Dilihat dari infrastruktur, pariwisata memacu pembangunan fasilitas umum seperti jalan, transportasi, dan akomodasi. Peningkatan ini tidak hanya memudahkan mobilitas wisatawan, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat setempat. Infrastruktur yang memadai membuka peluang bagi daerah untuk terhubung dengan pasar yang lebih luas, sehingga produk lokal dapat dipasarkan dengan lebih efektif. Namun, pembangunan yang tidak terencana dengan baik dapat menimbulkan tekanan terhadap lingkungan, seperti kerusakan ekosistem atau penurunan kualitas sumber daya alam. Pariwisata membawa risiko yang perlu dikelola. Ketimpangan ekonomi sering muncul ketika keuntungan dari sektor ini tidak terdistribusi secara merata. Pihak-pihak tertentu, seperti investor besar, sering kali mendapatkan porsi terbesar dari keuntungan, sementara masyarakat lokal hanya menikmati sebagian kecil. Hal ini dapat memicu ketidakpuasan di kalangan penduduk lokal, terutama jika mereka merasa kehilangan akses terhadap sumber daya yang sebelumnya mereka kelola sendiri (Frida Suryati, 2023).
Perubahan sosial yang cepat akibat pariwisata juga menjadi isu penting. Kehadiran wisatawan dengan nilai-nilai yang berbeda dapat memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap tradisi atau kebiasaan mereka. Dalam beberapa kasus, masyarakat mulai mengadopsi gaya hidup yang lebih modern, yang mungkin tidak sejalan dengan nilai-nilai tradisional. Hal ini dapat mengarah pada kehilangan identitas budaya jika tidak diimbangi dengan upaya pelestarian yang kuat (Kinerja et al., 2024). Memastikan bahwa pariwisata benar-benar menjadi katalisator positif, diperlukan strategi pengelolaan yang berkelanjutan. Pendekatan yang memperhatikan keseimbangan antara manfaat ekonomi, pelestarian budaya, dan perlindungan lingkungan perlu diterapkan. Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat lokal harus bekerja sama untuk menciptakan pariwisata yang inklusif, adil, dan berdampak jangka panjang. Dengan pendekatan yang tepat, pariwisata dapat menjadi motor penggerak pembangunan yang memberikan manfaat menyeluruh bagi semua pihak yang terlibat (Riadi, 2018).
Kesuksesan pariwisata tidak hanya diukur dari segi peningkatan jumlah wisatawan atau pendapatan ekonomi, tetapi juga dari seberapa besar kontribusinya dalam melestarikan nilai-nilai lokal dan memperkuat harmoni sosial. Pengelolaan yang bijaksana harus mampu menciptakan keseimbangan antara eksploitasi potensi wisata dengan pelestarian sumber daya alam dan budaya. Partisipasi aktif masyarakat lokal, sinergi dengan pemerintah, serta penerapan prinsip keberlanjutan menjadi fondasi utama untuk membangun sektor pariwisata yang inklusif dan berdampak positif jangka panjang.
Melalui pendekatan ini, pariwisata dapat menjadi instrumen pembangunan yang tidak hanya membawa manfaat material, tetapi juga memperkuat identitas daerah dan menciptakan komunitas yang lebih mandiri. Transformasi yang terjadi melalui pariwisata harus diarahkan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua pihak, baik wisatawan, masyarakat lokal, maupun lingkungan sebagai pendukung utama keberlanjutan sektor ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H