Mohon tunggu...
Aditya Wisnu Wardhana
Aditya Wisnu Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia yang ingin memanusiakan manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Amakudari, Praktik Pengalihan Kekuasaan dalam Sistem Birokrasi Jepang

7 Oktober 2024   07:14 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:14 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Kegigihan dalam Birokrasi Konvensional
Budaya birokrasi yang sangat hirarkis di Jepang adalah salah satu alasan Amakudari bertahan. Dalam sistem ini, loyalitas dan hubungan interpersonal masih sangat penting, dan Amakudari adalah cerminan dari nilai-nilai lama yang terus berlanjut. Sudah menjadi hal yang umum bagi para pensiunan pejabat untuk dianggap telah memberikan kontribusi penting, dan kepindahan mereka ke sektor swasta dianggap sebagai kelanjutan dari tanggung jawab sosial mereka.

3. Kesulitan-kesulitan Globalisasi
Globalisasi memberikan tekanan pada Jepang untuk menjadi lebih transparan dan terbuka. Beberapa orang percaya bahwa amakudari menghalangi inovasi dan kompetisi yang baik. Meskipun demikian, praktik ini belum sepenuhnya hilang karena pemerintah dan komunitas bisnis Jepang masih perlu bekerja sama secara erat.

Upaya Memerangi Korupsi dan Kurangnya Transparansi dalam praktik amakudari ini.

Upaya Reformasi sudah di lakukan oleh Japanese Diet passed legislation(Japanese: 国会, Hepburn: Kokkai) national legislature of Japan), mengesahkan undang-undang pada tahun 2007 dengan tujuan membatasi amakudari, yang merupakan salah satu reformasi yang paling signifikan. Undang-undang ini menciptakan prosedur untuk melarang pensiunan birokrat papan atas untuk bergabung dengan perusahaan swasta dibawah kendali kementerian mereka sebelumnya selama minimal dua tahun setelah pensiun.

Kesimpulan

Lahir dari kebutuhan sejarah dan dipupuk oleh hubungan yang erat antara pemerintah dan bisnis, amakudari adalah tradisi yang sudah mendarah daging di Jepang. Teknik ini masih digunakan di Jepang modern, meskipun ada upaya untuk mengurangi kemungkinan penyalahgunaan, terutama di sektor-sektor yang menuntut kolaborasi erat dengan pemerintah. Masa depan Amakudari masih belum jelas karena globalisasi memaksa Jepang untuk menjadi lebih transparan dan inovatif. Baik atau buruk, hal ini tetap berdampak pada dinamika antara sektor publik dan swasta.

Daftar Pusataka: 

Gibney, F. (Ed.). (1996). The Japanese mind: Understanding contemporary Japanese culture. Tuttle Publishing.

Johnson, C. A. (1992). MITI and the Japanese miracle: The growth of industrial policy, 1925-1975. Stanford University Press.

Tsutsui, W. M. (2018). "Reforming Japan’s Bureaucracy: Policy and Process" 

Davies, R. J., & Ikeno, O. (Eds.). (2002). The Japanese Mind. US: Tutle Publishing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun