Mohon tunggu...
Aditya Prahara
Aditya Prahara Mohon Tunggu... Jurnalis -

Suka olahraga. http://adityaprahara.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Happy Birthday, Marcelo Lippi!

12 April 2016   01:41 Diperbarui: 12 April 2016   02:47 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Marcelo Lippi. (c) Getty Images"][/caption]Hari ini, 12 April 2016, adalah hari yang sangat bersejarah bagi seorang pelatih kawakan asal Italia, Marcelo Lippi. Mantan pelatih timnas Italia ini berusia 68 pada hari ini. Berbagai prestasi dan rekor yang telah dicapainya membuat publik sepak bola Italia bahkan dunia begitu mengagumi racikan tangan dinginnya.

Pria kelahiran Viereggio, Italia ini memulai karir profesional sebagai pemain bersama Sampdoria pada tahun 1969 sebagai pemain belakang. Selama sepuluh tahun (1969-1979) membela La Samp—julukan Sampdoria, Lippi tercatat 274 kali tampil dengan torehan 5 gol. Lippi juga sempat dipinjamkan ke Savona pada musim 1969/1970. Berturut-turut kemudian Lippi juga pernah berseragam Pistoise (1979-1981) dan Lucchese (1981-1982). Total Lippi sudah 363 dengan 7 gol selama berkarir sebagai pemain di semua klub.

Sebagai pemain, Lippi tak pernah menorehkan prestasi yang mengesankan. Tak ada satu pun trofi yang berhasil diraihnya. Seperti halnya karirnya sebagai pemain, karir pelatihnya juga banyak dia habiskan di Italia. Namun, kali ini ia bergelimang trofi.

Pria kelahiran 12 April 1948 ini memutuskan gantung sepatu pada 1982 di usia yang tergolong muda, 34 tahun. Hanya selang beberapa hari, Lippi pun dipercaya klub lamanya, Sampdoria, untuk melatih Sampdoria Primavera (junior).

Selama tiga tahun ia mengutak-atik taktik di tim junor, dia pun kemudian berkelana ke beberapa klub Italia. Tercatat berikutnya ia melatih Pontedera (1985-1986), Siena (1986–1987), Pistoiese (1987–1988), Carrarese (1988–1989), Cesena (1989–1991), dan Lucchese (1991–1992).

Segudang pengalaman dengan melatih enam klub dalam rentang tujuh tahun, jadi bekalnya untuk menerima tawaran Atalanta, tim penghuni Serie A Italia, di musim 1992/93.

Targetnya mudah hanya dengan Salvezza alias bertahan di Serie A. Namun, Lippi malah melebihi target klub dengan nyaris berkompetisi di Eropa. Pada akhir musim, klub yang bermarkas di Atleti Azzurri d'Italia itu dibawanya ke posisi delapan klasemen akhir. La Dea—julukan Atlanta—hanya terpaut satu poin saja dari Cagliari di peringkat tujuh, yang berhak lolos ke ajang Piala UEFA (kini UEFA Europa League).

Cukup semusim di Atalanta (1992/1993), Lippi kemudian direkrut oleh tim yang lebih besar, Napoli. Il Partonopei—julukan Napola berniat untuk mengatrol posisi mereka pasca ditinggal sang legenda, Diego Maradona. Lippi pun memenuhi target dengan membawa Napoli kembali ke papan atas dengan lolos ke Piala UEFA, di akhir musim 1993/1994.

Awal musim 1994/1995, nama Lippi pun masuk ke dalam bursa kepelatihan klub raksasa Juventus. Lippi pun menerima tawaran klub asal Turin itu untuk menggantikan kepergian pelatih legendaris, Giovanni Trapattoni. Dan bersama La Vechia Signora—julukan Juventus—inilah kisah manis Lippi dimulai. Di musim perdananya bersama Si Nyonya Tua, Lippi sukses memenangi tiga trofi sekaligus, scudetto Serie A, Piala Italia, dan Piala Super Italia. Semusim kemudian, ia sukses menjuarai Liga Champions pada tahun 1996. Ini merupakan trofi The Big Ears pertamanya dan satu-satunya sebagai allenatore.

[caption caption="Para pemain Juventus merayakan trofi Liga Champions 1996. (c) Getty Images"]

[/caption]Dua musim berikutnya, Lippi sukses membawa Juventus ke final Liga Champions di tahun 1997 dan 1998, namun dua-duanya ia gagal membawa kembali trofi si kuping besar itu. Namun, selama dua musim itu, ia dapat mengobati luka di Eropa dengan meraih scudetto. Memasuki musim kelima, Lippi gagal membawa pulang satu pun trofi untuk Juventus. Hal ini pun cukup untuk menuntaskan tugasnya melatih si zebra di periode satunya. Lima musim melatih (1994-1999), ia sukses meraih tiga scudetto, satu Piala Italia, dua Piala Super Italia, satu Liga Champions, satu Piala Super UEFA, dan satu Piala Interkontinental.

Di musim 1999/2000, ia malah melatih klub rival klasik Juve, Internazionale Milan. Seperti musim sebelumnya, Lippi tak dapat menghadirkan satu pun trofi.

Memasuki musim 2001/2002, Lippi kembali melatih klub terbaik di Negeri Pizza, Juventus. Tiga musim (2001-2004) melatih Juventus di periode dua ini, Lippi membawa duascudetto dan dua Piala Super Italia. Pada pertengahan 2004, Lippi untuk kedua kalinya berpisah dengan Juventus. Ia pun memilih untuk melatih timnas Italia.

Sesungguhnya, Lippi ingin rehat sejenak dari aktivitas sepak bola. Namun tantangan melatih tim nasional begitu menggodanya. Ia pun memutuskan untuk mengambil peran itu dengan lagi-lagi menggantikan kursi milik seniornya, Giovanni Trapattoni.

Beberapa hasil buruh dipetik Gli Azzurri dibawah asuhan Lippi, baik di babak kualifikasi maupun uji coba. Saat Italia kalah di markas Slovenia, pada matchday 3 babak kualifikasi Piala Dunia. Il Mister mendapat banyak cercaan dengan menyertakan nama-nama asing macam Aimo Diana, Fabio Grosso, dan Luca Toni. Sementara para pemain mapan sekelas Christian Vieri, Marco Di Vaio, hingga Antonio Cassano tak dihiraukan.

Akan tetapi, Lippi berhasil membungkam segala kritik seiring membaiknya performa La Nazionale yang lolos ke Piala Dunia 2006 dengan status sebagai juara grup kualifikasi. Hasil uji coba menjelang turnamen pun gemilang, karena mereka sempat membantai tim-tim unggulan macam Belanda dan Jerman.

Tak kesulitan di fase grup, Italia menunjukkan mental juara di babak perdelapan-final dan perempat-final dengan menyingkirkan Australia dan Ukraina.

Fabio Cannavaro dkk kemudian mematahkan segala prediksi dengan mengalahkan tuan rumah Jerman di semi final. Padahal di momen tersebut, sepakbola Italia tengah digemparkan dengan kasus calciopoli atau pengaturan skor. Percobaan bunuh diri yang dilakukan Gianluca Pessotto dengan dituduhnya Juve sebagai tersangka utama, sempat membuat beberapa penggawanya pulang ke negeri asal untuk menjenguk.

Beruntung, segala masalah yang menerpa persepakbolaan Italia mampu disikapi Lippi dengan bijak tanpa mengganggu persiapan anak asuhnya menuju final. Setelah Der Panzer berhasil ditumbangkan, Prancis jadi korban lanjutan di partai puncak. Setelah selama 120 menit bermain dengan skor 1-1, yang disertai juga dengan momen tandukan Zinedine Zidane ke dada Marco Matterazi, Italia akhirnya meraih gelar juara dunia untuk kali keempat sepanjang sejarah, melalui babak adu penalti. Ia pun banyak dipuja oleh seluruh penjuru Italia.

[caption caption="Marcelo Lippi memegang trofi Piala Dunia 2006 dijunjung oleh para pemain timnas Italia. (c) Getty Images"]

[/caption]Selepas turnamen, kabar mengejutkan datang karena Lippi enggan untuk memperpanjang kontraknya sebagai juru taktik timnas Italia. Ia mengatakan rehat sejenak dari segala kepenatan menjadi seorang pelatih. Dua tahun (2006-2008) ia menganggur. Baru pada tahun 2008, ia kembali menerima tawaran sebagai pelatih timnas Italia lagi.

Sayangnya kali ini hasilnya berbeda 180 derajat. Italia hancur lebur di Piala Dunia 2010 dengan menjadi juru kunci di babak fase grup. Lippi kemudian mengundurkan diri dan mengakui jika momen itu adalah blunder terbesar dalam kariernya sebagai pelatih.

“Sebelum Piala Dunia 2006, saya telah memutuskan untuk mundur bagaimana pun hasilnya. Lalu dua tahun kemudian, saya kembali karena saya meninggalkan skuat yang fantastis di tim nasional,” ungkap Lippi saat diwawancarai Radio 24. “Namun keputusan itu rupanya sebuah kesalahan besar. Saya seharusnya tidak kembali ke tim nasional setelah berhasil menjuarai Piala Dunia. Itu adalah salah satu blunder terbesar dalam karier saya.”

Lagi-lagi ia mengambil cuti. Pada tahun 2011, sempat berhembus kabr bahwa Lippi akan melatih Juventus kembali. Namun perjudian besar dilakukan olehnya. Ia memilih untuk menerima tawaran klub Liga Super Cina, Guangzhou Evergrande di tahun 2012. Tak dinyana, karir kepelatihannya di Cina berjalan begitu fantastis. Double winner pun didatangkannya di musim perdana dengan trofi Liga Super Cina dan Piala FA Cina. Musim berikutnya, ia lagi-lagi meraih double winner, namun kali ini lebih istimewa. Ia sukses mengawinkan trofi Liga Super Cina dan trofi Liga Champions Asia di tahun 2013. Tahun 2014, Lippi menutup karir pelatihnya dengan meraih kembali trofi Liga Super Cina. Dengan demikian ia berhasil meraih trofi yang sama tiga tahun berturut-turut.

[caption caption="Lippi diangkat oleh para pemain Guangzhou Evergrande saat menjuarai Liga Champions Asia. (c) Getty Images"]

[/caption]Merasa puas dengan segala prestasinya, menginjak usia 66 tahun di musim 2013/14 Lippi pun memutuskan untuk mengakhiri segala petualangannya sebagai palatih sepak bola, tepat di akhir musim atau pada Senin, 3 November 2014.

Peran sebagai direktur teknis Guangzhou adalah jabatan Lippi selanjutnya, untuk menghabiskan sisa tiga tahun masa kontraknya sampai 2017.

Selain prestasi yang begitu luar biasa, Lippi juga mencetak beberapa rekor sebagai pelatih. Tiga rekor yang berhasil dipecahnya paling menyita publik adalah sebagai pelatih pertama yang pernah memenangi Liga Champions dan Piala Dunia, pelatih pertama yang memenangi Liga Champions UEFA (Eropa) dan Liga Champions AFC (Asia), dan pelatih yang paling banyak memenangi scudetto sebanyak lima.

Kini, kita tak akan lagi melihatnya berada di pinggir lapangan memberikan instruksi pada pemain. Segala hal yang pernah diraih dan dicapainya tetap menjadi sejarah yang menakjubkan bagi sepak bola dunia. Statusnya sebagai allenatore legendaris akan dikenang oleh publik sepak bola dunia.

Untuk itu, buon compleanno, Marcelo Lippi!

Surabaya, 12 April 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun