Tawuran . Dan tawuran lagi. Belum selesai tawuran yang satu tawuran lain muncul. Ada yang tawur di jalan raya. Ada juga yang tawur dengan menyerang sekolah lain. Tawuran pelajar menjadi berita yang akrab di  pendengaran kita.
Tawuran seolah menjadi hobi baru para pelajar . Tawuran seolah bisa menyalurkan apa yang terpendam dalam diri. Seakan tidak ada kegiatan lain yang lebih menarik daripada tawuran. Bahkan tawuran sudah menjadi kebanggaan . Dengan tawuran menjadi terkenal. Menjadi pemberitaan  di media berita online atau viral media sosial. Akan dikenal sebagai anak pemberani. Sekaligus dikenal menjadi pejuang dan pembela "harga diri" sekolah .
Beberapa hal yang menonjol dalam setiap terjadinya tawuran pelajar, adalah adanya semangat. Â Di sana ada sikap berani menghadapai resiko. Di sana juga ada solidaritas. Â Sesuatu yang sebenarnya kita butuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Di sana juga ada harga diri. Meski dalam kasus tertentu mereka para pelajar tidak tepat dalam menempatkannya. Itu semua sebenarnya hal hal yang positip jika disalurkan dalam kegiatan kegiatan yang benar dan bermanfaat.
Tawuran pelajar sering kali dipandang sebagai bentuk kenakalan remaja yang sulit dikendalikan. Namun, jika dilihat lebih dalam, banyak pihak percaya bahwa tawuran sebenarnya merupakan gejala dari bakat dan potensi para pelajar yang tidak tersalurkan dengan baik. Ketika anak-anak muda, terutama di usia remaja, tidak diberikan ruang yang cukup untuk mengekspresikan diri atau mengembangkan minat dan bakat mereka, energi berlebih yang mereka miliki dapat berubah menjadi perilaku negatif, termasuk tawuran. Oleh karena itu, tawuran pelajar bukan hanya soal moralitas, tetapi juga soal kurangnya perhatian terhadap kebutuhan pengembangan diri mereka.
Banyak remaja yang memiliki bakat dan potensi besar dalam berbagai bidang, seperti olahraga, seni, atau ilmu pengetahuan. Sayangnya, tidak semua sekolah atau lingkungan menyediakan sarana dan prasarana yang cukup untuk mengasah bakat tersebut. Misalnya, pelajar yang memiliki minat besar dalam sepak bola mungkin tidak memiliki akses ke fasilitas yang memadai, atau pelajar dengan bakat seni mungkin kekurangan ruang untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Ketika bakat-bakat ini tidak diberi ruang untuk berkembang, para pelajar akan mencari pelampiasan lain yang terkadang bersifat destruktif, seperti tawuran.
Contoh nyata bisa dilihat di beberapa sekolah di kota besar, di mana tawuran sering kali dipicu oleh persaingan antar sekolah yang tidak sehat. Para pelajar yang terlibat sebenarnya memiliki energi dan semangat yang besar, tetapi karena kurangnya kegiatan positif seperti kompetisi olahraga, kegiatan seni, atau lomba-lomba akademis yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka untuk berprestasi, energi tersebut berubah menjadi perilaku agresif. Jika sekolah lebih aktif mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang menarik, para pelajar akan memiliki cara yang lebih produktif untuk menyalurkan bakat dan energi mereka.
Selain itu, faktor lingkungan juga berperan besar dalam mengarahkan perilaku pelajar. Di lingkungan di mana kekerasan dianggap sebagai sesuatu yang normal, tawuran menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, jika pelajar tidak diberikan alternatif positif untuk menunjukkan keberanian dan kemampuan mereka, mereka akan mudah terjerumus dalam konflik. Contohnya, beberapa sekolah yang memiliki program bimbingan bakat secara teratur, seperti turnamen olahraga atau festival seni, cenderung memiliki tingkat tawuran yang lebih rendah. Hal ini membuktikan bahwa memberikan ruang untuk menyalurkan bakat secara positif dapat mengurangi perilaku negatif di kalangan remaja.
Oleh karena itu, salah satu solusi utama untuk mengatasi tawuran pelajar adalah dengan menyediakan lebih banyak wadah bagi pelajar untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan bakat mereka. Sekolah dan pemerintah perlu bekerja sama untuk memperbanyak program yang dapat mengakomodasi minat dan bakat pelajar, baik dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, kompetisi, maupun pelatihan-pelatihan. Dengan demikian, energi positif yang dimiliki oleh para pelajar dapat diarahkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat, menghindari perilaku destruktif seperti tawuran, dan mendorong mereka untuk berkembang menjadi individu yang lebih produktif dan kreatif.
Potensi  besar para remaja yang  berbentuk, energi, semangat, keberanian , solidaritas, itu harus dikuras habis. Jangan dibiarkan yang tersisa. Berikan saluran yang besar untuk memberi akses kepada penyaluran potensi itu. Ketika potensi itu sudah terkuras dalam hal hal positip yang menjadi kegemaran dan hobi mereka, maka peluang  salah jalur  pemanfaatan potensi  itu menjadi lebih kecil.
Dan bila saluran untuk potensi itu sudah dipenuhi tetapi tetap  terjadi tawuran juga , maka perlu ada ti ndakan lebh tegas lagi. Karena pelakunya biasanya sudah berada di  level tinggi dari beberapa kategori potensi itu.  Dan harus ada penindakan lebih tegas dati berbagai stake holder.  Namun tetap memberikan peluang terakhir untuk menyalurkan potensi yang sudah di level ekstrim tersebut.
Ketika tetap melakukan tawuran berarti pelajar atau remaja  itu memang punya bakat petarung. Salahsatu caranya hanya dengan ditangkap dan diberikan kesempatan untuk menjadi petarung sebenarnya  yang sifatnya positip.  Yaitu menjadi atlit cabang olahraga tarung atau beladiri . Seperti tinju, MMA, taekwondo dan lainnya. Kemudian dipantau dan dikontrol perkembangan prestasinya. Bila terbukti perkembangannya bagus dan bahkan berprestasi , berarti remaja tersebut ikut tawuran karena tersesat .Itulah saluran penyaluran bakat yang paling cocok untuk dijalankan. Bahkan kemampuan mereka  lari dari kejaran polisi  dengan kebut- kebutan pun , bisa disalurkan juga olahraga  di jalan raya seperti balap sepeda, motor , grass track, dan lainnya.