Namun, dalam kelebihannya, novel ini juga memiliki beberapa kelemahan. Bagian-bagian tertentu terkadang terasa lambat dan terlalu terperinci, membuat alur cerita agak terhenti. Selain itu, bagi pembaca yang tidak terlalu mengenal karakter-karakter utama dari novel sebelumnya, mungkin akan merasa tertinggal dalam dinamika hubungan dan latar belakang cerita.
Meskipun demikian, secara keseluruhan, "Dilan 1991" tetap berhasil menyajikan kelanjutan yang kuat dari kisah cinta Dilan dan Milea. Novel ini mampu membangkitkan emosi, nostalgia, dan memberikan sudut pandang yang menarik tentang perjalanan hubungan remaja. Bagi para penggemar seri sebelumnya, ini adalah lanjutan yang layak dinikmati, sementara bagi pembaca baru, ini adalah kesempatan untuk merasakan kehangatan dan ketegangan dalam sebuah cinta yang memikat.
Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla kembali memainkan peran mereka dengan penuh chemistry, menjadikan kisah cinta Dilan dan Milea semakin meyakinkan. Keduanya berhasil mengekspresikan emosi dan dinamika hubungan remaja dengan sangat baik. Selain itu, penampilan dari pemeran pendukung seperti Gusti Rayhan dan Zulfa Maharani juga memberikan warna tersendiri dalam cerita ini.
Dari segi sinematografi, "Dilan 1991" menawarkan visual yang indah dengan latar belakang Kota Bandung yang ikonik. Pemilihan lokasi yang apik dan penggunaan warna yang cerah berhasil menciptakan atmosfer yang hangat, sejalan dengan alur cerita yang penuh romantisme.
Namun, seperti kebanyakan sekuel, "Dilan 1991" juga mendapat beberapa kritik terutama terkait dengan prediktabilitas cerita. Beberapa elemen plot mungkin terasa familiar bagi penonton yang sudah mengikuti kisah Dilan sebelumnya. Meskipun demikian, penggemar setia Dilan kemungkinan besar masih akan menikmati setiap momen dalam film ini.
Secara keseluruhan, "Dilan 1991" berhasil menyajikan kisah cinta remaja yang kental dengan suasana tahun 1991. Dengan penggambaran karakter yang kuat, chemistry yang memikat, dan atmosfer yang penuh nostalgia, film ini dapat dianggap sebagai kelanjutan yang layak dari kisah Dilan dan Milea. Bagi penggemar film romantis Indonesia, "Dilan 1991" tentu menjadi pilihan yang menghibur.
"Dilan 1991" tidak hanya mengandalkan romansa antara Dilan dan Milea, tetapi juga menggali lebih dalam tentang pertumbuhan karakter dan perjalanan emosional tokoh utama. Film ini memberikan gambaran yang lebih matang tentang konflik dan tantangan yang dihadapi oleh pasangan remaja ini dalam menjalani hubungan mereka di tengah gejolak perjalanan waktu.
Penggambaran konflik internal Dilan, yang dihidupkan dengan baik oleh Iqbaal Ramadhan, menunjukkan sisi lain dari karakter yang selama ini dikenal sebagai sosok yang penuh percaya diri. Sementara itu, Vanesha Prescilla sebagai Milea berhasil menyampaikan perasaan ketidakpastian dan pertimbangan seorang remaja perempuan yang tengah mencari identitasnya.
Selain itu, "Dilan "1991" juga menampilkan elemen-elemen dramatis yang membuat penonton merasa sama  dengan perasaan tokoh-tokoh utama. Cerita ini membahas dinamika keluarga, persahabatan, dan pertemanan, sehingga lebih dari sekadar kisah cinta remaja. Melalui pertemuan dan perpisahan yang dialami oleh Dilan dan Milea, penonton diajak untuk merasakan tentang kompleksitas hubungan percintaan dan bagaimana pengalaman tersebut membentuk karakter mereka.
Film ini juga menjelaskan pesan tentang keberanian untuk menghadapi tantangan dan menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Pesan moral ini memberikan kedalaman pada narasi, membuat "Dilan 1991" lebih dari sekadar kisah cinta.
Dari segi produksi, penyutradaraan dan Pidi Baiq kembali berhasil menciptakan atmosfer yang menyentuh hati dengan sentuhan musik yang pas dan sinematografi yang indah. Detail tahun 1991 yang tertanam dalam set dan kostum juga memberikan kekayaan visual yang memikat.