Baiklah jika memang memang kapitalisme itu tak dapat musnah di muka bumi atau bahkan mengecilpun terlampau sulit, setidaknya mengubah wajah kapitalis itu sendiri menjadi wajah yang santun adalah hal yang memungkinkan.
Keserakahan adalah watak dasar kapitalisme bahkan sudah menjadi subconscious. Serakah itu baik, kurang lebih begitu alam bawah sadar mereka berdalil. Maka itulah sebenarnya dalil yang menjadi musuh jagat ini, bahwa doktrin kerakusan, memonopoli keuntungan sebanyak-banyaknya adalah hal yang harus dibunuh.
Dalam varian maujud apapun, kapitalis basisnya adalah akumulasi modal. Anak cucunya yang dikembangbiakan sedemikian rupa. Termasuk hadirnya minimarket-minimarket di pelosok yang seringnya tidak memperhitungkan proporsi antara jumlah dan jarak dengan pasar tradisional. Dampaknya sudah hampir dipastikan -- jika tidak mematikan -- berkurangnya omset secara drastis toko kelontong tetangga atau pasar-pasar kecil di sekitar kita.
Maka rasanya akan menjadi benar andaikala watak dasar para kapitalis yang itu, yaitu keserakahan, akumulasi modal yang nyaris tak berkesudahan itu bisa diubah. Yaitu menjadi sistem yang mengharuskan untuk saling berbagi modal dan meratakan kemakmuran ini bersama-sama. Tidak ada yang surplus, semua akumulasi dibagi bersama untuk kelompok atau masyarakat agar sampai pada titik mencukupkan kebutuhan primer secara layak dan manusiawi. Yang artinya bahwa kita manusia bersepakat untuk tak saling kaya antara yang satu dengan yang lain, asal cukup dan semua kebutuhan dijamin oleh negara. Tapi mungkinkah, yaitu merayakan kapitalisme adalah merayakan kemakmuran bersama?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H