Mohon tunggu...
Aditya Wisnu Wardhana
Aditya Wisnu Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia yang ingin memanusiakan manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Amakudari, Praktik Pengalihan Kekuasaan dalam Sistem Birokrasi Jepang

7 Oktober 2024   07:14 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.irasutoya.com/2016/06/blog-post_622.html      

Amakudari masih menjadi topik yang diperdebatkan di Jepang, terutama karena menimbulkan pertanyaan tentang akuntabilitas, transparansi, dan garis yang memisahkan kepentingan publik dan keuntungan swasta. Meskipun sejumlah peraturan telah dikeluarkan dari waktu ke waktu untuk menghentikan penyalahgunaan praktik ini. Namun, praktik ini tetap menonjol dalam politik dan ekonomi Jepang dalam lingkungan politik dan ekonomi Jepang. 

https://www.ac-illust.com/main/detail.php?id=23900687&word=耳打ちをするスーツ姿のビジネスマン達&searchId=
https://www.ac-illust.com/main/detail.php?id=23900687&word=耳打ちをするスーツ姿のビジネスマン達&searchId=

Contoh Kasus dari praktik amakudari

sebagian besar birokrat, dituduh melakukan penggelapan pajak.Penangkapannya mengungkap skandal keuangan yang melibatkanseluruh industri bangunan, di mana kontribusi ilegal, sogokan, danpenyuapan merupakan hal yang lazim dalam investasi publik.Sebagai akibatnya, investigasi berskala besar dilakukan di antaraperusahaan-perusahaan terkait dan pihak-pihak terkait. Hal inikemudian dikenal sebagai skandal zenekon, dan berujung padapenangkapan gubernur Sendai, Miyagi, dan Ibaragi (Kuji & Yokota,1996, hlm. 16).

https://www.irasutoya.com/2016/06/blog-post_622.html      
https://www.irasutoya.com/2016/06/blog-post_622.html      

Dampak Amakudari terhadap Masyarakat

1. Masyarakat Jepang merasa tidak puas dengan perusahaan dan pemerintah Jepang jika ada kasus yang melibatkan amakudari yang berdampak negatif pada negara atau jika pejabat amakudari melakukan kesalahan fatal dan  runtuhnya kepercayaan masyarkat terhadap  pemerintah yang membuat masyarakat Jepang percaya bahwa para pejabat ini tidak akan bisa menjadikan Jepang modern atau maju.

2. Menurunnya daya saing Jepang di pasar keuangan internasional adalah praktik amakudari. Hubungan erat para pejabat senior dengan pemerintah seringkali mengakibatkan transaksi komersial yang tidak jelas dan konflik kepentingan ketika mereka pindah ke posisi tinggi di perusahaan. Karena kekhawatiran tentang keadilan dan keterbukaan sistem keuangan dan peraturan Jepang di kalangan investor dan bisnis luar negeri, kapasitas Jepang untuk melakukan bisnis di lapangan yang setara di luar negeri melemah. 

3. Perbedaan mencolok antara penilaian real estate yang tercatat secara resmi dan harga pasar yang sebenarnya adalah salah satu contoh paling jelas dari praktik amakudari ini. Manipulasi harga properti oleh perusahaan dan organisasi yang memiliki hubungan dengan pemerintah menjadi representasi dari spekulasi berlebihan yang menyebabkan gelembung ekonomi Jepang pada akhir 1980-an dan akhirnya jatuh. Kesenjangan ini semakin mendistorsi ekonomi dengan mengekspos tingkat keterlibatan pemerintah di sektor swasta melalui amakudari, sebuah praktik di mana mantan pejabat menggunakan kontak mereka untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi real estat yang terlalu mahal. Hal ini juga merusak kepercayaan investor.

Lalu, apakah praktik ini masih di gunakan hingga saat ini di zaman Jepang modern?

1. Fungsi dalam Ekonomi modern
Di antara pemerintah dan bisnis besar, Amakudari bertindak sebagai mediator dalam kerangka ekonomi Jepang kontemporer. Hal ini menggambarkan kegigihan kemitraan simbiosis antara sektor publik dan swasta, terutama di sektor-sektor seperti energi, infrastruktur, dan keuangan yang diatur oleh atau tunduk pada peraturan pemerintah. Namun, bisnis Jepang berada dibawah tekanan untuk menjadi lebih profesional dan kompetitif secara global karena globalisasi dan transparansi internasional, yang mengubah cara mereka menggunakan praktik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun