Jika ditanya siapa orang nomor satu di Partai Gerindra, semua pihak bakal sepakat, Prabowo Subianto jawabnya. Pertanyaan susulan: siapakah orang kedua setelah Prabowo di tubuh Gerindra? Mungkin akan ada yang menyebut Suhardi, Fadli Zon, Ahmad Muzani, atau Hashim Djojohadikusumo. Anda boleh beda pendapat, namun saya akan menyebut orang kedua di Gerindra setelah Prabowo adalah Hashim Djojohadikusumo.
[caption id="attachment_327800" align="aligncenter" width="465" caption="Trio Gerindra: Fadli Zon (Wakil Ketua Umum), Ahmad Muzani (Sekretaris Jenderal), Suhardi (Ketua Umum) [republika.co.id"]"][/caption]Selain faktor hubungan darah yang kental dengan Prabowo, Hashim pula yang selama ini menjadi tumpuan finansial Partai Gerindra. Mulai dari pendiriannya di tahun 2008, sampai kampanye Pilgub DKI Jakarta 2012, dan terbaru Pencapresan Prabowo Subianto 2014; logistik utama Gerindra berasal dari kantong tebalnya. Harta kekayaannya melimpah, namanya menjadi langganan masuk daftar orang terkaya Indonesia
Di partai, Hashim menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, jabatan setingkat di bawah Prabowo. Posisi Hashim ini sangat strategis dalam memberi masukan untuk menentukan garis kebijakan partai. Dan berbeda dengan orang kuat lain di Gerindra, Hashimlah satu-satunya orang yang berani beradu argumen dengan Prabowo jika terjadi perbedaan pendapat, bahkan sempat melakukan konfrontasi langsung dengan Prabowo berkaitan dengan dana kampanye yang tidak dikelola secara profesional oleh tim sukses Prabowo.
Latar belakang sebagai pebisnis dengan relasi pergaulan yang luas menjadikan Hashim sebagai seorang pelobi kelas wahid. Sebagai seorang pengusaha, intuisi untuk meluaskan area kepentingan bisnis telah terasah kuat. Intuisi ini ia terapkan juga dalam area politik praktis yang ia terjuni kini.
[caption id="attachment_327790" align="aligncenter" width="274" caption="Hashim Djojohadikusumo: langganan masuk daftar orang terkaya Indonesia (sitekno.com)"]
Berbeda halnya dengan politik, sekat dalam area bisnis cenderung lebih cair. Perbedaan ras, agama, ideologi bukan jadi penghalang. Dalam konteks inilah, relasi Hashim dengan pihak asing berbeda dengan Prabowo. Jika nama Prabowo berkonotasi buruk bagi pihak luar (Amerika/Dunia Barat), nama Hashim cenderung netral.
Itulah kenapa pada 2013 lalu, Hashim diutus menjadi wakil Gerindra untuk memaparkan Visi Misinya melalui forum yang digelar oleh USINDO. USINDO yang berkantor pusat di Washington DC, Amerika Serikat adalah kependekan dari The United States – Indonesia Society merupakan forum lobi kalangan pengusaha, yayasan, dan individu dalam mengembangkan hubungan Indonesia-Amerika Serikat. Melalui Hashim, inilah langkah strategis yang dilakukan Prabowo guna mencairkan hubungan dinginnya dengan Amerika Serikat. Rehabilitasi nama Prabowo Subianto menjadi agenda utama Hashim. Selain tentu saja, muatan ambisi pribadi Hashim juga turut serta.
[caption id="attachment_327793" align="aligncenter" width="535" caption="Berbicara dalam forum USINDO, Washington DC, 2013 (flickr.com/photos/usindo)"]
Dedikasi Hashim untuk kakak kandung tercintanya Prabowo sungguh besar dan berdampak pada melorotnya jumlah kekayaan hartanya. Untuk menyelamatkan perusahaan kertas milik Prabowo yang berhutang 14 Triliun, Hashim sampai harus menjual kilang minyaknya di Kazakhstan (Nations Energy) kepada perusahaan China (Citic Group) senilai US$ 1,91 miliar. Untuk melakukan rebound, agenda pribadi Hashim terdekat adalah melakukan kerjasama bisnis dengan Imperium Bisnis Yahudi Rothschild yang beberapa waktu lalu bersengketa dengan BUMI Lpc, perusahaan tambang milik Keluarga Bakrie.
Perseteruan BUMI dengan Rothschild disebut-sebut sebagai salah satu pertarungan pemegang saham paling kotor yang pernah disaksikan di London. Hashim kala itu digandeng langsung oleh Rothschild untuk membereskan urusannya dengan BUMI. Kendati cuma mendapat peran pendukung di konflik BUMI, Hashim menegaskan siap mendukung Rothschild di Indonesia. Di saat-saat terakhir, BUMI mendapat bala bantuan dari Hary Tanoesoedibjo yang membeli 3 juta lembar sahamnya. Keterlibatan Haru Tanoe ini menjadi semakin menarik karena sebagaimana kita tahu, Hary Tanoe juga bergabung dengan gerbong koalisi Merah Putih. Skor sementara: Bakrie-Hary Tanoe: 1, Rothschild-Hashim: 0.
[caption id="attachment_327795" align="aligncenter" width="600" caption="Aburizal Bakrie versus Nat Rothschild (okeinfo.net)"]
Kesempatan Rothschild untuk menguasai kembali saham BUMI kembali terbuka mengingat salah satu mitra koalisi Gerindra adalah Golkar dengan Ketua Umumnya, Aburizal Bakrie. Aburizal sendiri telah dijanjikan menjadi Menteri Utama oleh Prabowo jika terpilih menjadi RI-1. Jabatan ‘Menteri Utama’ terdengar sangat prestisius memang. Inilah taktik cerdas Prabowo untuk menggaet Aburizal Bakrie.
Mengetahui bahwa kondisi finansial Aburizal yang tengah morat-marit sampai-sampai menjajakan dirinya ke sana kemari untuk menjadi mitra koalisi, Prabowo mengiming-imingi Aburizal dengan jabatan Menteri Utama yang sebenarnya tidak dikenal dalam konstitusi kita saat ini. Dahulu memang ada istilah Menteri Utama ini pada kabinet masa transisi kepemimpian Soekarno ke Soeharto yang dinamai Kabinet Ampera I. Istilah ini sekarang berganti menjadi Menteri Koordinator.
[caption id="attachment_327796" align="aligncenter" width="448" caption="Aburizal, ditawari Kursi Menteri Utama oleh Prabowo (solopos.com)"]
Aburizal Bakrie tentu akan ngotot untuk mengejar ‘ilusi’ menjadi Menteri Utama. Meski harus turun kasta dari awalnya menjadi Capres, Cawapres, sampai endingnya hanya menjadi ‘Menteri Utama’. Penurunan kasta ini dengan legowo dilakukan Aburizal semata-mata karena ia tahu, kansnya menjadi presiden terlalu kecil, sedangkan perusahaan keluarganya yang tergabung dalam Grup Bakrie berada di pinggir jurang. Dengan setidaknya menjadi bagian dari pemerintahan yang menguasai pos-pos APBN, Aburizal akan mempunyai peluang untuk menyelamatkan kerajaan bisnisnya dari utang-utang yang jatuh tempo. Akan tetapi, langkah Aburizal diperkirakan tidak akan berjalan mulus.
Setelah dianggap gagal memimpin Partai Golkar dan terjadi perpecahan internal besar-besaran dalam mendukung Pasangan Capres 2014, banyak petinggi Golkar jengah dengan Aburizal Bakrie. Salah satunya adalah Akbar Tanjung, yang sedari awal telah gencar menentang pencapresan Aburizal. Akbar bahkan telah mendekati Hashim Djojohadkusumo untuk memastikan Aburizal tidak akan dapat bergerak leluasa dalam gerbong koalisi. Ini tentunya berdampak pada terbatasnya pengaruh dan wewenang Aburizal di tingkat elit. Dan ketika nanti Hashim masuk kembali dalam kasus BUMI-Rothschild, Aburizal tak akan punya banyak pilihan untuk melawan, kecuali takluk kepada kehendak Rothschild.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H