Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hargailah Makanan, Jangan Kau Sia Siakan

30 Desember 2020   14:23 Diperbarui: 2 Januari 2021   09:51 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS Al A’raf ayat 31)

“Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk ketimbang perut. Cukuplah bagi anak adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya) maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. Ahmad) (sumber: https://islam.nu.or.id)

Makan adalah salah satu aktivitas utama dari manusia sebagai modal utama sebagai makhluk hidup untuk dapat terus hidup dan berkembang. Manusia ataupun makhluk hidup pada umumnya juga akan secara naluriah terus menerus mencari sumber makanan.

Pada prinsipnya sumber makanan di dunia ini, bisa dikatakan cukup dan mungkin di beberapa belahan dunia sedikit agak berlimpah. Namun demikian di sisi lain dunia juga kita temui sangat kekurangan sumber makanan.

Indonesia sendiri yang notabene sebagian besar wilayahnya cukup subur dan sangat cocok untuk dijadikan tempat persawahan, perkebunan dan peternakan ini, menurut penulis bisa dikatakan sebagai salah satu daerah yang (mampu) menghasilkan sumber pangan yang lebih dari yang dibutuhkan penduduknya. Persis seperti lirik lagu group legendaris Koes Plus yang bertajuk Kolam Susu yang syairnya kurang lebih sepert ini :

Bukan lautan hanya kolam susu …
Kail dan jala cukup menghidupimu …
Tiada badai, tiada topan kau temui …
Ikan dan udang menghampiri dirimu …

Orang bilang tanah kita tanah surga …
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman …
Orang bilang tanah kita tanah surga …
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman …

Keberlimpahan sumber makanan ini kadangkala disikapi dengan beragam oleh masyarakat. Ada masyarakat yang tetap menjaga pola konsumsinya sesuai kebutuhan dan mengalokasikan sisa sumber makanan yang dimilikinya untuk didistribusikan kembali entah dalam bentuk dijual kembali, atau dibagikan kepada sesama manusia dan/atau makhluk hidup lainnya.

Namun ada sebagian orang di masyarakat ini yang tingkat kepeduliannya sangat rendah dalam memanage tingkat konsumsinya. Contoh konkritnya adalah masih adanya sebagian dari kita memiliki kebiasaan mengambil makanan di luar takaran “kebutuhan perut” ketika menghadiri suatu acara kondangan, ulang tahun ataupun slametan khususnya yang model standing party.

Cara mensikapi makanan yang awalnya bertujuan untuk mempertahankan hidup telah berubah menjadi penurunan penghormatan atas makanan tersebut, dengan tidak mengkonsumsinya diluar batas kewajaran, sehingga meninggalkan sisa “yang tak termakan” menurut penulis patut untuk diluruskan kembali.

Tradisi yang turun menurun dan berkembang di tengah masyarakat juga memiliki peran dalam menyumbang kebiasaan buruk masyarakat dalam memperlakukan makanan secara tidak bijak. Misalnya saja orang akan bangga dapat menyediakan beragam makanan yang melimpah di pesta-pesta adat, tanpa memperhitungkan berapa potensi jumlah makanan yang “tidak termakan” atau hanya jadi sampah makanan, demi sebuah prestise dan anggapan sebagai orang yang sukses dan dermawan.

Sudah sewajarnya jika kita kembali kepada filosofi awal yaitu makan secukupnya untuk menjaga kelangsungan hidup dan tetap menghargai makanan dengan tidak menyia nyiakan makanan, membuang makanan karena salah takar serta membiasakan diri untuk membagikan kelebihan makanan kepada siapa saja yang lebih membutuhkan, bukan hanya kepada sesama manusia namun juga kepada sesama maklhluk hidup.

Perlu kita sadari bersama bahwa dunia ini makin lama akan makin banyak penghuninya, sedangkan lahan untuk bercocok tanam, dan lautan tempat hidup biota laut luasnya tetap, bahkan semakin berkurang karena terdesak untuk direalokasi menjadi tempat pemukiman dan fasilitas umum lainnya.

Bukan tidak mungkin dalam jangka waktu menengah, dunia akan mengalami krisis lahan tempat memproduksi sumber makanan, dan ditambah lagi pola konsumsi kita yang masih tidak menghargai makanan alias masih sering menyisakan makanan dan menjadikan sampah tak berguna, maka akan semakin kompleks pertarungan manusia dalam menguasai sumber-sumber pangan.

Untuk itu dalam rangka memitigasi resiko baik jangka pendek maupun menengah, perlu diambil langkah-langkah konkrit untuk menekan kebiasaan buruk membuang makanan atau menyia nyiakan makanan dengan jalan sebagai berikut :

  • Menakar seperlunya dalam mengambil makanan, sehingga meminimalisir makanan yang terbuang sia-sia atau menjadi sampah makanan.
  • Mengkonsumsi makanan bukan untuk “balas dendam”, karena sudah “menyumbang” di acara-acara pernikahan/ulang tahun/slametan maka kompensasinya akan mengambil makanan dan minuman dalam jumlah diluar kewajaran. Tidak dimakan semua, kemudian ambil lagi yang lainnya, tidak sampai habis, ambil lagi yang berikutnya ….
  • Bagi yang punya hajatan, dipertimbangkan untuk menyajikan makanan sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan agar dipandang berlebih. Sayang jika akhirnya menjadi sisa dan lebih disayangkan lagi sisa makanan yang ada berakhirnya di tempat sampah, bukan dibagikan ke mereka yang berkekurangan.
  • Membiasakan untuk memberikan sisa makanan yang masih layak makan diberikan kepada tetangga tetangga kita yang berkekurangan, agar dapat dinikmati dan tentunya akan mendatangkan ridlo Illahi
  • Hindari “lapar mata” ketika di restoran, rumah makan, swalayan, membeli makanan hanya karena silap mata, dan Ketika sudah dibeli atau dihidangkan ternyata melebihi takaran perut, wal hasil makanan yang telah terbeli tersebut tidak dikonsumsi secara maksimal dan sisanya berakhir di tempat sampah.

Demikian sekelumit pandangan saya tentang penghargaan terhadap makanan dan ajakan untuk mulai dari sekarang, kita mengkonsumsi makanan secara proporsional tidak berlebihan dan sesuai dengan takaran, semoga bermanfaat bagi kita semua

Aditya Nuryuslam

F0195020

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun