Kehidupan manusia hakikatnya dihadapkan pada nilai-nilai yang berfungsi untuk mengatur kehidupan bermasyarakat. Seyogyanya nilai-nilai tersebut memberikan arahan dan pedoman dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis dan madani. Wujud dari nilai-nilai masyarakat itu sendiri terpatri dalam kehidupan individu anggota masyarakat yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi kehidupan individu. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai-nilai dalam masyarakat secara menyeluruh mengerahkan individu sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi dan menjalankannya.
Manusia tidak bisa melepaskan diri dari aturan yang berlaku di lingkungannya. Hal ini karena peran manusia sebagai makhluk sosial. Manusia mempunyai tanggung jawab dan ketergantungan antar sesama dalam meraih segala impian dan keinginannya. Manusia tidak mampu berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mewujudkan cita-citanya. Sifat ketergantungan antar sesama manusia ini membawa manusia memerlukan suatu pengelolaan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Hal ini membawa manusia menyadari pentingnya kelembagaan sebagai suatu pedoman dan arahan dalam mengelola kehidupan bermasyarakat antar sesama manusia sesuai lingkungan budayanya.
Kelembagaan mempunyai sifat yang abstrak dan mengikat. Kelembagaan mengatur secara normatif kehidupan individu di lingkungan masing-masing. Pentingnya kelembagaan dalam kehidupan individu dimaknai sebagai sesuatu yang mampu mendukung dan mendorong individu dalam mengembangkan kapasitas diri. Kelembagaan juga dimaknai sebagai alat kontrol sosial yang dapat membatasi kebebasan individu dan mengarahkan kebebasan individu tersebut kepada kebebasan yang lebih bertanggung jawab. Hal ini penting dilakukan karena keadaan masyarakat saat ini banyak yang kehilangan karakter dan moral yang perlu diupayakan lagi untuk ditumbuhkan kembali.
Sifat alami kelembagaan yang lahir secara turun temurun dan bersifat memaksa secara tidak langsung mempengaruhi karakter individu untuk bergerak sesuai dengan koridor yang ditentukan oleh kelembagaan yang sudah terbangun. Individu tidak bisa memaksa untuk melawan kelembagaan dalam masyarakat. Hal ini mempunyai makna bahwa melawan kelembagaan berarti melawan kesepakatan masyarakat yang sudah terbangun sejak lama. Batasan yang dibangun kelembagaan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam membentuk dan menentukan sikap individu agar tidak bertindak diluar batas dengan mendobrak kelembagaan yang sudah ada tanpa berusaha untuk membuka diri dalam memahami dan mengimplementasikan kelembagaan yang sudah ada dalam masyarakat.
Peranan kelembagaan dalam kehidupan individu mencakup banyak aspek, diantaranya melalui pendidikan, kebudayaan, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut mendasari dalam pembentukan sikap dan tindakan diri individu. Disisi pendidikan misalnya, penerapan sistem belajar yang terintegrasi dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT) menerapkan banyak kebijakan mengenai tata peraturan dalam berseragam, penerapan kedisiplinan, penggunaan kurikulum, dan program-program sekolah yang mempunyai esensi membangun karakter generasi penerus bangsa. Disisi kebudayaan dengan adanya aturan-aturan dalam adat istiadat setempat yang memaksa individu untuk bertindak dan mengikuti peraturan adat dengan segala konsekuensi dan sanksi apabila melanggarnya. Disisi politik mengenai pentingnya etika politik dalam merumuskan kebijakan yang tepat dalam menerapkannya untuk memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Sedangkan disisi ekonomi mengenai pentingnya pengaturan mengenai kebijakan fiskal dan moneter yang dapat menumbuhkan semangat investasi dalam kegiatan perdagangan baik secara regional maupun global.
Kompleksitas peranan kelembagaan dalam kehidupan individu membawa kelembagaan menjadi bagian penting dalam kehidupan individu. Hal ini membawa kelembagaan mempengaruhi individu sampai tingkat akar dari kepribadian individu. Kelembagaan menjadikan individu mempunyai karakter yang khas sesuai lingkungan tempat tinggal individu dalam memperoleh kognisi dari sekitarnya. Kelembagaan mengakar dalam kepribadian dan membawa individu tidak bisa lepas dari ikatan kelembagaan di lingkungannya.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat tidak menutup kemungkinan bisa diselesaikan dengan menggunakan kelembagaan yang sudah terbangun. Kelembagaan bisa menjadi solusi aplikatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang memerlukan pendekatan personal dan intens terhadap suatu kebijakan yang perlu diambil dalam lingkungan masyarakat. Namun perlu musyawarah dalam menentukan keputusan yang hendak diambil dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Lain halnya dalam lingkup individu, kelembagaan menjadi pengarah dan pendukung yang bisa memberi solusi dan berperan andil dalam upaya menyelesaikan masalah dalam diri individu sendiri.
Kelembagaan berupa aturan yang tidak tertulis memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding dengan aturan tertulis. Dengan sifatnya yang tidak tertulis menjadikan kelembagaan dapat mengikat semua orang yang berada di lingkungan tanpa peduli siapapun orangnya. Hal ini sudah menjadi hukum alam bahwa aturan tersebut telah mendapat pengakuan dari sebagian besar masyarakat dan menjadi bagian aturan individu secara otomatis dalam menerapkan nilai-nilai dan norma sosial sesuai yang sudah ditetapkan. Lain halnya dengan aturan tertulis yang lebih bersifat kompromi dan bisa dinegosiasikan dengan segala konsekuensi dan sanksi yang bisa dipertimbangkan kembali, kelembagaan tidak tertulis menerapkan sistem ‘pengakuan universal’ yang mempunyai makna harus dipatuhi dan dihormati oleh setiap individu yang berada di lingkungan kelembagaan diterapkan.
Keterlibatan kelembagaan dalam mempengaruhi kehidupan individu lebih banyak disebabkan karena kelembagaan mempunyai makna sebagai alat yang dijadikan pedoman dan arahan untuk mewujudkan kehidupan yang teratur. Individu diberi pengaturan dan pembatasan mengenai apa yang seharusnya boleh dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Hal ini yang mendasari kelembagaan mempunyai pengaruh secara internal dan eksternal dalam mengatur individu dalam berbagai aspek kehidupan. Kelembagaan menjadi penggerak karakter individu dalam memperbaiki kualitas dan kapasitas diri dalam berupaya mengarahkan individu untuk bergerak sejalan dengan koridor kelembagaan yang telah ditetapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H