Mohon tunggu...
Aditya Lim
Aditya Lim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Insinyur elektronika, penjelajah, tukang masak, dan berharap jadi pencerita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

25 Desember: antara Paganisme dan Konsumerisme

25 Desember 2014   15:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dingin dan kelam identik dengan hari-hari di bulan Desember, terutama di bumi belahan utara. Namun ada yang spesial di bulan ini yaitu pesta Natal, hari istimewa yang dirayakan oleh sebagian besar penduduk bumi. Meskipun Natal dikenal sebagai hari kelahiran Yesus, tetapi pesta ini sebenarnya memiliki tradisi pra-kristiani, kristen, dan sekuler. Pohon terang, hiasan lampu, Santa Claus, dan banyak lainnya menjadi ciri khas natal. Selain itu Natal juga menjadi momen penting bagi pasar untuk meraup untung dari orang-orang yang merayakan pesta ini. Apa sebenarnya yang dirayakan?

Tradisi Pagan

Natal memiliki akar dari sebelum kelahiran Yesus. Ribuan tahun yang lalu orang Romawi merayakan pesta musim dingin di bulan Desember. Setelah siang terpendek sepanjang tahun, tanggal 25 dirayakan sebagai hari lahirnya Sol Invicti atau Dewa Matahari dalam agama Paganisme orang Romawi.

Bangsa Germanik dan Viking juga memiliki pesta musim dingin yaitu Jule, yang berlangsung selama dua belas hari. Orang-orang merayakan Jule dengan berkumpul di api unggun sambil berpesta-pora. Tradisi natal seperti holly, mistletoe, dan Father Christmas, berasal dari tradisi pagan orang Skandinavia ini.

Abad keempat, tradisi Kristen mulai berkembang dalam bangsa Romawi. Natal pun diadopsi menjadi hari kelahiran Sang Mesias, untuk menggantikan tradisi pagan Romawi sehingga menjadi berbau kristiani. Dan Natal pun dirayakan di seluruh dunia sejak itu pada tanggal 25 Desember.

Kelahiran Yesus

Natal diawali dengan masa Adven artinya masa persiapan, empat minggu sebelum hari Natal. Ahli sejarah masih memperdebatkan kapan kelahiran Yesus, tetapi kecil kemungkinan Yesus lahir pada bulan Desember.

Kisah kelahiran Yesus tercatat dalam Kitab Suci: Maria, yang sedang mengandung dan Yosef suaminya, sedang dalam perjalanannya menuju Betlehem, kota Daud, untuk memenuhi cacah jiwa atas perintah Kaisar. Ketika Maria hendak melahirkan, mereka tidak dapat menemukan tempat penginapan. Yesus pun lahir di Bethlehem di palungan di kandang ternak.

Meskipun tradisi Kristen di Barat merayakan 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, tradisi Ortodoks di Timur telah merayakannya tanggal 6 Januari, yang juga dikenal sebagai Epifani, atau Hari Penampakan. Pada hari ini dikisahkan tiga raja orang Majus dari Timur datang ke Betlehem membawa persembahan berupa emas, dupa, dan mur. Pesta natal berlangsung selama 12 hari, dimulai dari malam natal, Epifani, hingga pembaptisan Yesus di Sungai Yordan.

Natal bukanlah hari terpenting dalam tradisi Kristen, melainkan Paskah. Setiap tahun misa malam natal di Bethlehem di tempat kelahiran Yesus, dan di Vatikan di mana Paus menyampaikan pesan natal urbi et orbi menjadi pusat perhatian seluruh dunia dan biasanya dihadiri pemimpin politik penting. Pesannya pun biasanya menyerukan perdamaian dunia, karena pada saat kelahiran Yesus para malaikat bernyanyi: gloria in excelsis Deo et in terra pax hominibus – Kemuliaan bagi Tuhan di surga dan damai di bumi bagi seluruh umat manusia!

Pesta keluarga

Masa Natal selalu menjadi kenangan terindah: kebersamaan keluarga, hiasan-hiasan glamor, makanan enak, lagu syahdu. Tradisi Natal yang dikenal sekarang mulai memiliki wujud di abad ke-18 dan 19 setelah banyak kisah-kisah natal diceritakan oleh penulis-penulis terkenal, sebut saja Charles Dickens dengan bukunya A Christmas Carol. Akibat pengaruh cerita, tercetuslah Natal yang ideal yaitu kebersamaan dan kehangatan keluarga di rumah yang didekorasi dengan pohon cemara terang, duduk di samping perapian, dan sebagainya.

Tradisi menghias pohon evergreen seperti cemara berasal dari tradisi germanik. Tradisi ini tiba di Inggris, dan pohon natal menjadi bagian penting dari keluarga kerajaan. Tak lama kemudian, hampir setiap rumah di Inggris pun ikut serta.Hingga kini pohon natal menjadi ikon penting di setiap rumah dan pusat perbelanjaan. Sebagian orang tetap memilih pohon hidup dibandingkan dengan pohon plastik, karena aroma natal yang terasa kental dengan pohon asli.

Natal tak lengkap tanpa kado, terutama bagi anak-anak. Kisahnya, hadiah dibawa oleh Tiga Majus, yang datang menuju Betlehem dengan membawa persembahan bagi bayi Yesus. Tradisi ini masih dirayakan di Spanyol dan negara Amerika Latin. Di Belanda, hadiah dibawa oleh Sinterklaas, seorang uskup legendaris kelahiran Turki bernama Santo Nikolas. Hadiah diterima anak-anak tanggal 5 Desember, bukan pada hari natal. Tradisi Sinterklaas tiba di Amerika oleh pelaut Belanda, juga di koloni Belanda seperti Indonesia dan Suriname. Sayangnya Sinterklaas yang dianggap rasis karena memiliki pesuruh berkulit hitam. Di negara Eropa lainnya, hadiah dibawa oleh Father Christmas, pria tambun berjenggot yang mengenakan holly di kepalanya. Di sebagian negara, hadiah dibawa oleh bayi Yesus. Kini dunia mengenal Santa Claus, versi modern kombinasi Sinterklaas dan Father Christmas, merupakan sosok gemuk dan berjenggot putih, dinanti anak-anak membawa hadiah dengan kereta rusa ajaibnya pada malam natal.

Musim belanja

Ketika Adven dimulai akhir November, kota-kota di Eropa selalu mengadakan pasar natal, menjual segala pernak-pernik natal, dan juga makanan khas mereka. Weinachsmarkt di Jerman misalnya menjual glühwein, bradwurst, dan banyak camilan tradisional lainnya. Juga banyak dijual perhiasandekorasi natal di rumah.

Natal pun membawa berkah bagi toko-toko retail. Desember selalu dipenuhi dengan sale, dan toko-toko buka lebih panjang untuk melayani orang-orang yang sibuk menyiapkan hadiah bagi sanak-saudaranya. Selain untuk hadiah, orang pun menghabiskan uang untuk pakain baru, hiasan dan dekorasi natal. Bahkan banyak perusahaan yang meraup sebagian besar keuntungan tahunannya hanya dalam bulan Desember.

Selain itu Natal pun menjadi momen tepat bagi para produsen film untuk merilis film bertema natal, sebut saja Home Alone yang sukses di tahun 90an. Banyak penyanyi pun mengeluarkan album bertema Natal dengan harapan meraup dollar.

Bahkan kini Natal pun dirayakan di banyak negara yang tidak memiliki latar belakang Kristiani, seperti Jepang, China, dan Singapura. Natal semakin dipopulerkan sebagai hari penting untuk saling memberi, tentu saja tujuannya untuk meningkatkan penjualan.

Meskipun kini natal identik dengan perilaku konsumerisme seperti berbelanja hadiah dan makanan mahal, orang-orang Kristen di seluruh dunia tetap merayakan natal dengan khidmat, merayakan kelahiran Sang Juruselamat dengan pergi ke misa di gereja. Satu contoh, BBC menyiarkan setiap malam Natal, perayaan di King's College Cambridge, dengan koornya yang terkenal menyanyikan lagu-lagu syahdu Natal yang tradisional.

Natal, berawal dari tradisi paganisme, menjadi tradisi kristiani selama ribuan tahun, hingga zaman modern ini, natal menjadi hari penting bagi banyak orang. Sebagian merayakan kelahiran Yesus, sebagian merayakan musim liburan, sebagian merayakan pesta musim dingin, sebagian merayakan kebersamaan dengan keluarga, sebagian hanya ingin meraup untung dari tingginya penjualan di masa natal. Apapun alasan Anda merayakannya, Selamat Natal!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun