Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Jitu Mengenali Sumber Potensi Konflik di Jalanan dan Penanganannya

10 November 2023   04:52 Diperbarui: 15 November 2023   11:30 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pahami bahwa saat ini dunia pada umumnya mengalami kemajuan teknologi yang sangat cepat. Perkembangan teknologi ini bukan hanya memberikan dampak positif kepada manusia, namun juga memberikan dampak negatif.

Demikian juga yang terjadi di dunia transportasi kita saat ini, dimana dengan kemajuan teknologi, kita dapat melakukan perjalanan yang dulunya memakan waktu lama, dan saat ini dapat menjangkaunya menjadi semakin mudah dan cepat.

Yang dulunya kendaraan adalah kebutuhan tersier, saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan sekunder yang sangat penting, bahkan telah menjadi salah satu dari kebutuhan utama bagi Sebagian manusia.

Hal ini mengakibatkan banyaknya demand manusia akan kendaraan, dan memberikan efek turunan yang kurang menyenangkan seperti semakin padatnya jalan dengan kendaraan baik itu kendaraan pribadi atapun kendaraan umum, kualitas udara semakin memburuk dikarenakan efek polusi kendaraan dan meningkatkan tingkat kematian ataupun kecelakaan di jalan.

Berbicara tentang semakin padatnya lalulintas di jalanan, semakin banyaknya manusia menggunakan sarana transportasi, kadangkala membuat terjadinya gesekan antar pengguna jalan dan transportasi. Hal yang seringkali kita temui di jalanan khususnya di kota-kota besar, menjadikan prihatin Sebagian orang.

Banyak hal yang menyebabkan mudahnya para pengguna jalan ataupun pengguna transportasi khususnya transportasi public mudah tersulut emosi dan terjadi gesekan yang sebenarnya tidak perlu diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Budaya mementingkan keinginan sendiri

Saat ini budaya individualistic dan mementingkan diri sendiri, tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat secara luas. 

Seringkali kita temui di jalan, ada pengendara kendaraan bermotor yang mengemudi seenaknya sendiri, kadang mengambil jalur secara "paksa" dari pengendara lainnya. 

Hal inilah yang menjadi pemicu munculnya gesekan dan perselisihan antar pengendara, bahkan kadangkala berakhir dengan pertengkaran dan adu fisik di jalan.

Pertumbuhan ruas jalan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah kendaraan, menyebabkan jumlah kendaraan yang berada di jalan melebihi jumlah ideal yang ditentukan pemerintah. 

Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadi kemacetan di beberapa titik jalan, dan kondisi ini sangat tidak nyaman bagi para pengendara terutama di siang hari.

Harapannya dengan mengendarai kendaraan, akan sampai tujuan lebih cepat namun dikarenakan macet menjadi terlambat. Hal inilah yang menyebabkan pengguna jalan frustasi dan kemudian meluapkan emosinya ke pengendara lainnya.

  • Penuh sesaknya pengguna sarana transportasi public

Sama halnya dengan kondisi jalan, dimana kondisi transportasi umum khususnya transportasi massal seperti busway trans Jakarta, kereta listrik atau commuterline. 

Pada jam jam sibuk, pengguna transportasi umum jumlahnya sangat banyak dan tidak bisa terlayani secara optimal, sehingga terjadi penumpukan calon penumpang di stasiun ataupun berdesak desakan di dalam kereta. 

Kondisi yang kurang nyaman inipun menjadikan manusia menjadi "sumbu pendek" dan sering tersulut emosinya hanya karena persoalan yang sepele dan remeh.

  • Tekanan hidup

Manusia pada umumnya menginginkan keteraturan dan kecukupan, namun demikian kebutuhan manusia semakin meningkat, sedangkan untuk pendapatannya kadangkala tidak bisa mengikuti, sehingga terjadilah kekurangan pemenuhan kebutuhan dan menyebabkan tekanan hidup semakin berat. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan hidup dan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin sulit dapat menjadi trigger pemicu ketidastabilan emosi manusia.

  • Kecemburuan sosial

Selain dari budaya individualitis, budaya konsumerisme juga menjadi salah satu hal yang bisa menjadi penyebab timbulnya kecemburuan sosial.

Budaya konsumerisme yang juga diikuti dengan budaya flexing menjadikan beberapa individu mudah tersulut emosinya. 

Contoh kasus yang nyata di jalanan adalah adanya perilaku memalukan seperti ketika ada kendaraan bagus dan baru lewat, ada saja yang usil untuk menggores body kendaraan, atau menghalang halangi laju kendaraan bagus.

Kondisi-kondisi diatas memanglah sangat tidak membuat nyaman khususnya bagi pengendara kendaraan. 

***

https://mamikos.com/info/contoh-alat-transportasi-khusus-dan-umum-pljr/
https://mamikos.com/info/contoh-alat-transportasi-khusus-dan-umum-pljr/

Untuk itu perlu sekali adanya mitigasi resiko baik secara individual ataupun usaha bersama kelompok masyarakat serta peran serta pemerintah sama guna menghindari tersulut emosi di jalanan ataupun di transportasi public, sebagai berikut:

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah menjadi salah satu upaya mereduksi tingkat stress dan emosi pengguna jalan secara massive, dengan pengaturan lalulintas yang optimal mengurangi kepadatan ataupun kemacetan. 

Termasuk diantaranya adalah pembatasan jumlah pengendara di jalanan melalui beragam kebijakan lalulintas, memperbanyak jumlah moda transportasi masal yang nyaman dan aman, serta menambah jumlah jalan atau memperlebar jalan hingga dapat lebih banyak menampung kendaraan.

Usaha Bersama

Usaha Bersama atau kelompok dalam mengurangi tingkat stress dan emosi di jalan adalah dengan mengedukasi Masyarakat dalam berkendara yang baik dan benar. 

Selain itu juga dapat secara kolektif menggunakan kendaraan secara Bersama sama guna mengurangi jumlah kendaraan yang ada di jalan.

Yang Bisa Kita Lakukan

Menjaga emosi diri Ketika berkendara, dan sebisa mungkin menghindari konflik yang tidak diperlukan. Selain itu juga menjaga kendaraan pribadi agar tetap dalam kondisi optimal agar tidak terjadi masalah Ketika digunakan dijalan. 

Memanfaatkan transportasi umum guna mengurangi kepadatan jalan, serta menjaga tata tertib dalam berkendara atau menaiki kendaraan umum sehingga tidak menimbulkan potensi konflik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun