Essai ini penulis karang dalam rangka menuju peringatan Hari Bela Negara yakni pada tanggal 19 Desember 2021. Salah satu unsur dasar bela negara yang wajib dipegang dalam diri kita yaitu sikap rela berkorban. Lebih tepatnya rela berkorban demi bangsa dan negara.
Sudah tak asing lagi di telinga kita jika mendengar, melihat, dan mengucapkan kalimat "RELA BERKORBAN". Sejak menempuh pendidikan sekolah dasar hingga saat ini, sudah tak terhitung berapa kali kata tersebut mengelilingi kehidupan kita. Namun, apa sebenarnya makna dari kata "Rela Berkorban" ini.
Rela berkorban dapat didefinisikan berbagai macam. Rela berkorban adalah bersedia dengan ikhlas, senang hati, dengan tidak mengharapkan imbalan dan mau memberikan sebagian yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya.
Makna yang terkandung dalam pengertian ini adalah bahwa untuk mencapai suatu kemajuan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam hidup bermasyarakat diperlukan adanya kesediaan dengan ikhlas hati untuk memberikan sesuatu yang kita miliki untuk keperluan orang lain atau masyarakat (Sukmono, 2013:84-85).
Dari pernyataan di atas, jika penulis sederhanakan, definisi dari rela berkorban yaitu ketika seorang melakukan suatu kebaikan terhadap orang lain atau segelintir orang (tak termasuk dirinya) dengan sukarela dan ikhlas agar terciptanya kebaikan bagi banyak orang.
Atau kasarnya anda harus menomordua-kan urusan, kepentingan, dan kenyamanan anda. Bisa kita bayangkan betapa sulitnya melakukan hal ini, karena tidak semua orang ingin menomordua-kan urusannya.
Oleh sebab itu, fokus utama dari bahasan ini adalah bagaimana sedikit bentuk rela berkorban yang bisa penulis lakukan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara melalui Taruna STMKG yang mana nantinya akan ditugaskan untuk menjadi kader BMKG guna menjaga keselamatan bangsa dan negara Indonesia.
Sudah hampir tiga bulan penulis menempuh pendidikan di STMKG. Di masa pandemi seperti sekarang ini, rasanya kurang maksimal dalam memahami ilmu karena beberapa kendala dan keterbatasan yang ada.
Namun, penulis tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, agar ilmu ini dikemudian hari dapat bermanfaat bagi diri sendiri, dan khusunya bagi masyarakat Indonesia. Menjadi taruna STMKG merupakan salah satu bentuk rela berkorban bagi bangsa dan negara.
Bukan karena apa-apa, menjadi taruna STMKG merupakan pilihan hidup untuk kedepannya, dikarenakan para taruna ini nantinya harus mementingkan keselamatan bangsa, negara, dan masyarakat dibandingkan urusan pribadi khususnya dari ancaman dan bencana yang bersifat alamiah.
Ancaman dan bencana alam ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Oleh sebab itu, para lulusan STMKG harus merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya demi keselamatan bangsa dan negara Indonesia.