Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, maka setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaanya.
Novel Kau, Aku dan  Sepucuk Angpau Merah ini bercerita tentang kisah cinta pemuda ojek sepit atau sampan yang bernama borno dengan Mei perempuan anggun dengan mata sendu yang memukau. Dalam cerita ini, kita diajak untuk memahami arti cinta itu sendiri dan juga nasehat-nasehat dalam hidup, tentang pengorbanan, kesabaran, keikhlasan dan juga pengorbanan. Alur cerita dalam novel ini juga tidak membosankan, gaya bercerita ala Tere Liye yang terkesan mellow juga tidak membuat cerita ini alay ataupun lebay, justru malah membuat nuansa dalam cerita ini semakin hidup.
- Dia Adalah Kakakku
Buat apa kamu memikirkan apa yang dipikirkan orang lain? Buat apa kamu mencemaskan apa yang akan dinilai orang lain? Kekhawatiran, juga kecemasan yang sejatinya mungkin tidak pernah ada."
Dulu, sekarang, hingga kapan pun, dia adalah kakakku.
Novel ini bercerita tentang perjuangan Laisa sebagai seorang kakak bernama Laisa yang memiliki empat orang adik yaitu Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta.Â
Kasih saying yang diberikan kepada adiknya, mulai dari pengorbanan, kerja keras, kesabaran diberikan kepada adiknya meskipun sebenarnya Laisa tidak memiliki hubungan darah dengan mereka.
Novel ini mengajarkan kita tentang arti sebenarnya dari persaudaraan. Kesedihan, kesabaran, juga kebahagiaan di dalamnya seakan-akan sampai pada kita sebagai pembaca.Â
Alur maju mundur yang digunakan juga seolah-olah memainkan perasaan kita untuk lebih menghayatinya. Novel ini juga telah terbit dalam bentuk film yang berjudul Bidadari-bidadari Surga yang merupakan judul lain dari novel ini.
- Serial Bumi