“Itu kesalahan yang kerap kali diulang-ulang pemain. Kami sering menyumbang poin kepada lawan karena itu,” kata pelatih asal Mojokerto tersebut.
Well, apapun alasannya, semoga putaran II kesalahan seperti itu tidak terulang kembali.
Torehan sangar juga dicapai oleh tim putri Elektrik. Dari enam pertandingan, mereka berhasil menyapu bersih—tentu saja. Tapi, yang jauh lebih mencengangkan, dari jumlah itu, mereka memenangi empat pertandingan dengan skor 3-0 masing-masing atas Jakarta BNI Taplus, Gresik Petrokimia, Batam Sindo BVN, dan Bandung Bank BJB.
Aprilia Manganang cs menemui kebuntuan pada laga pertama melawan Jakarta Pertamina Energi. Maklum, keduanya dalah finalis musim lalu. Pertamina sendiri sempat unggul 2-0, namun anak asuh Tian Mei justru bisa membalikkan keadaan dengan memenangi laga tersebut 3-2 (27/1).
Pertandingan sengit juga disuguhkan kala berjumpa Jakarta PGN Popsivo Polwan. Dengan statusnya sebagai runner-up, Popsivo sempat memberikan perlawanan yang menyulitkan. Sayangnya, klub yang menjalin MoU (nota kesepahaman) dengan Polri tersebut tak bisa berbuat banyak. Elektrik mengakhiri perlawanan Popsivo dengan skor 3-1 (10/2).
Sebenarnya, apa yang menarik lagi? Dengan status juara bertahan, keduanya memberikan pernyataan yang sama sekali berbeda saat akan memulai laga perdana. Dengan menjuarai Proliga putri dua musim terakhir, Elektrik berani membuat sesumbar.
“Dengan berbagai persiapan matang, kami ingin menjadikan piala tetap Proliga menjadi milik kami, termasuk pada tahun ini yang kami target memboyong piala untuk ketiga kalinya (hattrick),” ujar Asisten manajer putri Jakarta Elektrik PLN Heri Hermawan.
Memang materi pemain yang mereka miliki sangat mumpuni untuk mencapai target fantastis itu. Dengan diperkuat oleh dua pemain asing, Lindsay Stalzer (AS) dan Maria Jose (Venezuela), apalagi Manganang juga masih bertaji, bukan hal sulit untuk merealisasikan sesumbar seperti itu.
Lain dengan Samator. Pelatih Barsjah malah tidak ingin jumawa. Ia menganggap semua tim punya kekuatan yang merata.
“Saya rasa dalam sebuah kompetisi setiap tim ingin meraih gelar juara. Oleh sebab itu, kami hanya ingin fokus untuk memenangi laga per laga,” katanya.
Berulang kali, pelatih timnas di SEA Games 2015 tersebut menolak julukan unggulan yang ditujukan pada timnya. “Bagaimana pun, kami juga bisa berbuat kesalahan. Oleh karena itu, fokus saat bertanding lebih penting dari pada sibuk dengan perang urat saraf,” ujarnya lagi. Penyataan ini cukup menohok, mengingat tim-tim papan bawah senang sekali berujar di media soal target tinggi tapi nihil hasil.