Paper ini merupakan sebagai bahan diskusi kelas Komunikasi Lingkungan, dosen : Yohanes Widodo, M. Sc.
Pendahuluan
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai ulasan dari sebuah pesan lingkungan yang mungkin pesan lingkungan tersebut telah dilakukan bahkan hingga saat ini. Ulasan ini dibuat karena melihat banyaknya kampanye mengenai pesan lingkungan di luar sana namun juga tidak sedikit yang bersimpangan dengan dampak realita yang ada di belakangnya. Mungkin bagi beberapa pihak yang menjalankannya, hal tersebut sudah dianggap membantu, namun dalam realitanya belum tentu kita satu pemikiran dengan pihak yang menjalankan program sesuai dengan pesan lingkungan tersebut.
Dalam tulisan ini, pesan lingkungan yang akan menjadi tema pembahasan kritik kita yakni pesan lingkungan mengenai pesan “ Tebang Tanam” yang sedang marak dijadikan sebagai solusi dari pengembangan hutan. Adapun kalimat lain yang pesannya memiliki maksud yang sama dengan pesan “ Tebang Tanam”, yakni “ Tebang Satu Tanam Seribu “, “ Tebang Pilih Tanam “ dll. Pengkritisan ini bukan bermaksud untuk menyalahkan salah satu pihak, namun diharapkan terciptanya masyarakat yang kritis dan mampu menciptakan solusi yang lebih baik bagi lingkungan dan bagi kita semua.
Pembahasan
Sekilas mengenai pesan kampanye “ Tebang Tanam “
Tebang tanam merupakan sebuah program yang dilakukan guna menjaga kelestarian hutan. Mungkin banyak sekali orang di luar sana yang memanfaatkan sumber daya hutan, pohon yang tumbuh di hutan pada khususnya untuk dijadikan sebagai lahan usaha seperti membuat produk dari kayu. Dengan kejadian seperti itu, maka muncullah sebuah kampanye lingkungan yang memunculkan pesan lingkungan dengan tema “ Tebang Tanam “ untuk dijadikan sebagai solusi penghijauan kembali hutan yang sudah tereksploitasi.
Konsep dari sistem tebang tanam ini yakni apabila seseorang hendak menebang pohon, maka orang tersebut memiliki kewajiban untuk mengganti pohon tersebut dengan cara menanam bibit baru dengan jumlah yang di tentukan pada area penebangan pohon yang bermaksud untuk menjaga keseimbangan kelestarian pohon untuk generasi mendatang. Hal ini sudah dilakukan kurang lebih selama 4 tahun – 5 tahun terakhir ini, dan juga sudah dilakukan oleh berbagai negara dan Indonesia termasuk salah satu negara yang menjalankan konsep dari kampanye pesan “ Tebang Tanam” ini. Di Indonesia terdapat juga pesan lingkungan dengan maksud yang sama seperti “ tebang Tanam “, yakni “ Tebang Satu, Tanam Seribu “ dengan tagline “ gerakan menjaga kelestarian HUTAN kita, untuk generasi mendatang “. Dan selain dari pesan tersebut, di beberapa daerah seperti di Indonesia khususnya, pemerintah di masing-masing daerah ada juga yang sudah menerapkan konsep program lingkungan tersebut setelah pesan lingkungan tersebut mulai di canangkan. Namun apakah program tersebut bisa dikatakan efektif atau tidak, maka kita akan mengkritisinya mulai dari pesan lingkungan yang menjadikan program tersebut berjalan.
Kritik pesan lingkungan
Dalam pesan lingkungan Tebang Tanam seperti “ Tebang satu, Tanam seribu “, bila kita membacanya maka bisa saja memiliki maksud yang lain. Dari kalimat tebang satu, berarti seseorang diperbolehkan untuk menebang sebuah pohon padahal banyak sekali yang mengecam penebangan pohon di tengah isu global warming yang sedang marak hingga saat ini. Walaupun seseorang mengganti pohon yang mereka tebang dengan menanam beberapa bibit pohon baru, hal tersebut menurut saya belum bisa dikatakan sebagai hal yang benar-benar menguntungkan. Salah satunya karena satu pohon yang besar itu bisa dikatakan lebih berguna daripada bibit pohon kecil dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan pohon yang besar memiliki akar yang besar pula dan berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi dan bisa berakibat tanah longsor. Selain itu, dalam isu global warming yang sedang marak juga saat ini pohon yang besar juga memiliki peran yang cukup penting, yakni dengan pohon yang besar dan memiliki daun yang rimbun tentunya bisa berfungsi untuk mengurangi gas efek rumah kaca dan menggantinya dengan oksigen yang dihasilkan.
Kenapa seseorang tidak memilih untuk mensiasati produksi yang menggunaan bahan dari pohon atau kayu, misalnya seperti daur ulang perabot dari kayu yang sudah tidak terpakai lalu dijadikan serbuk kayu yang nantinya bisa diolah menjadi perabot kayu yang baru lagi. Menurut saya, ditengah isu global warming seperti ini penebangan pohon seharusnya mulai dikurangi. Global warming yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh gas yang dihasilkan dari meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, namun juga disebabkan oleh semakin sempitnya lahan penghijauan seperti semakin luasnya daerah penggundulan hutan yang diekploitasi oleh berbagai pihak. Tentu hal tersebut menjadikan sebuah kerugian bagi sebagian besar orang dan lingkungan.
Selain itu, penanaman bibit pohon baru untuk mengganti sejumlah pohon yang ditebang juga bukan merupakan hal yang efektif dan menguntungkan ( dalam konteks lingkungan ). Hal ini dikatakan karena mengingat fungsi pohon besar yang lebih vital dibandingkan dengan bibit yang masih kecil. Selain itu juga dalam konteks waktu, akan berapa lama bibit pohon yang kecil itu mampu tumbuh besar dan mampu menggantikan peran pohon besar yang telah ditebang tersebut. Dari hal tersebut dapat kita lihat pada realitanya bahwa penggundulan hutan semakin luas dan peran dari bibit tersebut juga belum bisa dikatakan berfungsi. Misalnya, tanah longsor yang terjadi akibat semakin luasnya penggundulan hutan yang disebabkan oleh semakin banyaknya penebangan yang dilakukan. Bibit pohon yang ditanam dan bertujuan untuk mengganti sejumlah pohon yang ditebang belum bisa berfungsi maksimal layaknya pohon besar yang tumbuh di hutan, bahkan bibit tersebut bisa saja mati atau rusak akibat longsor yang terjadi.
Kembali pada pesan lingkungan yang marak dikampanyekan yakni mengenai tebang tanam, penebangan yang dilakukan dengan mengganti dengan bibit baru juga bisa dianggap merugikan. Dalam hal ini, kita lihat dalam tagline yang ada pada pesan “ Tebang satu, Tanam seribu “ yang bersemboyan “ gerakan menjaga kelangsungan hutan kita, untuk generasi mendatang “. Bisa kita ketahui dari kalimat tersebut, bahwa pesan lingkungan mengenai tebang tanam ini dikampanyekan guna menjaga kelestarian hutan tersebut dikampanyekan guna memberikan keuntungan bagi generasi mendatang dari bibit pohon yang ditanam dari para penebang yang menggantinya dari pohon yang mereka tebang. Namun apakah selalu untuk generasi mendatang ? apakah generasi yang sekarang ini tidak berhak mendapatkan kelestarian hutan yang bisa menguntungkan kelangsungan hidup saat ini bukan untuk dieksploitasi.
Dari pesan lingkungan di atas yang berisikan pesan mengenai tebang tanam, tidak sedikit orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk keuntungan pribadi. Buktinya, masih banyak orang yang melakukan penebangan pohon di lingkungan hutan misalnya, namun masih dianggap sebagai hal yang legal karena mereka juga menjalankan apa yang disampaikan dalam pesan lingkungan tersebut. Banyak pihak yang tentunya dianggap meraup untung dari hal tersebut, misalnya, penebang pohon besar yang nantinya ia jadikan sebagai produk tentunya memiliki nilai jual yang tinggi, belum menjadi produk pun pohon dalam ukuran besar memang sudah memiliki nilai jual atau harga yang tinggi. Sedangkan harga untuk membeli bibit pohon untuk mengganti pohon yang ditebang tersebut relatif lebih murah, sehingga banyak penebang yang menyalahgunakan makna dari pesan tersebut karena secara financial hal tersebut tidak merugikan bagi penebang pohon.
Hal tersebut bukanlah merupakan sekedar asumsi belaka, bisa kita lihat di luar sana bahwa hutan yang kita miliki akan semakin tipis. Lihat bagaimana beberapa pihak tetap menebang pohon di hutan, tentu saja karena mereka mengutamakan kepentingan diri mereka sendiri tanpa memikirkan dampak negatif terhadap lingkungan. Mereka tetap melakukan penebangan karena mereka menyalahgunakan landasan pesan lingkungan tersebut. Tentunya bagi kepentingan financial untuk meraup keuntungan yang besar, mereka lebih baik kehilangan sedikit biaya untuk membeli bibit pohon guna mengganti pohon yang mereka tebang yang nantinya akan memiliki nilai jual atau harga jauh lebih besar. Bayangkan apabila pohon-pohon besar dalam jumlah yang banyak setiap harinya ditebang dan berubah menjadi bibit-bibit pohon kecil yang kita tidak tahu berapa lama bibit tersebut akan tumbuh dan menggantikan pohon yang hilang ditebang atau bisa bertahankah bibit tersebut dalam proses pertumbuhannya tanpa lindungan dari pohon yang lebih besar di alam.
Dari pernyataan di atas, kita dapat menemukan kerangka logika dari ketidakefisienan mengganti pohon yang besar dengan bibit-bibit pohon yang baru. Misalnya, bibit yang kita tanam sebagai pengganti pohon yang kita tebang tersebut akan tumbuh besar sama seperti pohon yang kita tebang sebelumnya dalam waktu kurang lebih selama 20 tahun. Namun apabila seseorang “ membuat mudah “ pesan tersebut, dan mereka mengartikannya lain maka akan terjadi penebangan setiap harinya. Pohon yang besar akan berubah menjadi bibit yang kecil, padahal apabiloa setiap hari penebangan tersebut terjadi, maka hutan dengan pohon yang besar di perkirakan akan habis dalam jangka waktu sekitar 10 tahun mengingat semakin sedikitnya lahan hutan yang kita miliki. Maka ada masanya kita akan kehabisan pohon yang besar sebagai pelindung lingkungan yang kita miliki dan hanya tersisa pohon-pohon kecil yang mungkin fungsinya belum bisa semaksimal pohon-pohon besar yang kita miliki. Alhasil bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan isu global warming yang sedang kita alami ini akan semakin marak terjadi dan merusak lingkungan ekosistem kelangsungan hidup kita sendiri.
Namun tidak semua yang dihasilkan dari pesan lingkungan tersebut memiliki nilai yang negatif, hanya saja pesan lingkungan tersebut belum menemui nilai yang maksimal untuk menyelamatkan kelestarian lingkungan untuk keuntungan bagi semua pihak. Sebagai contohnya pesan lingkungan tersebut memiliki nilai yang positif yakni pesan lingkungan Tebang Tanam tersebut bermaksud menyelamatkan kelestarian lingkungan hutan yang diharapkan mampu ikut membantu menjaga lingkungan kelangsungan hidup kita sebagai manusia, selain itu pesan lingkungan tersebut juga mengantisipasi masa yang akan datang agar generasi mendatang dapat merasakan juga kelestarian lingkungan hutan yang kita miliki atau dengan kata lain agar tidak kehabisan dan hilangnya lingkungan kelestarian hutan di masa mereka. Namun sedikit lebih maju, hal tersebut tentu kurang menguntungkan bagi masa kini. Kenapa bukan solusi yang bisa menguntungkan bagi generasi sekarang dan seterusnya, padahal generasi yang sekarang ini juga memiliki hak untuk menikmati kelestarian alam yang indah dan natural tanpa adanya eksploitasi terhadap alam. Karena untuk sekarang ini, lebih banyak pohon yang hilang daripada tumbuh seperti semula sebelum terjadi penebangan walaupun sudah diganti dengan bibit-bibit yang baru.
Pesan lingkungan “ Tebang Tanam “ bisa memiliki arti yang luas dan ambigu, walaupun memliki maksud yang baik yakni seseorang diwajibkan mengganti dengan sejumlah bibit pohon yang telah ditentukan untuk ditanam dari setiap pohon yang mereka tebang, namun di sisi lain pesan lingkungan tersebut juga bisa diartikan seperti bahwa seseorang boleh-boleh saja menebang pohon asal bisa atau dapat menggantinya dengan bibit-bibit yang baru untuk di tanam. Hal tersebut menjadi masalah karena untuk sebagian orang hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai hal yang berbeda dan tidak menguntungkan, misalnya mereka memilih untuk membeli bibit pohon yang mungkin biayanya lebih sedikit untuk mendapat pohon yang harganya jauh lebih besar guna meraup keuntungan dan mencapai kepentingan pribadi. Ketidak efektifan dari pesan lingkungan tebang tanam ini ditambah dengan adanya penebangan liar yang menambah jumlah hilangnya pohon di dalam lingkungan hutan. Oleh karena itu, sebenarnya dalam hal ini penebangan pohon harus diminimalisir sebelum semua pohon yang kita miliki sebagi penopang lingkungan hidup kita habis di masa pohon pengganti belum siap untuk berfungsi maksimal.
Kesimpulan
Pesan lingkungan yang tengah marak dilakukan demi kelangsungan kelestarian hutan yakni “ Tebang Tanam” walaupun sudah diterapkan oleh beberapa daerah dan beberapa negara pada aktualnya belum bisa dikatakan sebagai sebuah solusi yang memberikan keuntungan bagi alam. Masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan pesan lingkungan tersebut. Antara lain :
a.Jangka waktu
b.Kuantitas sumber daya yang masih ada
c.Isu global ( global warming, penebangan liar, dll )
d.Dll
Dalam poin-poin diatas, kita sudah membahasnya yang pertama mengenai waktu yang dibutuhkan dari proses perputaran siklus pertumbuhan pohon. Apakah siklus perputaran dari penanaman bibit baru tersebut sudah sesuai dengan siklus hilangnya pohon karena penebangan yang dilakukan. Karena pada dasarnya pohon yang ditebang lebih cepat habis dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan pohon-pohon baru yang sedang ditanam.
Selain itu, keterkaitan dengan isu-su gobal yang marak diperbincangkan seperti global warming ( pemanasan global ) dan penebangan liar. Tentu sebenarnya penebangan pohon itu sudah dikecam oleh publik karena akan berimbas vatal bagi kelangsungan hidup manusia pada umumnya. Namun sekilas dari pesan lingkungan seperti “ Tebang Tanam “ memberikan dampak yang lain, bagaimana tidak, pesan tersebut terdengar seperti kita boleh-boleh saja menebang pohon untuk mengeksploitasinya hanya cukup dengan menggantinya dengan bibit tanaman atau pohon yang baru. Tentu hal ini yang akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak peduli dengan lingkungan dan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri untuk mencari keuntungan.
Memang tidak semua solusi itu memberikan hasil yang sempurna, namun alangkah baiknya bila kita berusaha untuk mendekati kesempurnaan tersebut. Akan tetapi pada dasarnya pesan lingkungan yang disampaikan itu memiliki tujuan yang baik bagi menjaga kelestarian sebuah lingkungan, selain itu pesan lingkungan juga muncul karena adanya bentuk kepedulian terhadap lingkungan dimana kita sadar bahwa lingkunganlah yang menopang kita untuk terus hidup. Hanya saja, ada beberapa pesan lingkungan yang dianggap belum atau kurang tepat untuk dilakukan karena masih terdapat suatu celah untuk dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang tidak peduli dengan lingkungan.
Dari ulasan mengenai pesan lingkungan seperti “ Tebang Tanam “ kita masih dapat melihat celah-celah yang mungkin bisa menjadi sebuah kelemahan dari pesan tersebut. Mungkin saja pesan lingkungan tersebut bisa diganti misalnya dengan pesan lingkungan “ Tanam dulu, tumbuh, baru Tebang “, bisa dengan himbauan daur ulang, dll. Namun diharapkan bisa memperkecil celah seseorang untuk menyalah artikan pesan yang telah dibuat dengan tujuan yang baik tersebut. Oleh karena itu kita harus selalu mencoba untuk berpikir kritis terhadap pesan lingkungan yang disampaikan guna melindungi lingkungan yang memang seharusnya kita jaga dan kita lestarikan.
Sekian ulasan kritis mengenai pesan lingkungan “ Tebang Tanam “, diharapkan semua puhak untuk berpikir terbuka dan mampu menghasilkan solusi bersama yang lebih baik untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang kita miliki bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H