Sementara, produsen kertas utama dunia (Indonesia bahkan tidak masuk 5 besar) selalu lolos dari sorotan, dan malah mengarahkan jari telunjuknya ke negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Brazil. Harus kita akui, kampanye dan diplomasi ekonomi negara maju sangat kuat, terutama di forum-forum resmi internasional. Sudah menjadi rahasia umum bahwa lembaga sekelas WTO disetir oleh segelintir negara maju saja.
Situasi semacam ini tentu saja menjadi tantangan besar bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Jika terlalu tunduk pada hegemoni negara adidaya, selamanya kita akan menjadi bangsa inferior. Saatnya kita bangkit dan melakukan perlawanan, baik secara regulasi maupun diplomasi. Kita dapat mulai berkontribusi dengan bersikap kritis dalam menanggapi berbagai kampanye yang menghembuskan isu-isu tertentu, namun pada kenyataannya merupakan perwujudan taktik perebutan ekonomi global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H