Binatang-binatang laut terdampar pada pantai tidak jarang terjadi, sekitar 2000 binatang terdampar pada pantai setiap tahun. Binatang yang paling sering terdampar adalah ikan paus, tetapi apakah kalian tahu bahwa seekor paus yang terdampar dapat meledak?
Hal ini tidak selalu terjadi, tetapi saat terjadi dapat menghasilkan bau yang sangat tidak sedap. Mari kita lihat mengapa hal ini terjadi.
Mengapa Paus yang Terdampar Meledak?
Ketika seekor paus mati terdampar pada pantai, gas akan menumpuk karena isi perutnya yang membusuk. Karena lapisan lemak dan kulitnya yang kuat dan tebal, gas itu menjadi sulit untuk dikeluarkan.
Gabungan dari panas dan berat badan paus itu sendiri dapat membuat lubang-lubang pada badannya untuk menutup, yang dapat membuat ledakannya lebih dahsyat.
Penyebab bangkai paus untuk meledak sebenarnya tidak alami, tetapi karena perbuatan manusia. Karena manusia-manusia penasaran, banyak paus yang terdampar itu tersentuh, digerakkan, yang membuat kulitnya untuk robek. Setelah kulit robek, banyak organ dan gas akan dikeluarkan, terkadang dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Peristiwa ini tidak hanya terjadi pada paus saja, gas yang menumpuk dan kemudian dikeluarkan hampir terjadi pada semua binatang. Tetapi karena besarnya paus dibandingkan dengan binatang lain, peristiwa ini jauh lebih mudah dilihat.
Apa yang Terjadi Jika Paus Mati di Tengah Laut?
Ketika seekor paus mati di tengah laut, hal yang sama seperti jika paus terdampar akan terjadi. Gas akan menumpuk karena isi perutnya yang membusuk, tetapi tanpa gangguan manusia gas itu lama-lama akan keluar dan bangkai paus itu akan tenggelam. Karena besarnya seekor paus, bangkai paus biasanya akan tiba pada dasar laut secara utuh.
Pada di dasar laut, ikan-ikan seperti hiu akan datang dan merusak jaringan lunak paus, lalu bangkainya akan dimakan. Lalu, binatang seperti Osedax mucofloris, cacing pemakan tulang akan datang dan memakan sisa tulang paus. Seluruh proses ini dapat terjadi dalam 30 tahun atau lebih, jadi seekor paus secara ekologis tetap berperan bahkan setelah kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H