Mohon tunggu...
Aditya Firmansyah
Aditya Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

3M (Membaca, Menulis, Menggambar)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Karya Lukisan dan Cerita di Dalamnya

1 Desember 2023   22:06 Diperbarui: 1 Desember 2023   22:41 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Digaleri HPku, tercecer berbagai foto-foto bersejarah yang mengulas cerita hidupku. Aku memandang gambar-gambar dengan menggiring imajinasiku kembali ke masa lalu, membayangkan momen itu knp bisa aku arsipkan dalam sebuah foto. soalnya aku adalah orang yang tidak mudah untuk membukukan sebuah momen, kecuali momen itu menyentuh hati.Akhirnya, aku menemukan salah satu karya ku dalam bentuk foto, sudah dua tahun lalu aku lahirkan,  ketika virus covid-19 memaksa orang-orang untuk berdiam diri dirumahnya masing-masing. Tak terkecuali aku.

Aku memandanginya dan memikirkan kenapa aku bisa memilih objek ini untuk dikreasikan menjadi sebuah karya. Oh, iya. Ternyata dikala itu dunia sedang tenggelam dan tersungkur oleh ganasnya covid-19, salah satunya bidang pendidikan. Dan Najwa Shihab, atau sering dikenal dengan sebutan mbak Nana, muncul dalam menyuarakan pentingnya pendidikan walaupun dikala masa sulit menghadang.

Mbak Nana, salah satu tokoh publik dan duta membaca di Indonesia  yang banyak menyuarakan pentingnya pendidikan. salah satunya ungkapannya yang saya ingat, " Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan, Indonesia tak mungkin bertahan".

Dengan statement itu, ternyata bisa menjadi kapsul herbal buat diriku yg sedang mengalami dilema perkuliahan. Kenapa tidak? Ya gimana lagi, dengan keadaan sesulit itu, memaksakan metode kuliah hanya berfasilitas apk zoom dan data internet. Rasanya tidak seperti kuliah yg aku harapkan sebelumnya. Tapi malahan serasa hanya belajar dengan Mbah google.


"mending kalo tahu kuliah bakalan seperti ini, aku tidak kuliah saja, membuang-buang duit orang tua hanya untuk membayar UKT tapi tidak seimbang dengan fasilitas yang aku terima sekarang ---hanya dikasih subsidi data dari kampus, tanpa bisa tahu rasanya tumpukan-tumpukan buku di rak-rak perpustakaan---  tidak ada bedanya belajar dengan Mbah google" ucap batinku. 

Sempat ada keinginan untuk resin sebagai bentuk ketidaktahanku menghadapi keadaan yang sulit ini. Bahkan tanpa ada rasa khawatir yang terpikirkan sebelumnya tentang bagaimana keadaanku setelah resign, alhamdulilah kalo lebih baik, tapi kalo tidak. Tapi Alhamdulillahnya, itu hanya sampai pada wacana.

Mencoba kembali untuk membuka hati selebar-lebarnya dan mulai mencocokkan perasaan dengan melihat situasi sulit yg sedang dialami penduduk dunia, tidak hanya aku saja. Dan akhirnya aku sadar. oh iya, dunia tidak merestui aku untuk bercengkrama dengan orang lain secara langsung. Tapi tidak menandakan untuk berdiam diri saja, utamanya dalam menuntut ilmu.

Dalam dunia pendidikan, belajar mengajar aku rasa tidak harus muridnya bertemu langsung. Tidak membenarkan kalau tidak bertemu guru secara langsung, menutup kesempatan untuk mendapatkan ilmu. Toh, dengan dukungan digital serba canggih, sarana prasarana menjadi lebih mudah, tidak melulu harus bertemu hanya untuk mendapatkan ilmu dari seorang guru. Aku rasa ini sudah saatnya metode belajar mengajar disesuaikan sama zaman, tidak harus dan selamanya seperti metode pembelajaran konservatif, yang mana harus berkontak langsung, sekarang hanya butuh data internet untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Aku kembali menenggelamkan diri pada kenyataan, dan mencoba bersyukur karena aku masih diberikan kesempatan untuk merasakan nikmatnya belajar. Merasakan nikmatnya Ketika dosen-dosen menjelaskan dengan bahasa akademisnya, mendengarkan riuhnya adu argumen temen-temen mahasiswa. Walaupun hanya melalui layar handphone.

Coba saja kalau aku jadi untuk  resign dari perkuliahan. Pasti asing dari situasi itu. Pasti tidak mengenal kata "perspektif", pasti taunya masih "menurut".

Aku kemudian  bersyukur dengan keadaan ku sekarang, karena diluar sana masih banyak orang yg berkeinginan untuk kuliah tapi terhambat, entah alasan biaya, atau Restu orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun