Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Wisuda TK-SMA: Ajang Pamer Kekayaan Keluarga Sekaligus Beban Biaya Ekstra di Ujung Masa Sekolah

19 Juni 2023   22:08 Diperbarui: 28 Juni 2023   16:30 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisuda TK (iStock/fatihhoca)

Saat ini adalah masa-masa akhir bagi sejumlah murid sekolah, untuk kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Dari mulai anak Taman Kanak-Kanak (TK) hingga anak remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah dinyatakan lulus, pastilah bergembira sekali, karena setelah sekian lama mengenyam pendidikan di sekolah dan akhirnya bisa lulus juga untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. 

Dari tahun ke tahun jumlah persentase anak didik yang lulus sekolah semakin mambaik, dan ini tidak lepas dari beragam program pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk menggenjot peningkatan jumlah anak didik. Bukan hanya jumlah anak didiknya secara kuantitatif, namun juga meningkat secara kualitatif, yang salah satunya ditunjukkan dengan semakin banyaknya anak yang lulus dari setiap jenjang pendidikan.

Apalagi saat ini pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 9 (sembilan) tahun, dimana pemerintah melalui APBN telah menggelontorkan dana minimal 26 (dua puluh enam) persen dari total belanja APBN digunakan untuk sektor pendidikan, sehingga sebagian besar alokasi mandatory spending untuk bidang pendidikan, banyak digunakan untuk menggratiskan biaya pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Di beberapa pemerintah daerah, seperti DKI misalnya bahkan berkomitmen untuk menggratiskan biaya pendidikan sampai di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Seharusnya, dengan begitu banyaknya uang yang digelontorkan dari APBN, sudah cukup untuk membuat masyarakat ini tidak lagi bicara miring tentang beban berat karena biaya pendidikan. Namun ternyata selalu saja ada celah yang bisa dimanfaatkan sejumlah pembuat kebijakan yang sifatnya lokal misal per sekolah yang disuarakan melalui usulan pihak sekolah atau pihak-pihak yang mengatasnamakan wakil orangtua murid, yaitu untuk mengadakan Pesta Wisuda Akhir Sekolah. 

Kegiatan ini sebenarnya sudah masuk dalam kegiatan rutin, yang tentu saja dimungkinkan ada pos anggarannya misalnya lewat kegiatan di Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau dari iuran kas orang tua murid, namun demikian "biasanya" jumlah anggarannya "dianggap" sangat terbatas dan masuk dalam kategori cukup dan jauh dari kata mewah.  

Belum lagi setelah acara Pesta Wisuda Akhir Sekolah dilanjutkan dengan pesta perpisahan atau yang biasa dikenal dengan prom party atau prom night yang biasanya diadakan untuk anak-anak yang lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Akhir (SMA). 

Kegiatan ini sebenarnya bukan kegiatan wajib sekolah, namun di beberapa sekolah yang katanya "elite" ini menjadi salah satu acara sekolah yang hukumnya satu tingkat di bawah wajib, dan tentu saja biaya yang dikeluarkan pastilah membuat orang tua yang ekonominya terbatas akan "ngos-ngosan"

hariane.com
hariane.com

Di beberapa kejadian, terutama akhir-akhir ini dengan memanfaatkan situasi pandemi covid yang sudah jauh menurun, pelaksanaan kegiatan yang mengumpulkan massa diantaranya menyelenggarakan Pesta Wisuda Akhir Sekolah kembali marak dan bahkan dilaksanakan di tempat-tempat yang exclusive dan pastinya akan menguras serta merogoh kocek lebih dalam lagi bagi para orang tua murid. Akibatnya banyak murid-murid yang berkemampuan terbatas,menjadi tidak bisa mengikuti Pesta Wisuda Akhir Sekolah gara-gara orangtuanya tidak memiliki cukup uang untuk sekedar dapat hadir di acara wisuda tersebut.

Satu hal lagi yang menjadi kegundahan adalah acara Pesta Wisuda Akhir Sekolah ini dilakukan di hampir semua jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal inilah yang akhirnya mencuat di media masa protes orang tua murid atas maraknya acara Pesta Wisuda Akhir Sekolah yang sudah terlalu membebani ekonomi orang tua murid. 

Bahkan banyak pihak telah mengusulkan kepada Mas Menteri yang mengepalai Kemendikbud Ristek agar mengeluarkan kebijakan atau fatwa yang mengatur kembali pelaksanaan Pesta Wisuda Akhir Sekolah bagi murid-murid yang lulus secara lebih bijak dan elegan. 

Dari fenomena ini setidaknya ada dua hal yang menyebabkan Pesta Wisuda Akhir Sekolah menjadi booming yang pertama adalah fenomena pamer atau lebih dikenal dengan istilah hedon dan satu lagi adanya kesempatan dari beberapa pihak untuk bisa mengambil keuntungan maksimal sampai titik darah penghabisan dari acara wisuda dimaksud. 

Fenomena hedon, pamer kekayaan dan bersaing untuk tampil maksimal di era medsos saat ini sepertinya sudah mendarah daging di tengah masyarakat. Dengan mengeluarkan budget extra ordinary bahkan jika perlu ambil pinjol alias pinjaman online, guna memaksimalkan penampilan agar eksistensinya diperhitungkan di masyarakat menurut saya adalah trigger utamanya. 

Fenomena inilah yang kemudian mematik sejumlah pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat suatu kegiatan dengan tagline sekali dalam seumur hidup, sehingga mampu memancing jiwa jiwa hedon untuk terperangkap dalam jebakan maut tersebut. Maka dibuatlah Acara Pesta Wisuda Akhir Sekolah secara glamour, penuh persaingan dan pastinya butuh biaya yang tidak sedikit.

Sebenarnya budaya hedon ini tidak seluruhnya melanda masyarakat indonesia, namun demikian fenomena ini sedikit demi sedikit menjangkiti masyarakat, terutama pada mereka yang sedang "naik kelas" ke level menengah, dan diantara kelompok ini ada yang sudah haus dengan pengakuan atau legitimasi dari lingkungan sekitar.

Apabila jika sekelompok orang tua murid yang haus akan pengakuan ini mendominasi di lingkungan sekolah dan berkolaborasi dengan pihak pihak yang berkepentingan, maka imbasnya bukan hanya para hedonis-hedonis ini yang akan mengeluarkan biaya ekstra, namun lingkungan sekitar yang notabene pasif menjadi terkena imbasnya untuk mengeluarkan sejumlah dana atas kegiatan yang sebenarnya hanya bersifat plagiat dari dinamika perkuliahan yang semestinya tidak perlu dilakukan karena memang belum waktunya.

Kadang saya miris, dengan melihat anak-anak TK "wisuda kelulusan" dengan memakai toga, yang saya yakin anak-anaknya juga ngga paham acara dan atribut yang dia pakai, namun karena ini adalah kegiatan yang diblendedkan dalam kegiatan kelulusan dan untuk memuaskan hasrat para hedonis, maka kemudian tiap-tiap sekolah TK mengadakan dengan begitu gegap gembitanya. 

Seperti kemaren saya menginap di salah satu hotel terkenal di Makassar, di tempat ini berlangsung acara pesta wisuda akhir sekolah TK, tidak tanggung tanggung ada tiga TK yang berbeda dan mengadakan kegiatan yang sama di jam dan hari yang sama.  

Sepintas saya lihat bocil bocil memakai toga entah mereka paham atau tidak, yang saya lihat adalah ke glamouran orang tua mereka, seakan pesta wisuda anak TK ini akan dijadikan ajang pembuktian kekayaan dengan tampul glamour dan maksimal. Sempat terpikir, ini yang mau lulus sekolah anaknya apa orang tuanya kok tampilnya begitu luar biasa. 

Satu hal lagi adalah dengan diadakannya acara wisuda dengan format pagelaran sebagaimana wisudawan/wisudawati yang lazimnya dilaksanakan di kampus/universitas kemudian di-copy paste atau malah di-down grade kan ke level SD dan TK, menyebabkan tingkat kesakralan prosesi wisuda tercoreng, bahkan nanti bisa saja untuk naik kelas diadakan prosesi wisuda, ini yang menjadi salah kaprah dalam memaknai sebuah prosesi akademis. 

Sebelum fenomena ini membuat pusing banyak orang tua murid, ada baiknya pemerintah dalam hal ini Kemendikbud Ristek dapat meredamnya, dan membuat aturan-aturan yang tegas agar Pesta Wisuda Akhir Sekolah tidak bergerak liar, sulit dikendalikan dan dijadikan ajang pamer kekayaan sekaligus pungutan ekstra luar biasa bagi orang tua murid yang anaknya akan lulus sekolah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun