Mohon tunggu...
Aditya Budi
Aditya Budi Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Lembaga Filantropi Nasional

Penulis receh di beberapa media online dan pembaca sastra serabutan. Aktif dalam kegiatan filantropi dan pemberdayaan ekonomi. Concern terhadap isu-isu kemiskinan, pemberdayaan sosial dan ekonomi islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dongeng Ilmiah dari Sigmund Freud

5 Desember 2020   06:53 Diperbarui: 5 Desember 2020   06:59 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : firstdiscovers

Para pengkritik Freud mengungkapkan, sejarah psikoanalisis adalah sebuah "Dongeng Ilmiah" dan sama sekali tidak efektif sebagai terapi selain hanya sebgai efek plasebo. Psikoanalisis telah diangap sebagai sebuah pemujaan dimana Freud sebagai pendeta tingginya. Berbagai artikel tentang pemikiran Freud juga telah berusaha "mengubur" konsep-konsep Freud yang telah dicela sebagai pembohomg dan seksis.

Freud juga dianggap sebagai orang yang bertangung jawab atas kemalangan yang dialami orangtua yang keliru sikap aniaya terhadap anak-anaknya. Sehingga banyak yang bertanya-tanya bagaimana mungkin sebuah "teori pikiran" yang memiliki banyak kelemahan dapat memberikan pengaruh pada dunia psikologi dan masyarakat secara umum lebih dari 50 tahun.

Bagaimana ide-ide Freud yang seolah-olah benar tanpa ada bukti-bukti secara empirik -- karena Freud hanya memaksakan pembenaran subjektif atas konsepnya terhadap sebuah ekspresi perilaku -- yang meyakinkan dianggap sebagai peristiwa luarbiasa sejarah pemikiran intelektual akademis abad ke-20.[1]

Interpretasi psikoanalitik yang dilakukan oleh Freud memang nampak aneh dan berlebihan. Pendekatannya sejatinya tidak lolos uji dengan methode-methode yang diaplikasikan saat ini. Sehingga para pengkritik Freud menyarankan untuk tidak terlalu membesar-besarkan akan ide-ide Freud.

 Freud adalah produk zamanya dan seharusnya  tidak selayaknya terpesona untuk mensesuaikan berbagai kejadian berdasarkan teori Freud yang cacat. Lantas bagaimana dunia psikologi menyikapi hal tersebut ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun