Kondisi yang tidak stabil, dan belum bergeraknya sistem ekonomi secara ban berjalan, menyebabkan terjadinya perubahan sikap atau behaviour masyarakat dalam mensikapinya.Â
Belajar dari kondisi ketika pandemi covid-19 yang membuat kita semua untuk mampu bertahan ditengah kondisi yang serba terbatas, membuat sebagian dari kita secara alami mulai mengatur pengeluarannya dengan mempertimbangkan skala prioritas. Sehingga kebiasaan konsumtif sebelum pandemi covid-19 dan krisis global mulai lebih tertata lagi.Â
Secara umum pola konsumsi yang selektif ini memang baik, karena pos pos pembelanjaan untuk hal-hal yang dirasa kurang berguna bisa dipotong dan digunakan untuk konsumsi yang lebih priority atau dimasukkan dalam dana cadangan yang dikumpulkan dalam bentuk tabungan atau investasi. Dampak dari seletif konsumsi ini memang dalam jangka panjang akan mempengaruhi segmentasi daya beli masyarakat.Â
Selain itu, masyarakat saat ini juga mulai belajar untuk mengantisipasi kondisi masa depan yang tidak terprediksi dengan jalan mengurangi konsumsi dan memperbanyak saving ataupun investasi. Masyarakat mulai sadar bahwa untuk bisa mempertahankan hidup kedepan, bukan hanya mengatur pola konsumsi namun juga mampu mendapatkan gain atau keuntungan dari sisa dana dari penghematan dari pos konsumsi.
Dari kacamata saya dalam melihat perspektif turunnya daya beli masyarakat, selain dari pengaruh eksternal adanya krisis global dan belum pulihnya perekonomian pasca pandemi covid-19, juga ada pengaruh dari internal manusianya sendiri yang melakukan perubahan pola konsumsi dan meningkatknya keinginan manusia untuk bisa mempertahankan kondisi finansialnya di masa depan melalui saving dan investasi.Â
Secara umum, perubahan pola konsumsi dan kesadaran investasi adalah hal yang positif. Namun demikian jika kita lihat dari perspektif daya beli masyarakat dampatnya kurang bagus untuk saat ini. Mungkin akan lebih bagus dan tidak terdampak, jika perekonomian dunia dalam kondisi baik baik saja.Â
Kondisi pasca pandemi covid-19 dan krisis global mengakibatkan peningkatan kebutuhan masyarakat - sektor industri manufaktur dan jasa membutuhkan waktu untuk recovery - demand melebihi supply - barang langka dan harga naik - masyarakat mengurangi konsumsi dan memindahkan ke investasi - sektor industri mengolah kebutuhan masyarakat yang terbatas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya - supply dan demand belum stabil - harga tidak kunjung turun - masyarakat mengurangi konsumsi dan seterusnya.Â
Kondisi saat ini boleh jadi seperti vicious circle dimana jika tidak ada yang mampu memutusnya, maka kondisinya akan terus seperti ini dan makin memperburuk kondisi untuk kedepannya.Â
Salah satu upaya untuk memutus vicious circle adalah meningkatkan peran pemerintah dalam mengintervensi pasar dan menstabilkan kondisi perekonomian melalui memperpendek jalur distribusi dan birokrasi, melakukan operasi pasar guna menstabilkan gejolak harga, dan bersama sama dengan pihak-pihak terkait untuk memotong bottle neck perekonomian sehingga antara supply dan demand dapat lebih smooth interaksinya. Konsumsi pemerintah atau government expenditure sangat diperlukan dalam kondisi krisis ekonomi seperti saat ini, dan mulai pelan-pelan melepaskan intervensinya di pasar ketika kondisi perekonomian sudah mulai membaik.
Demikian sekelumit pembahasan tentang hubungan antara turunnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh faktor internal (pola konsumsi masyarakat yang selektif dan gairah berinvestasi) dengan faktor eksternal (pasca pandemi covid-19 dan krisis global rusia ukraina), yang pada intinya dapat diperbaiki kondisinya dengan peran serta aktif pemerintah dalam hal perbaikan regulasi dan aksi peningkatan government expenditure guna menjaga tingkat konsumsi secara agrerat nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H