Saat ini adalah masa-masa akhir bagi sejumlah murid sekolah, untuk kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Dari mulai anak Taman Kanak-Kanak (TK) hingga anak remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah dinyatakan lulus, pastilah bergembira sekali, karena setelah sekian lama mengenyam pendidikan di sekolah dan akhirnya bisa lulus juga untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.Â
Dari tahun ke tahun jumlah persentase anak didik yang lulus sekolah semakin mambaik, dan ini tidak lepas dari beragam program pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk menggenjot peningkatan jumlah anak didik. Bukan hanya jumlah anak didiknya secara kuantitatif, namun juga meningkat secara kualitatif, yang salah satunya ditunjukkan dengan semakin banyaknya anak yang lulus dari setiap jenjang pendidikan.
Apalagi saat ini pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 9 (sembilan) tahun, dimana pemerintah melalui APBN telah menggelontorkan dana minimal 26 (dua puluh enam) persen dari total belanja APBN digunakan untuk sektor pendidikan, sehingga sebagian besar alokasi mandatory spending untuk bidang pendidikan, banyak digunakan untuk menggratiskan biaya pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).Â
Di beberapa pemerintah daerah, seperti DKI misalnya bahkan berkomitmen untuk menggratiskan biaya pendidikan sampai di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Seharusnya, dengan begitu banyaknya uang yang digelontorkan dari APBN, sudah cukup untuk membuat masyarakat ini tidak lagi bicara miring tentang beban berat karena biaya pendidikan. Namun ternyata selalu saja ada celah yang bisa dimanfaatkan sejumlah pembuat kebijakan yang sifatnya lokal misal per sekolah yang disuarakan melalui usulan pihak sekolah atau pihak-pihak yang mengatasnamakan wakil orangtua murid, yaitu untuk mengadakan Pesta Wisuda Akhir Sekolah.Â
Kegiatan ini sebenarnya sudah masuk dalam kegiatan rutin, yang tentu saja dimungkinkan ada pos anggarannya misalnya lewat kegiatan di Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau dari iuran kas orang tua murid, namun demikian "biasanya" jumlah anggarannya "dianggap" sangat terbatas dan masuk dalam kategori cukup dan jauh dari kata mewah. Â
Belum lagi setelah acara Pesta Wisuda Akhir Sekolah dilanjutkan dengan pesta perpisahan atau yang biasa dikenal dengan prom party atau prom night yang biasanya diadakan untuk anak-anak yang lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Akhir (SMA).Â
Kegiatan ini sebenarnya bukan kegiatan wajib sekolah, namun di beberapa sekolah yang katanya "elite" ini menjadi salah satu acara sekolah yang hukumnya satu tingkat di bawah wajib, dan tentu saja biaya yang dikeluarkan pastilah membuat orang tua yang ekonominya terbatas akan "ngos-ngosan"
Di beberapa kejadian, terutama akhir-akhir ini dengan memanfaatkan situasi pandemi covid yang sudah jauh menurun, pelaksanaan kegiatan yang mengumpulkan massa diantaranya menyelenggarakan Pesta Wisuda Akhir Sekolah kembali marak dan bahkan dilaksanakan di tempat-tempat yang exclusive dan pastinya akan menguras serta merogoh kocek lebih dalam lagi bagi para orang tua murid. Akibatnya banyak murid-murid yang berkemampuan terbatas,menjadi tidak bisa mengikuti Pesta Wisuda Akhir Sekolah gara-gara orangtuanya tidak memiliki cukup uang untuk sekedar dapat hadir di acara wisuda tersebut.