Pangkalpinang belakangan ini menjadi sorotan dengan semakin maraknya acara bazaar dan festival yang melibatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal. Meski sekilas terlihat menggembirakan, karena memberikan lebih banyak ruang bagi UMKM untuk tampil, para pelaku usaha justru mengeluhkan dampak nyata dari pelaksanaan event tersebut.Â
Banyak di antaranya merasa bahwa fokus acara telah bergeser dari ajang branding dan promosi produk, menjadi sekadar hiburan yang kurang memberikan manfaat ekonomi signifikan bagi pelaku usaha.
Menurut data survei internal yang dilakukan oleh Komunitas UMKM Pangkalpinang, sekitar 65% pelaku UMKM mengaku bahwa event-event yang diselenggarakan beberapa bulan belakangan tidak memberikan keuntungan yang memadai. Bahkan, 45% dari mereka melaporkan bahwa omzet mereka selama acara berlangsung justru di bawah ekspektasi, dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000 per hari.
 Hal ini sangat kontras dengan visi awal yang diusung oleh pemerintah daerah, di mana bazaar dan festival UMKM diharapkan dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal dan wadah bagi pelaku usaha untuk mempromosikan produknya kepada masyarakat luas.
Kehilangan Esensi Branding
Banyak pelaku UMKM berpendapat bahwa penyelenggara terlalu berfokus pada jumlah event, tanpa memikirkan kualitas dan estetika acara itu sendiri. Salah satu pengusaha kuliner lokal yang telah lama berpartisipasi dalam berbagai event, menyatakan kekecewaannya, "Bazaar ini lebih seperti pasar malam yang ramai, tapi tanpa kesan elegan. Kami datang ke sini untuk branding dan meningkatkan penjualan, bukan hanya untuk hiburan semata." Kritik ini semakin kuat karena dekorasi dan susunan acara yang dianggap tidak menonjolkan keunikan dan kualitas produk lokal.
Ketika sebuah event hanya menjadi ajang keramaian tanpa memperhatikan aspek promosi yang kuat, UMKM yang seharusnya mendapatkan momentum untuk branding justru kehilangan peluang tersebut.Â
Salah satu contoh bisa dilihat pada penempatan tenant yang acak, tanpa konsep estetika yang kuat, sehingga membuat acara tampak kurang profesional. Ini berdampak pada persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan, yang akhirnya berimbas pada rendahnya minat pembelian.
Kurangnya Fokus pada Kesejahteraan Pelaku Usaha
Selain masalah estetika dan branding, aspek kesejahteraan pelaku usaha juga menjadi sorotan. Banyak pelaku UMKM merasa bahwa biaya yang mereka keluarkan untuk berpartisipasi dalam bazaar ini tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan.
 Dengan harga sewa stand yang mencapai Rp 1-2 juta per acara, beberapa pelaku usaha kecil merasa kesulitan untuk mencapai titik impas, apalagi mendapatkan keuntungan.
Dalam beberapa kasus, event-event ini malah membebani pelaku UMKM karena mereka harus mengeluarkan modal tambahan untuk dekorasi stand dan stok produk, namun omzet yang dihasilkan jauh di bawah harapan. 30% pelaku UMKM yang disurvei melaporkan bahwa mereka hanya meraih keuntungan tipis atau bahkan mengalami kerugian selama partisipasi mereka di acara bazaar Pangkalpinang.
Pendapat Akademisi
Dari sisi akademis, jurnal tentang Event Management and Economic Impact menekankan bahwa kualitas dan konsep estetika event sangat mempengaruhi daya tarik konsumen dan efektivitas promosi produk.Â
Penelitian ini menyebutkan bahwa event yang dirancang dengan fokus pada estetika, tema yang kuat, dan pengalaman pengunjung mampu meningkatkan nilai brand dan pendapatan pelaku usaha hingga 50% lebih tinggi dibandingkan event yang hanya mengutamakan kuantitas tanpa mempertimbangkan kualitas.
Aditya Pratama., S.E., CCSME. Aktivis dan pegiat Ekonomi kreatif dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang juga Putra Daerah Pangkalpinang, menyoroti, "Event bazaar dan festival UMKM seharusnya menjadi kesempatan strategis untuk mempromosikan produk lokal dengan cara yang kreatif dan inovatif.Â
Ketika konsepnya hanya berfokus pada hiburan tanpa memperhatikan aspek estetika dan branding, maka tujuan utamanya sebagai ajang promosi akan hilang. Pelaku UMKM hanya akan dirugikan karena tidak mendapatkan eksposur yang layak, sementara biaya partisipasi tetap tinggi."
Ketika sebuah event hanya dijadikan ajang gagah-gagahan untuk menyaingi yang sudah punya nama, esensinya hilang. Lebih parah lagi, jika dendam pribadi membuat kita menghasut satu sama lain. Apakah prestasi harus diukur dengan menjatuhkan yang lain? Â
Harapan untuk Perbaikan
Melihat situasi ini, pelaku UMKM di Pangkalpinang berharap agar penyelenggara lebih memperhatikan kualitas acara, dengan penekanan pada estetika yang mendukung branding produk.Â
Mereka menginginkan adanya evaluasi menyeluruh dari pihak penyelenggara untuk memastikan event berikutnya mampu memberikan dampak ekonomi yang positif bagi para pelaku usaha.
"Bazaar ini seharusnya bukan sekadar keramaian, tetapi sebuah wadah yang mendukung kesejahteraan kami sebagai pelaku UMKM. Kami butuh event yang dirancang dengan baik, di mana estetika dan branding menjadi bagian penting dari pengalaman pengunjung. Dengan begitu, kami bisa mendapatkan keuntungan finansial dan juga promosi produk yang lebih luas," ungkap salah satu pelaku usaha.
Dengan semakin banyaknya kritik yang muncul, diharapkan ke depan event-event UMKM di Pangkalpinang dapat lebih memperhatikan keseimbangan antara jumlah event dan kualitas pelaksanaannya, agar tujuan utamanya untuk memajukan ekonomi lokal benar-benar tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H