Desa Begaganlimo, Kabupaten Mojokerto, baru-baru ini menjadi saksi dari inovasi yang dihadirkan oleh tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) R6 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Para mahasiswa tersebut memperkenalkan alat pemotong keripik singkong yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi para pengusaha kecil di desa tersebut.
Sebelum inovasi ini diperkenalkan, proses produksi keripik singkong di Desa Begaganlimo dilakukan secara manual. Metode tradisional ini memakan waktu dan tenaga, serta membatasi jumlah produksi harian. Para pengusaha kecil sering kali kesulitan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, yang akhirnya mempengaruhi pendapatan mereka.
Melalui pengamatan dan diskusi intensif dengan masyarakat setempat, tim KKN R6 menyadari kebutuhan akan alat yang dapat mempercepat proses produksi. Dengan pendekatan kreatif dan pemanfaatan bahan-bahan yang mudah ditemukan, mereka berhasil merancang alat pemotong keripik singkong yang sederhana, efektif, dan mudah digunakan.
Alat ini dilengkapi dengan mekanisme pemotongan yang dapat menghasilkan irisan singkong dengan ketebalan yang seragam, yang penting untuk memastikan kualitas keripik yang dihasilkan. Selain itu, alat ini dirancang untuk meminimalkan risiko cedera yang sebelumnya kerap terjadi saat menggunakan alat pemotong manual.
Kehadiran alat pemotong keripik singkong ini disambut dengan antusias oleh warga Desa Begaganlimo. Banyak pengusaha kecil yang merasakan peningkatan signifikan dalam produktivitas mereka. Dengan waktu pemotongan yang lebih cepat, mereka mampu memenuhi lebih banyak pesanan dan memperluas jangkauan pasar.
Salah satu warga, Bu Siti (50), yang telah menjalankan usaha keripik singkong selama lebih dari satu dekade, mengungkapkan rasa syukurnya. "Alat ini sangat membantu. Kami bisa memproduksi lebih banyak tanpa merasa terlalu lelah," ujarnya.
Tidak hanya menyediakan alat, tim KKN R6 juga memberikan pelatihan kepada warga tentang cara penggunaan dan perawatan alat tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan alat dapat digunakan secara maksimal dan bertahan lama.
"Kami ingin inovasi ini benar-benar bermanfaat bagi warga Desa Begaganlimo. Oleh karena itu, kami juga memberikan pelatihan agar mereka bisa merawat alat ini dengan baik," ujar salah satu anggota tim KKN R6, Aditya Dwi Mahendra.
Inovasi ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat lokal dapat menghasilkan solusi praktis untuk masalah sehari-hari. Dengan pendekatan yang tepat, potensi lokal dapat diberdayakan untuk menciptakan dampak yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari.