sejalan dengan Pancasila.
Moderasi dalam beragama memiliki esensi, yaitu menghormati harkat martabat kemanusiaan, yakni mengakui nilai-nilai dasar yang melekat pada setiap manusia, termasuk hak untuk hidup dengan martabat, kebebasan beragama, dan perlakuan adil. Moderasi Beragama lebih menekankan bahwa agama seharusnya menjadi sumber inspirasi untuk berbuat baik, mengasihi sesama, dan memajukan kemanusiaan.
Dengan adanya moderasi beragama, kedamaian antar-umat bukan hanya sekadar konsep, tetapi juga merupakan komitmen nyata untuk membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera. Melalui integrasi nilai-nilai ini, Indonesia bergerak maju menuju masa depan yang lebih cerah dan bermakna untuk seluruh masyarakatnya. Moderasi agama bertujuan agar umat beragama dapat berperilaku adil dan seimbang dalam melaksanakan suatu permasalahan yang berkaitan dengan agama maupun bersosial. Seseorang tidak bersikap fanatik maupun liberal dalam beragama. Moderasi beragama adalah solusi atas munculnya dua kutub ekstrem dalam beragama yakni kutub liberal dan ultrakonservatif.
Maraknya radikalisme di Denmark karena dapat menimpa kelompok mana pun, bahkan kelompok sekuler sekalipun. Kelompok ultra-nasionalis di Denmark menggunakan isu superioritas rasial sebagai alasan untuk melakukan diskriminasi terhadap kelompok lain, seperti imigran Muslim, Hispanik, Afrika, dan lain-lain. Keyakinan non-agama juga mendorong kebencian terhadap kelompok yang berbeda. Aksi pembakaran Alquran merupakan bentuk penghinaan dan diskriminasi terhadap nilai-nilai agama dan Pancasila. Hal ini juga bertentangan dengan sila pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” dimana berdampak menyinggung umat agama Indonesia.
Solusi untuk memerangi intoleransi dan radikalisme adalah moderasi beragama. Moderasi dalam beragama bertujuan untuk menghindari kekerasan dan ekstremisme, mengutamakan perdamaian dalam penerapan nilai-nilai agama, dan menghormati harkat dan martabat manusia. Moderasi dalam beragama merupakan komitmen untuk membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera. Melalui integrasi nilai-nilai ini, Indonesia bergerak maju menuju masa depan yang lebih cerah dan bermakna bagi seluruh rakyatnya.
Melalui pendekatan moderasi agama, masyarakat dapat mencapai kesepakatan bersama untuk menjaga perdamaian dan harmoni dalam keberagaman, serta mencegah munculnya dua kutub ekstrem dalam beragama, yaitu kutub liberal dan ultrakonservatif. Dengan demikian, kita dapat bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah dan bermakna untuk semua warga, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H