Dalam gerakan sosial ForBALI, sumber daya materi di dapat dari donasi masyarakat umum beserta partisipan yang berpartisipasi dalam gerakan sosial tersebut. Dari sumber daya materi tersebut, berhasil menggerakan gerakan sosial ini dan mulai meluas menjangkau berbagai kalangan dan profesi. Â
Sumber daya manusia didapat dari para pecinta lingkungan, LSM, pelaku pariwisata, pelaku budaya dan masyarakat Bali. Karena rencana reklamasi tersebut merugikan banyak pihak, maka sumber daya manusia yang berpartisipasi dalam gerakan sosial tersebut pun banyak juga.Â
Sumber daya sosial-organisasi ForBali biasanya dilakukan dengan petisi, parade budaya, konser, dan penjualan T-shirt. Sumber daya budaya dalam gerakan sosial ForBALI adalah memahami dampak buruk reklamasi, mampu menyampaikan orasi, dan mampu melakukan diskusi atau mimbar bebas dengan pihak pemerintah.Â
Sedangkan sumber daya moral dalam gerakan ForBALI adalah dukungan dari tokoh masyarakat dan juga publik figure di Bali seperti Grup Band Superman Is Dead (SID) yang mana di dalamnya terdapat tokoh JRX yang sangat vokal menentang wacana reklamasi Teluk Benoa.
Proses rekrutmen yang terdapat dalam gerakan sosial ForBALI dilakukan secara terbuka yakni bagi masyarakat Bali yang tidak setuju dengan kebijakan reklamasi, maka dipersilahkan untuk bergabung dan bersinergi bersama di dalam gerakan sosial ForBALI. Untuk memperluas jaringan atau keanggotaan, gerakan sosial ForBali menggunakan strategi penyebaran Information Politics yang massif dan dapat dijangkau oleh berbagai kalangan.Â
ForBALI dengan cepat menyebarkan informasi kepada masyarakat mengenai reklamasi tersebut yang mana akhirnya dapat mempengaruhi masyarakat untuk ikut bergabung dan bersama-sama menolak reklamasi. Gerakan ForBALI juga menginformasikan secara detil apa saja yang menjadi fokus dan kegiatan organisasi sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui tujuan dan juga rencana kegiatan dari ForBALI.
Pesatnya keanggotaan ForBALI pun tidak lepas dari kehadiran media sosial. Kehadiran media sosial sangat membantu untuk penyampaian informasi serta untuk memobilisasi massa yang lebih banyak dan lebih luas. Dengan adanya media sosial dan juga internet, otomatis informasi tidak hanya tersebar melalui mulut ke mulut saja melainkan menjangkau cakupan yang lebih luas.Â
Masyarakat yang bukan warga Bali pun dapat mengetahui mengenai gerakan sosial ForBALI ini dan bukan tidak mungkin akan bergabung atau berpartisipasi juga dalam gerakan ForBALI ini. ForBALI pun turut aktif mempublikasikan kegiatan-kegiatan mereka baik di sosial media maupun di website mereka yakni www.forbali.org.
Komitmen gerakan ForBALI terhadap penolakan reklamasi Teluk Benoa tentu saja bukan hal yang main-main. Gerakan sosial ini tidak hanya menyuarakan melalui sosial media saja namun juga aktif dalam aksi unjuk rasa, pawai obor beserta membawa atribut penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa, pemasangan baliho di berbagai tempat di Pulau Bali, diterbitkannya opini penolakan reklamasi Teluk Benoa melalui berbagai surat kabar terkemuka di Indonesia, serta melakukan longmarch.Â
Hal ini menunjukkan betapa kesungguhannya gerakan sosial ini dalam melakukan penolakan terhadap reklamasi di Teluk Benoa. Gerakan ForBALI ini sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2013 dan akhirnya mendapat respon positif dari Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2019 yakni Susi Pudjiastuti yang menetapkan bahwa  kawasan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi maritim setelah menindaklanjuti usulan dari Gubernur Bali I Wayan Koster.Â
Dengan keputusan yang ditetapkan oleh Susi Pudjiastuti tersebut, maka proyek reklamasi Teluk Benoa dibatalkan atau tidak dapat dilanjutkan kembali. Keputusan tersebut tak lepas dari kegigihan ForBALI, elemen masyarakat Bali, LSM, Tokoh agama, dan pelaku pemanfaatan Teluk Benoa yang gigih memperjuangkan status konservasi Teluk Benoa.