Pada kesempatan kali ini, penulis sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village III di Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Desa Bence terdiri dari tiga lingkungan, yaitu: Bence I, Bence II, dan Bence III. Jarak Desa Bence ke Kecamatan Garum yang cukup dekat sehingga Desa Bence memiliki aksesbilitas yang mudah, sarana dan prasana yang cukup lengkap.Â
Hal ini mengakibatkan Desa Bence memiliki beberapa potensi di beberapa sektor diantaranya adalah pertanian, pendidikan, perternakan dan perdagangan atau wirausaha. Namun, sejak adanya pandemi Covid-19 menyebabkan semua sektor kehidupan merasakan dampaknya, contohnya seperti pada sektor perdagangan atau wirausaha yang mengalami penurunan penjualan selama adanya pandemi Covid-19.Â
Dengan adanya hal tersebut, penulis dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village III memilih tema Program Pemberdayaan Wirausaha Terdamapak Covid-19. Salah satu wirausaha masyarakat yang menarik minat penulis untuk dijadikan sebagai sasaran adalah usaha sempol milik Bapak Daron dan usaha pentol cilok milik Bapak Fuadi yang berada di Bence III.
 Usaha sempol Bapak Daron berdiri sejak 2018, sebelumnya Bapak Daron merantau di Kalimantan bekerja sebagai kuli. Namun, beliau memiliki keinginan untuk bekerja dekat dengan keluarga dan memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.Â
Sehingga, beliau memutuskan untuk melakukan usaha sempol bersama istrinya yang ditekuni sampai sekarang. Bapak Daron menjajakan jualannya di Taman Sukarni yang berada di Kecamatan Garum dengan menggunakan gerobak.Â
Pada awalnya Bapak Daron mampu menjajakan sempolnya sekitar 700 tusuk perharinya. Namun sekarang dengan adanya pandemi Covid-19 hanya mampu menjajakan sempolnya sekitar 400 tusuk. Bapak Daron menjelaskan bahwa sebenarnya beliau ingin menginovasi produknya namun beliau tidak tahu inovasi seperti apa yang dapat dilakukan untuk produk sempolnya, beliau juga berkeingin melakukan penjualan secara online akan tetapi beliau kurang mengerti dalam penggunaan teknologi.
Hal serupa dialami juga oleh Bapak Fuadi yang memiliki usaha pentol cilok yang sudah dijalani selama 6 tahun bersama istrinya. Sebelum adanya pandemi Covid-19 Bapak Fuadi menjual pentol cilok di tempat-tempat ramai seperti di tempat pengajian ataupun solawatan.Â
Dikarenakan adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Bapak Fuadi menjual pentol cilok menjadi di depan SPBU Bence. Sebelum adanya pandemi Covid-19 beliau mampu menjual sekitar 600 pentol cilok, namun sekarang hanya  mampu menjual sekitar 300 cilok perharinya itu pun terkadang juga mengalami penurunan penjualan.Â
Turunnya penjualan disebabkan turunnya daya beli masyarakat, banyaknya usaha yang serupa, ditambah lagi adanya pemberlakuan jam operasional hanya sampai pukul 20.00 WIB. Bapak Fuadi menjelaskan bahkan pernah pentol cilok masih banyak namun oleh polisi diminta untuk menutupnya dan segera pulang, apabila tidak mematuhi akan didenda. Hal itulah yang membuat beliau sangat merasakan dampak dari adanya pandemi Covid-19.Â
Usaha sempol milik Bapak Daron dan pentol cilok milik Bapak Fuadi sebagai mata pencaharian utama. Sehingga dengan adanya penurunan pendapatan mengakibatkan harus berusaha lebih keras lagi untuk dapat memenuhi semua kebutuhan.Â
Adanya kondisi tersebut, dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village III penulis ingin membantu usaha yang dimiliki Bapak Daron dan Bapak Fuadi dengan membuat program kerja yang sesuai dengan permasalahan untuk meningkatkan pendapatan penjualan Bapak Daron dan Bapak Fuadi.Â