Mohon tunggu...
Ahmad Aditya
Ahmad Aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uin Sunan Kalijaga Yogayakarta Prodi Ilmu Komunikasi - NIM : 20107030063

Y

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budi Daya Kapulaga Menjadi Tren Saat Ini

21 Juni 2021   13:00 Diperbarui: 21 Juni 2021   13:21 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis membantu proses penjemuran(dokpri) 

Kapulaga adalah sejenis tanaman rempah yang masih termasuk dalam keluarga jahe-jahean. Tanaman ini merupakan tanaman asli yang berasal dari Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia dan lain-lainnya. Tanaman ini memiliki banyak sekali manfaat di bidang kesehatan khususnya. Dan pada masa awal pandemi ini, budi daya tanaman kapulaga semakin marak dilakukan oleh para petani, khususnya petani di Desa Sukoharjo Kabupaten Wonosobo.

Suhadi adalah salah satu petani yang beralih usaha menjadi petani kapulaga. Ia awalnya adalah petani yang mengelola perkebunan salak. Namun ketika melihat bahwa bisnis mengelola pohon salak yang semakin hari semakin meresahkan, dirinya memilih untuk mencabut pohon-pohon salaknya dan kemudian diganti dengan tanaman kapulaga. Menurutnya mengelola tanaman kapulaga lebih menjanjikan dibandingkan mengelola pohon salak.

"Harga salak dari waktu ke waktu semakin turun, tidak sebanding dengan usaha menyerbuk dan memetiknya." ujarnya saat ditanya kenapa mengganti pohon salaknya dengan tanaman kapulaga setelah belasan tahun menjadi petani salak.

Memang harga salak terbilang tidak pernah mengalami kemajuan, bahkan terkesan mengalami kemunduran. Bahkan di awal-awal pandemi dulu, harga salak sempat anjlok di harga 500 rupiah per kilogramnya. Harga tersebut jika dihitung tentu tidak sebanding dengan usahanya dalam memanen, menyerbuk, dan merawat pohon salak tersebut. Terlebih di awal pandemi, sempat tidak ada distributor yang mau membeli buah salak yang berakibat pada kerugian karena tidak adanya penjualan. Hal itulah yang membuat Suhadi yang awalnya menyisakan sekitar 50% perkebunan salaknya sampai mengganti seluruh tanaman salaknya menjadi tanaman kapulaga.

Berbanding terbalik dengan tanaman salak yang mengalami penurunan yang signifikan. Harga kapulaga sendiri mengalami peningkatan di awal pandemi. Harga kapulaga per kilogramnya mampu mencapai 330 ribu rupiah dalam bentuk kering dan 50 ribu rupiah dalam bentuk basah. Hal ini tentunya membuat para petani kapulaga semakin banyak mengingat budi daya tanaman kapulaga yang terlihat semakin menjanjikan.

Penulis membantu proses penjemuran(dokpri) 
Penulis membantu proses penjemuran(dokpri) 

Suhadi menyebutkan bahwa pendapatannya juga mengalami peningkatan mencapai 100% dibanding penjualan terakhirnya dalam usaha perkebunan salaknya. Dirinya juga menyebutkan tanaman kapulaga yang ia tanam belum maksimal dan masih dapat bertambah lebat dan kapulaga yang dihasilkan semakin maksimal. Namun saat ini, harga kapulaga mengalami penurunan yang cukup banyak. Harga kapulaga menurun sejak akhir tahun 2020 dan menjadi tidak stabil saat itu. Harga kapulaga bahkan pernah turun hingga 100 ribu rupiah perkilogramnya dalam bentuk kering dan 15 ribu rupiah dalam bentuk basah. Saat artikel ini ditulis, harga kapulaga sendiri berkisar di angka 150 - 170 ribu rupiah per kilogramnya dalam bentuk kering dan 25-28 ribu rupiah per kilogramnya dalam bentuk basah. Suhadi dan para petani kapulaga lainnya berharap untuk kedepannya harga kapulaga menjadi stabil dan beberapa masalah seperti kualitas, oknum yang mempermainkan harga, dan masalah-masalah lainnya dapat terselesaikan.

Ilustrasi kebun kapulaga narasumber(dokpri) 
Ilustrasi kebun kapulaga narasumber(dokpri) 

Selain menjual Biji kapulaga, Suhadi juga menerima pembeli yang ingin  membeli bibit kapulaga darinya. Jenis tanaman kapulaga yang ia tanam ada tiga jenis. Yaitu kapulaga lokal merah, kapulaga lokal putih dan kapulaga hybrida. Meskipun berbeda jenis, fungsi dan manfaat dari ketiga jenis tersebut masih sama. perbedaannya terletak pada bentuk dan juga siklus panennya. Untuk kapulaga lokal merah dan putih bijinya tergolong lebih besar dan lebih merah/ putih dibanding kapulaga hybrida. Namun, untuk segi kelebatan buahnya, kapulaga hybrida lebih unggul dari kapulaga lokal. Untuk siklus panennya sendiri, kapulaga lokal memiliki siklus panen sekitar satu hingga dua bulan sekali, sedangkan kapulaga hybrida memiliki siklus panen sekitar empat sampai enam bulan sekali. Meski demikian, panen yang dihasilkan oleh kapulaga hybrida terbilang lebih banyak karena lebih lebat. Jadi bisa dikatakan seimbang untuk hasil panen dalam setahun diantara keduanya.

Untuk harga bibit kapulaga hybrida sendiri pada awal pandemi mampu mencapai angka 3000 rupiah per batang sedangkan untuk kapulaga lokal sendiri berkisar di angka 2000 rupiah per batang. Namun saat artikel ini dibuat, harga bibit kapulaga hybrida sekitar 1500 rupiah peratang dan kapulaga lokal sekitar 1000 rupiah per batang. Hal ini terbilang wajar karena sudah banyak penyedia bibit dan juga sudah banyak yang membudidayakannya sehingga para pembeli sudah tidak bingung untuk membeli bibit kapulaga yang diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun