sumber : dokumentasi pribadi
Pada tanggal 2-16 Oktober 2022, Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat atau yang biasa dikenal dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Berlokasi di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.Â
Program ini merupakan salah satu dari Program kegiatan Kampus Merdeka oleh Kemendikbud yaitu  MBKM Proyek Kemanusiaan oleh Satker IAI Jawa Timur dan IAI Wilayah Malang. Dalam kegiatan pendampingan teknis oleh fasilitator di lokasi pembangunan Hunian sementara (Huntara) dan Fasilitas sosial yang berada di Relokasi Korban APG Semeru.
Dalam serangkaian aktivitas yang dilakukan di lokasi, kegiatan ini tetap berada dalam pengawasan dan pembinaan dari Universitas 17 Agustus 1945. Melalui Ibu Dr. Andarita Rolalisasi, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), program ini mampu terlaksana dengan lancar atas kerjasama antara IAI Jawa Timur dan IAI Wilayah Malang dengan para Volunteer. Dengan terlaksananya kegiatan ini diharapkan bagi para korban bencana alam APG Semeru dapat terbantu dan terfasilitasi dengan baik.
Kilas balik terjadinya bencana alam erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada bulan Desember tahun 2021. Erupsi Gunung Semeru mengeluarkan Awan Panas Guguran (APG) dan lahar dingin yang mengalir ke arah desa terdampak sehingga menghancurkan ratusan bangunan. Tidak hanya itu, korban jiwa dari warga terdampak dan matinya hewan ternak yang terjebak dalam abu vulkanik. Tercatat sejumlah 54 orang meninggal dunia dan 6 warga dinyatakan hilang. Dalam upaya untuk membantu korban terdampak, Pemerintah Kabupaten Lumajang merelokasi hunian kawasan terdampak  dan membangun kawasan permukiman warga di lahan yang baru.
Di lokasi relokasi tersebut, dibangun Hunian sementara (Huntara), Hunian tetap (Hunian tetap), Fasilitas sosial (fasos), dan Fasilitas umum (Fasum). Salah satu pembangunan Fasos yang dibentuk adalah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Berdasarkan fungsinya di lahan relokasi ini, diharapkan seluruh warga ketika sudah menempati hunian yang telah di sediakan, hasil limbah rumah tangga mampu diolah dengan baik di TPST sehingga tidak mencemari lingkungan.
sumber : dokumentasi pribadi
Saat ini sejumlah warga sudah mulai menempati rumah hunian relokasi, sehingga limbah rumah tangga warga juga sudah mulai terbentuk. Namun, sampai pada akhir kegiatan di tanggal 16 Oktober 2022, TPST di lokasi masih belum menjalankan sistem pengolahan limbah rumah tangga. sehingga hal ini membuat warga harus mengolah sendiri limbah rumah tangganya.
Kurangnya edukasi kepada warga yang telah menghuni di lokasi membuat warga melakukan pengolahan limbah seadanya. Mereka mengolah limbah rumah tangga dengan cara membuangnya pada lahan kosong, membakar sampah, bahkan sampai membuang di bawah kolong jembatan.