“Tentu, saya yang ajari dia” Ujar ibu sambil tersenyum. “Ayo Han, duduk di sini.”
Sedikit bingung, aku masih tidak bergerak dari posisiku semula. Mataku menyisir seluruh ruangan “Ada apa bu?”
“Ini adalah ustadz Fikri, dia akan membimbingmu masuk islam.”
“Islam?!”
***
“Islam?”
“Ya, dan sejak itu kalimat syahadat keluar dari mulutku.”
“Jadi kau ‘dipaksa’ masuk islam?”
“Aku tak bisa bilang itu dipaksa. Tapi ya mungkin, melihat kondisinya, saat itu sepertinya aku terpaksa.” Aku mengangguk. “Pada akhirnya semua selalu dimulai dari paksaan bukan? Ayolah, kau juga ‘terpaksa’ lahir di dunia ini.”
“Ya, dan sepertinya aku juga ‘terpaksa’ mendengar ceritamu.” Zen menyeringai. Lumpia basah di tanganya sudah habis sejak tadi.
“Dasar.” Aku abaikan kata-kata dia barusan. “Aku ingat jelas pertama kali mengucapkannya ‘Asyhadualla ila ha illallah, wa’asyhaduanna muhammad rasullullah’. Awalnya tanpa makna, namun sekarang sudah cukup memberiku banyak makna.