Mohon tunggu...
Aditya Prapanca
Aditya Prapanca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa.

" اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ " lihatlah apa yg di katakan dan jangan melihat siapa yg mengatakan -Ali bin Abi Tholib-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Taruna STMKG sebagai Bentuk Rela Berkorban bagi Bangsa dan Negara

15 Desember 2021   00:48 Diperbarui: 15 Desember 2021   00:55 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Essai ini penulis karang  dalam rangka menuju peringatan Hari Bela Negara yakni pada tanggal 19 Desember 2021. Salah satu unsur dasar bela negara yang wajib dipegang dalam diri kita yaitu sikap rela berkorban. Lebih tepatnya rela berkorban demi bangsa dan negara.  

Sudah tak asing lagi di telinga kita jika mendengar, melihat, dan mengucapkan kalimat "RELA BERKORBAN". Sejak menempuh pendidikan sekolah dasar hingga saat ini, sudah tak terhitung berapa kali kata tersebut mengelilingi kehidupan kita. Namun, apa sebenarnya makna dari kata "Rela Berkorban" ini.

Rela berkorban dapat didefinisikan berbagai macam.  Rela berkorban adalah bersedia dengan ikhlas, senang hati, dengan tidak mengharapkan imbalan dan mau memberikan sebagian yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya. 

Makna yang terkandung dalam pengertian ini adalah bahwa untuk mencapai suatu kemajuan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam hidup bermasyarakat diperlukan adanya kesediaan dengan ikhlas hati untuk memberikan sesuatu yang kita miliki untuk keperluan orang lain atau masyarakat (Sukmono, 2013:84-85). 

Dari pernyataan di atas, jika penulis sederhanakan, definisi dari rela berkorban yaitu ketika seorang melakukan suatu kebaikan terhadap orang lain atau segelintir orang (tak termasuk dirinya) dengan sukarela dan ikhlas agar terciptanya kebaikan bagi banyak orang.  

Atau kasarnya anda harus menomordua-kan urusan, kepentingan, dan kenyamanan anda. Bisa kita bayangkan betapa sulitnya melakukan hal ini, karena tidak semua orang ingin menomordua-kan urusannya. 

Oleh sebab itu, fokus utama dari bahasan ini adalah bagaimana sedikit bentuk rela berkorban yang bisa penulis lakukan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara melalui Taruna STMKG yang mana nantinya akan ditugaskan untuk menjadi kader BMKG guna menjaga keselamatan bangsa dan negara Indonesia.

Sudah hampir tiga bulan penulis menempuh pendidikan di STMKG. Di masa pandemi seperti sekarang ini, rasanya kurang maksimal dalam memahami ilmu karena beberapa kendala dan keterbatasan yang ada. 

Namun, penulis tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, agar ilmu ini dikemudian hari dapat bermanfaat bagi diri sendiri, dan khusunya bagi masyarakat Indonesia. Menjadi taruna STMKG merupakan salah satu bentuk rela berkorban bagi bangsa dan negara. 

Bukan karena apa-apa, menjadi taruna STMKG merupakan pilihan hidup untuk kedepannya, dikarenakan para taruna ini nantinya harus mementingkan keselamatan bangsa, negara, dan masyarakat dibandingkan urusan pribadi  khususnya dari ancaman dan bencana yang bersifat alamiah. 

Ancaman dan bencana alam ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Oleh sebab itu, para lulusan STMKG harus merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya demi keselamatan bangsa dan negara Indonesia.

Sebagai seorang taruna STMKG sudah seharusnya untuk memberikan yang terbaik bagi almamater dan BMKG. Di STMKG sendiri, para taruna diberikan pendidikan mental langsung oleh para pembina, dosen, serta senior. 

Mental seorang taruna STMKG harus kuat dan tak mudah  menyerah. Hal ini bertujuan  dikala nanti sudah menjadi ASN BMKG, kinerja seorang ASN akan dapat dilihat langsung oleh masyarakat Indonesia. Baik dan buruknya, itu semua dilihat langsung oleh masyarakat. 

Bagaimana dalam memberikan informasi, ketepatan, kecepatan,  serta keakuratan informasi yang diberikan kepada masyarakat,  itu semua dapat dinilai langsung oleh masyarakat kita, baik dari sosial media, lingkungan, keluarga dan sebagainya. 

Oleh sebab itu, dimulai saat menjadi seorang taruna, mental harus terus di asah dan dididik sebaik mungkin, agar tak mudah menyerah, tak mudah terpengaruh komentar buruk, supaya kedepannya dapat menjadi ASN yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Setelah mental terbentuk, tak kalah penting yang harus dimiliki dan diimplementasikan terus-menerus oleh para taruna STMKG yakni akhlak atau perilaku yang baik. 

Sebagai seorang manusia, tingkah laku itu sangat amat dijunjung tinggi. Bagaimana jadinya jika seorang taruna STMKG yang mana nantinya akan menjadi ASN BMKG memiliki tingkah laku yang buruk, baik terhadap dosen, senior, junior bahkan terhadap masyarakat kedepannya. Tentu hal ini akan mencoreng nama baik almamater dan BMKG khususnya, dan kepada masyarakat umumnya. 

Maka dari itu, setelah menjadi ASN nanti, justru akhlak atau tingkah laku inilah yang  sangat penting di lapangan kerja. Sebagai contoh dikala menyampaikan informasi secara langsung kepada masyarakat, haruslah dengan sopan dan tingkah laku yang baik agar masyarakat merasa nyaman dan tenang dalam menerima informasi yang disampaikan.

Terakhir, memiliki wawasan yang luas dan terus mengembangkan ilmu MKG . Hal ini amat penting bagi taruna STMKG  selain sebagai kewajiban bagi taruna dalam perkuliahan, wawasan yang luas akan berguna nantinya saat menjadi ASN BMKG. 

Sebagai seorang yang akan menjadi ahli di bidang ilmu MKG, haruslah mencari ilmu sebanyak- banyaknya, improve ourself, raih prestasi sebanyak mungkin dalam bidang apapun. Semua ini harus dilakukan, selain sebagai proses upgrade diri, hal ini tak lain tak bukan yaitu bertujuan untuk kemajuan bangsa dan kebermanfaatan bagi masyarakat luas. 

Menurut saya, para taruna nanti yang akan menjadi ASN BMKG haruslah bisa menyampaikan informasi tentang ilmu MKG (baik iklim, cuaca, gempa bumi, tsunami dan sebagainya) sebaik mungkin  dan sesederhana mungkin agar masyarakat dapat memahami informasi yang disampaikan dengan mudah. Itu salah satu poin penting menurut saya yang harus dilakukan, agar seluruh masyarakat Indonesia yang sekiranya masih awam dapat memahami nya dengan mudah. Sebagai contoh, perubahan iklim.

 Mayoritas masyarakat Indonesia masih awam dengan hal ini, padahal kenaikan suhu bumi akan berdampak pada keberlangsungan dan kesejahteraan hidup manusia kedepannya. Oleh sebab itu seperti yang penulis sampaikan di atas, seorang taruna STMKG harus terus berusaha  mencari ilmu sebanyak mungkin, terus membaca, dan mengembangkan diri,agar dapat menjadi ahli, bukan hanya sekadar pintar, yang terpenting bagaimana carannya ilmu yang dimiliki dapat dimanfaatkan  dapat dimengerti oleh masyarakat dan untuk kebaikan bagi banyak orang.

Semua paparan di atas merupakan salah satu bentuk rela berkorban bagi bangsa dan negara sebagai seorang taruna STMKG. Dimulai dari pendidikan mental, tingkah laku, wawasan dan ilmu MKG dan lain nya, semua itu merupakan salah satu bentuk pengabdian sebagai seorang taruna STMKG   dan bentuk kecintaan  bagi bangsa dan negara. Harapan penulis kedepannya, semoga para taruna STMKG dapat bermanfaat bagi BMKG dan terpenting  masyarakat Indonesia, serta dapat menanamkan permanen dalam dirinya  sikap rela berkorban  untuk kepentingan bangsa dan negara.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bela Negara.

Dosen Pengampu: Fendy Arifianto, M.Si

Nama: Aditya Prapanca

NPT: 21.21.0002

Prodi: Klimatologi 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun