Ada juga penggambaran yang massif kita temui di media media tentang kualitas kehidupan sehari-hari di Jepang yang tercermin dalam rutinitas yang teratur dan rasa hormat yang mendalam terhadap orang lain.Â
Etika sopan santun seperti mengucapkan salam dan membungkuk masih sangat dijunjung tinggi, bahkan dalam interaksi sehari-hari. Masyarakat Jepang juga sangat menghargai kerja keras dan dedikasi, yang tercermin dalam budaya kerja yang disiplin dan komitmen terhadap kualitas.Â
Sedikit menggarisbawahi tentang etika sopan satun di Jepang, saya sendiri kurang sependapat kalau budaya membungkuk sebagai tanda menghormati orang lain menjadi dasar penilaian sopan tidaknya sebuah bangsa karena penilaian semacam ini sifatnya relatif dan belum menggambarkan sifat dan sikap manusia secara global dan komprehensif.Â
Lebih mengerucut lagi terkait daya tarik di Jepang khususnya untuk bidang ekonomi adalah menjanjikannya tingkat upah, salary dan take home pay untuk pekerja di Jepang. Sehingga membuat banyak orang khususnya dari negara-negara dunia ketiga yang ingin mengadu nasib di Jepang demi mendapatkan penghasilan yang niainya cukup fantastis, jika dibandingkan dengan income yang dia terima di negaranya apalagi jika dibandingkan dengan kurs mata uang di negaranya.
Namun demikian, untuk mendapatkan penghasilan atau gaji yang fantasispun ada banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalahÂ
- Tingkat persaingan bursa tenaga kerja ketat, apalagi untuk bidang-bidang pekerjaan yang memerlukan tingkat skill tertentu dan memadai.Â
Jangan berharap bisa dapat kerja di Jepang, jika tidak memiliki skill yang dibutuhkan di Jepang, alih-alih mengadu nasib untuk kehidupan yang layak malah menjadi gelandangan dan terlunta-lunta di Jepang.
- Tuntutan target output/hasil kerja terbilang tinggi.Â
Kita mengenal semangat kerja orang Jepang itu sangat tinggi dan memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaan. Standar yang tinggi ini, selalu menjadi problematika bagi para pekerja imigran yang harus meningkatkan semangat dan etika kerjanya paling tidak sama dengan orang Jepang. bisa dibilang tidak ada waktu untuk santai-santai di tengah jam kerja.
- Biaya hidupnya juga terbilang mahal.Â
Memang betul, gaji dan upah pekerja di Jepang, jika dinilai denga kurs rupiah pastilah sangat fantastis, namun rekan-rekan jangan lupa bahwa biaya hidup di Jepang itu terbilang sangat mahal, apalagi di kota kota besar seperti Tokyo dan Osaka. Â
- Perbedaan budaya yang tajamÂ
Culture atau budaya Jepang dengan Indonesia sangat banyak perbedaannya sehingga bagi sebagian orang Melayu yang pindah atau kerja di Jepang pasti mengalami culture shock. Mulai dari budaya di tempat kerja, budaya antre di layanan sektor publik, hingga budaya bertetangga di Jepang.Â
Selain itu terdapat anomali budaya di Jepang yang jarang diekspos yaitu kehidupan hedonisme di masyarakat perkotaan Jepang dan Jepang adalah salah satu sentra industri pornografi dunia.
- Perbedaan iklim dan cuaca
Walaupun ini minor pengaruhnya, namun di awal-awal perpindahan pastilah menjadi salah satu problematika bagi kita, khususnya Indonesia utamanya ketika musim dingin tiba. Butuh penyesuaian beberapa waktu agar tubuh bisa adaptasi dengan lingkungan.
Secara keseluruhan, kehidupan di Jepang adalah perpaduan unik antara tradisi dan modernitas, antara kerja keras dan estetika yang indah, menciptakan pengalaman yang kaya dan beragam bagi siapa pun yang memutuskan untuk menjelajahinya.Â
Namun demikian, perlu kiranya untuk dipikirkan matang-matang jika ingin tinggal dan menetap di sana, musti banyak hal yang harus dipersiapkan termasuk mempersiapkan segala kemungkinan buruk apabila sudah memutuskan hidup di Jepang.Â
Seperti pepatah bilang jangan terjebak dengan gambaran yang baik-baik saja di negara tetangga seperti "rumput tetangga lebih hijau", selalu kedepankan cek dan ricek serta berpikir logis dan kritis agar tidak menyesal di kemudian hari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H