Mohon tunggu...
Aditya Raja Fadlurahman Kusuma
Aditya Raja Fadlurahman Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

Murid SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kematian yang Pasti

23 November 2020   13:09 Diperbarui: 23 November 2020   13:11 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Api megah yang melahirkan kehidupan dahulu menyala sangat terang. Namun setelah waktu berlalu, api itu pun padam. Dari abu api itu lahirlah tiga saudari burung phoenix. Phoenix Api, gadis yang mereinkarnasi. Phoenix Kegelapan, gadis yang mengatur masa hidup. Dan Phoenix Cahaya, gadis yang menjaga kesehatan.

"Tidak masalah luka atau penyakit, kasih taulah aku apa yang menyakitimu dan aku akan menyembuhkannya! Menjaga kesehatanmu adalah tugasku!" 

Sang Phoenix Cahaya sangat menyukai kekuataannya, karena Ia dapat membuat semua orang gembira. Tapi pada suatu hari, Ia mulai ragu dengan kekuataannya.

"Apakah menjaga kesehatan seseorang ada artinya? Lagipula, setelah berapa kalipun seseorang disembuhkan, pada akhirnya kematian datang untuk kita semua." 

Saat hari-hari berlalu, keraguan di hatinya mulai bertumbuh. Lesu dan lalai, Ia membiarkan satu kehidupan lolos dari tangannya.

"Aku... gagal?" Phoenix Cahaya tercengang. 

"Jangan khawatir, aku akan membantumu." 

Phoenix Api datang dan mengulurkan tangannya diatas mayat tersebut. Dalam sekejap, Ia memulihkan kehidupan mayat tersebut untuk reinkarnasi. 

"Jiwa yang tidak bisa disembuhkan akan meninggal, membuka pintu untuk reinkarnasi." Nada Phoenix Api tegas tapi lembut.

Kata-Kata tersebut membuat hati Phoenix Cahaya lebih ragu dari sebelumnya. 

"Punya tempat apa kekuatan untuk menyembuhkan ketika ada kekuatan begitu megah seperti reinkarnasi?" 

Jika peran dia tidak dibutuhkan, mengapa dia harus lanjut melaksanakannya? Phoenix Cahaya pun memilih untuk berhenti melaksanakan tugasnya dan menjalani kehidupan sendiri. Dengan Ia tidak melaksanakan tugasnya, penyakit menyebar, dan dunia menjadi penduh dengan kematian dan kesedihan.

Hatinya sebenarnya sedih, tapi Ia memutuskan untuk mengabaikan penderitaan semua orang. Dia berjalan terus, melintasi sungai, dataran rumput, dan hutan kering. Dan pada akhirnya dia sampai pada sebuah gurun dan bertemu dengan seekor anak kuda yang terjatuh dan lelah.

Dia sendiri bisa membantu binatang yang ditinggal dan membutuhkan bantuan ini. Dengan enggan, Phoenix Cahaya memakai kekuataannya untuk menyembuhkannya. Dengan daya hidupnya kembali, kuda tersebut memberi Phoenix Cahaya sebuah pertanyaan.

"Terima kasih. Aku ditinggal disini sendiri, apakah... kamu sendiri juga?" 

Phoenix Cahaya menganggukkan kepalanya. Mereka berdua pernah mengalami rasanya sendirian, dan mereka pun menjadi dekat dalam waktu yang cukup singkat. Mereka tidak bisa dipisah, tiap kali kuda tersebut jatuh sakit, Ia akan selaluu menyembuhkannya. Sampai kuda tersebut sudah dewasa, hari-hari mereka berlalu tanpa masalah besar.

Namun bahkan waktu paling bahagia akhirnya akan berakhir. Dan pada suatu hari di musim dingin, Phoenix Cahaya dihadapi dengan prinsip kekal. Kuda yang sekarang tua tersebut jatuh sakit. Seperti biasa Phoenix Cahaya mencoba untuk menyembuhkannya, tetapi setelah mencoba sekuat mungkin, penderitaan kuda tersebut tidak menghilang.

Dengan ketakutan menaklukan hatinya, dia mencoba sekali lagi menggunakan kekuataannya untuk menyembuhkan kuda tersebut. Namun kuda itu tidak sembuh-sembuh, dan penyakitnya semakin parah. 

"Kenapa? Kenapa kamu tidak sembuh-sembuh? Aku tidak punya apa lagi selain kekuatanku ini, dan sekarang kekuatanku diambil dari genggaman-ku?"

Kuda tersebut berada di jurang kematian, penyakitnya sekarang sudah fatal. Phoenix Cahaya menangis. Saat Ia menangis, kuda tersebut melihatnya dan tersenyum, kuda berbicara 

"Walaupun aku tidak bisa tetap disini bersamamu, kenanganku akan hidup di dalam dirimu selamanya. Semoga it menjadi kunci untuk membuka hatimu yang terbebani itu."

Ini merupakan kata-kata terakhir kuda tersebut. Hanya tubuh tak bernyawanya yang tersisa. Phoenix Cahaya menangis dan bergegas kembali ke Phoenix Api. 

"Tolong reinkarnasikan kuda ini! Aku ingin berbicara dengannya sekali lagi, apapun caranya! Tolong, aku akan lakukan apa saja!"

 Dalam situasi ini, Phoenix api melaksanakan tugasnya. Jiwa kuda tersebut kembali menjadi anak kuda, dan Phoenix Cahaya menangis sekali lagi-kali ini menangis dengan bahagia.

"Kamu siapa?"

Phoenix cahaya terdiam dan tidak bergerak. Kehidupan yang didepannya adalah kehidupan baru. Tidak ada kenangan lama kuda tersisa dalam kuda tereinkarnasi ini. 

"Aku akhirnya mengerti. Kekuatan reinkarnasi bukan pengganti kekuatanku ini. dan kenangan temanku tetap hidup... di hatiku sendiri."

Semua kehidupan pada akhirnya akan menemui kematian. Namun yang Phoenix Cahaya lakukan dengan kekuatannya jauh dari sia-sia. Dengan ketetapan hati yang baru. Phoenix Cahaya pun melanjutkan tugasnya, menyembuhkan luka dan penyakit, dan memberi kebahagiaan kepada semua orang.

Sampai hari ini, burung phoenix putih tersebut membawa kenangan indah dari seorang teman. Kenangan sebuah kuda, berlari diatas daratan rumput, melampaui waktu dengan melalui hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun