Mohon tunggu...
Aditya Pratama
Aditya Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku cinta Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Menyambut Ramadhan di Desa Sumberejo

31 Maret 2022   22:27 Diperbarui: 31 Maret 2022   23:45 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Tak disangka bulan yang ditunggu oleh semua umat Muslim di seluruh dunia akan segera datang. Tidak lain dan tidak bukan adalah bulan suci Ramadhan. Memang bulan ini adalah bulan yang sangat istimewa bagi semua umat Muslim, karena pada bulan ini banyak sekali keistimewaan yang diberikan pada umat Muslim. 

Selain itu, pada bulan Ramadhan ini rasanya sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Rasanya seperti asri dan tenang. Para umat Muslim di seluruh dunia pada bulan ini juga diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa. 

Puasa sendiri memiliki pengertian menahan diri dari segala macam hawa nafsu baik itu makan ataupun minum. Setelah bulan Ramadhan selesai, para umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari raya yaitu Idul Fitri.

Dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan ini, tentunya setiap orang di setiap daerah dan setiap Negara memiliki perbedaan budaya dalam merayakannya. Seperti ada orang-orang yang menyambut bulan Ramadhan dengan melakukan pawai di sepanjang jalan dengan membawa obor dan masih banyak yang lainnya.

Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas tentang budaya-budaya yang ada di sekitar tempat tinggal saya, yaitu di Desa Sumberejo kota Batu. Langsung saja simak tulisan ini.

Yang pertama, budaya yang ada di daerah saya dan sering saya temui adalah berkunjung ke makam sanak saudara yang sudah meninggal dan mendoakannya. Hal ini dilakukan pada satu hari sebelum puasa dilaksanakan. Ini merupakan budaya lokal yang sering atau pasti dilakukan saat menjelang bulan Ramadhan. Mungkin hal ini juga dilakukan di sebagian besar daerah di Indonesia.

Yang kedua adalah syukuran atau slamatan. Budaya ini juga kelihatannya sudah dilakukan secara turun-temurun dari dahulu. Slamatan ini dilakukan untuk merayakan rasa syukur dan berdoa kepada Tuhan. 

Pada slamatan ini, diwakilkan oleh satu orang dalam setiap rumah dan yang pasti adalah kepala keluarga. Tidak lupa setiap rumah juga membawa makanan untuk ditukarkan sesama warga pada waktu salamatan. Biasanya slamatan ini dilakukan di salah satu musholla atau masjid atau juga bisa dilakukan di rumah pak rt setempat.

Kemudian yang ketiga adalah kerja bakti untuk membersihkan musholla-musholla. Hal ini dilakukan saat satu hari sebelum sholat tarawih dimulai. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan rasa aman, nyaman dan tenteram bagi setiap orang yang melaksanakan sholat tarawih di tempat tersebut.

Yang keempat adalah petasan. Iya, benar petasan. Memang petasan ini sangat identik dengan hari-hari besar baik itu pada agama Islam maupun yang lainnya. Di sekitar tempat tinggal saya, banyak sekali saat bulan Ramadhan para anak-anak kecil ini sering bermain petasan. 

Tidak hanya petasan saja, selain itu ada juga yang namanya Bum-Buman. Bum-Bum adalah sebuah bambu yang sudah dibentuk seperti meriam yang ukurannya tidak terlalu besar. Biasanya permainan ini banyak dimainkan oleh para remaja sampai orang dewasa.

Cara memainkannya adalah dengan diberi karbit yang dicampur air, kemudian dimasukkan kedalam lubang yang kecil di atas bum-bumnya, kemudian ditutup rapat dan ditunggu beberapa menit. Setelah dirasa cukup, lubang itu dibuka dan sesegara mungkin disulut dengan api dan kemudian meledak seperti meriam. Memang permainan ini bisa diakatakan sedikit ekstrim jika tidak dimainkan dengan hati-hati.

Pada saat hari-hari puasa berlangsung suasananya seperti tidak pernah sepi bahkan sampai malam hari pun biasanya masih ramai. Setelah sholat tarawih dilakukan, ada kegiatan tadarus Al-Quran. 

Hal inilah yang membuat suasana malam pada bulan Ramadhan berbeda dengan malam-malam yang lainnya. Ada juga orang tua maupun pemuda yang setelah melakukan tadarus mereka tidak tidur sampai sahur untuk sekedar ngopi atau melakukan hal lainnya bersama teman-temannya. Biasanya menjelang sahur, ada juga remaja atau pemuda yang berkeliling untuk membangunkan sahur.

Mungkin itu saja budaya-budaya yang masih berjalan di desa ini untuk menyambut bulan Ramadhan. Semoga Ramadhan kali ini tidak ada hal apapun yang mengganggu dan menghalangi untuk memaksimalkan beribadah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun