Menjadi orang islam itu  mudah syaratnya. Cukup mengucapkan dua kalimat syahadad. Itu saja. Tak report.  Tidak perlu biaya . Tapi kalau mau kaffah, penuhi  4 rukun islam yang lainnya juga.  Yang susah itu menjadi orang beriman. Banyak syaratnya dan juga sulit dipenuhi . Jika tidak dengan hati yang tulus. Tanpa pamrih . Hanya karena Alloh.
Iman dan islam itu memang dua hal yang berbeda. Seorang muslim , tidak akan menjadi tidak  muslim, selama tidak keluar dari Islam. Yaitu menggugurkan dua kalimat syahadad yang pernah diucapkannya. Kemudian menjadi murtad. Sedangkan iman, itu proses yang terus- menerus. Tidak berhenti hanya dengan klaim aku sudah beriman. Tidak juga berhenti dengan hanya mengatakan, saya telah memeluk agama islam. Iman itu suatu proses yang tidak pernah berhenti selama nafas masih di dalam tubuh. Siapa yang berhenti berproses maka, sebenarnya sudah mati imannya.Yang tertinggal hanya baju islamnya. Baju yang bisa dipakai saja . Asal mau "membayar" nya dengan  mengucap dua kalimat syahadad.
Begitu mudahnya menjadi orang islam. Apakah akan mudah juga orang islam bisa bersifat kufur dan keluar dari islam ? Masih banyak yang berpendapat, bahwa orang islam tidak akan menjadi kufur. Itu tidak mungkin terjadi . Karena itu sangat berlawanan . Katanya kufur hanya dimiliki oleh orang di luar islam. Islam seolah sudah menjamin  seorang muslim akan selamat dunia dan akherat. Namun apakah seperti itu keadaan sebenarnya ?
Secara teori , seharusnya orang islam itu, otomatis menjadi orang yang beriman. Tetapi secara realita , tak menutup kemungkinan orang islam dapat  terjerumus dalam sikap kufur. Memang tidak mungkin orang islam, pada saat yang sama menjadi orang kafir. Karena itu dua hal  yang berbeda. Tetapi kafir dan kufur dua hal yang berbeda juga  . Kafir merujuk  person atau pelakunya  . Sementara kufur merujuk sebuah sifat.
Kufur sebagai kata sifat maka bisa melekat kepada  semua orang. Tak terkecuali kepada orang islam. Sebagaimana juga dengan iman. Iman juga dapat dimiliki oleh semua orang, baik muslim maupun non islam.  Karena iman juga merupakan kata sifat.
Idealnya  seseorang sebelum berislam adalah beriman terlebih dulu. Ada kepercayaan kepada islam baru berislam . Sebagaimana dicontohkan  Nabi dan para sahabat . Sebelum berislam, ,mereka sudah memiliki  iman di dalam dada . Kepercayaan tanpa syarat kepada Tuhan yang serba maha. Yang menguasai seluruh alam . Kepercayaan kepada Tuhan inilah, yang menjadi pondasi seseorang untuk berislam. Ini juga yang akan menjadi energi  penggerak seorang manusia untuk bergerak menjalankan syariat yang diwujudkan dalam rukun islam yang lima.
Memeluk agama Islam merupakan anugerah besar, tetapi berislam tidak menjamin seseorang bebas dari sifat kufur. Berislam berarti mengimani Allah dan menjalankan perintah-Nya, namun iman seseorang sering diuji melalui perbuatan, ucapan, dan keyakinan. Meski seseorang mengaku Muslim, tidak menjamin mereka tidak tergelincir ke dalam sikap kufur seperti mengingkari nikmat Allah atau melalaikan kewajiban agama.
Karena belum adanya iman dalam dada seorang muslim, maka tidak sedikit orang umat muslim  yang terjebak dalam kekufuran. Kufur yang dalam arti tertutup , atau terhalang. Dalam hal ini tentu terhalang dari cahaya illahi. Sehingga meski mengaku berislam namun tetap saja malakukan kemungkaran. Meski mengaku berislam namun masih sering melakukan hal-hal yang keji.
Kekufuran ini tidak hanya melekat pada orang islam yang imannya tidak tertanam dalam dada, namun juga kepada orang islam yang iamannya tidak mau bertumbuh. Alias berhenti berproses untuk terus menjadi lebih baik dan lebih tinggi ilmunya dan amalnya. Dari merasa apa yang sudah dicapai sudah cukup. Tidak mau bergerak lagi untuk mendaki ke tangga keimanan yang lebih tunggi.
Bisa juga sifat kufur ini melekeat kepada orang islam yang merasa imannya sudah tinggi dan kemudian merasa orang lain masih rendah imannya. Dari terjebak ke dalam sikap sombong dalam keimanan. Â Terkadang sikap ini juga memiliki sikap yang arogan terhadap orang di luar islam . Kebenaran seolah menjadi miliknya sendiri. Dia terjebak dalam sikap bahwa dirinya pasti selamat, dan orang lain yang dilihatnya di bawah dia levelnya pasti tidak mendapatkan jatah surga.
Iman adalah pondasi dalam berislam ., maka tidak salah imanlah yang sering diseru atau dipanggil dalam Alquran. Tanpa iman yang kuat , mustahil orang mau menjalankan kewajiban syariah. Makanya, perintah  untuk sholat yang dipanggil iman. Seruan untuk zakat yang dipanggil iman. Seruan puasa yang dipanggil iman. Tidak ada yang dipanggil  islamnya untuk  menjalankan sebuah syariah. Karena yang mampu dan mau mengerjakan perintah -perintah syariah  adalah orang yang beriman. Yang hanya berislam tanpa dilandasi iman, jangan harap mereka menjalankan syariah tersebut.  Makanya benar ungkapan , memegang iman itu seperti memegang bara. Dipegang panas, dilepaskan iman pun melayang.
Selain itu, memiliki ilmu agama juga tidak menjamin seseorang terhindar dari kekufuran jika tidak diamalkan. Pengetahuan yang tidak diiringi kesadaran dan kepatuhan kepada Allah dapat menjerumuskan seseorang dalam keangkuhan. Maka, berislam saja tidak menjamin keselamatan jika tidak disertai sikap rendah hati dan ketaatan.
Kesimpulannya, berislam adalah langkah awal, tetapi tidak menjamin seseorang akan terus berada di jalan kebenaran tanpa usaha terus menerus memperbaiki dan meningkatkan tingkat keimanan. Setiap Muslim harus menyadari bahwa bukan apa yang sudah diraih yang menentukan kedudukannya dihadapan Tuhan, namun adalah proses  usaha yang terus menerus untuk memperbaiki tingkat keimanan. Sudah banyak kisah yang menyebutkan orang yang baru berjuang menuju islam, tetapi sudah memiliki keimanan yang kuat, lalu  meninggal, memiliki kedudukan lebih mulia daripada orang yang sudah lama berislam namun tidak mau berproses menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H