Jika kita cermati secara lebih teliti, beberapa hasil riset yang dihasilkan oleh para peneliti di universitas terkadang belum memperhatikan kondisi yang dibutuhkan di lapangan, dalam hal ini dunia industry, hasil riset bahkan banyak yang belum didiseminasi secara meluas sehingga banyak industry yang belum bisa merasakan manfaatnya.Â
Dunia industry pun juga tidak mampu mengidentifikasi masalah yang mungkin dihadapinya, sehingga disini lah letak missing link yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak kunjung mengalamin pergerakan eksponensial yang positif. Sebagai upaya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada era ekonomi berbasis pengetahuan ini adalah sinergi antara institusi yang mereproduksi pengetahuan dengan institusi yang memafaatkan pengetahuan tersebut. sinergi ini dapat saja dimoderatori oleh pemerintah untuk duduk bersama antara DU-DI (dunia usaha-dunia industry) dengan universitas membahas tentang kebutuhan pengetahuan dan tenaga kerja terlatih untuk dipenuhi. Secara mandiri perusahaan tentu dapat membuat corporate university nya sendiri dengan menjadikan kebutuhan internal sebagai outputnya.
Research is slow, but Powerful . Kita mungkin pernah mendengar ungkapan tersebut, dan memang terasa begitu relevan saat ini, riset adalah salah satu upaya awal dalam mereproduksi dan mengkodifikasi pengetahuan. Dalam melakukan riset tentu membutuhkan waktu dan biaya yang banyak, namun begitu kita memeroleh pengetahuan/informasi dari hasil riset tersebut maka kita akan dapat bergerak secara tepat dalam mencapai tujuan. Karena di era ekonomi berbasis pengetahuan, barangsiapa yang memiliki banyak akses pada sumber pengetahuan maka dia yang akan menguasai ekonomi, setujukah anda? Mari kita diskusikan pada kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H