Konten semacam ini, jika dimainkan oleh orang yang kurang berilmu atau kurang kuat pondasi mentalnya, akan merasuki pikiran dan keyakinannya, sehingga menganggap kekerasan dan sadisme adalah hal yang biasa.Â
Dampak negatif inilah yang bisa saja mempengaruhi orang untuk bertindak diluar nalar termasuk kekerasan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Dari jaman dahulu, kondisi ini memang senantiasa menjadi salah satu trigger kuat terjadinya crash baik antar individu, kelompok bahkan bangsa. Di era modern ini memang tidak bisa kita pungkiri terjadi pelebaran gap antara si kaya dan si miskin.Â
Si Kaya dengan faktor produksi yang dia miliki akan mampu mengembangkan asetnya hingga berlipat ganda, sedangkan di sisi lain, si Miskin masih berjuang setengah mati untuk dapat survive atau hidup serta mempertahankan aset yang dimiliki walaupun jumlahnya sangat terbatas.Â
Kesenjangan ekonomi ini juga menjadi bumbu mujarab untuk melakukan provokasi dan agitasi, seperti kita lihat di beberapa pemberitaan bahwasanya ada kejadian dimana karena emosional yang dilatarbelakangi kesenjangan ekonomi, menyebabkan hilangnya nyawa orang yang tidak berdosa.
Semua itu akibat provokasi dan emosi sesaat yang boleh jadi dilandasi dari kesenjangan ekonomi. Klithih pun bisa saja didasarkan sebagai akibat adanya kesenjangan ekonomi yang sedemikian lebar, seperti saat ini.
3. Ketidakpuasan dengan Kondisi
Saat ini kita dihadapkan pula dengan budaya konsumerisme yang menurut saya sudah kebablasan, budaya pamer kekayaan seolah olah ajang pembuktian kesuksesan dan eksistensi diri di dunia maya, membuat sebagian orang yang melihatnya sebagai suatu penghinaan kepada mereka yang tidak punya.Â
Kemarahan atas kondisi yang menurutnya tidak adil dan tidak sesuai dengan harapannya, akan memicu mudahnya emosi tersulut meskipun triggernya adalah hal yang sepele.Â